Api Balas Dendam

1774 Words
Kincir air adalah cara baru untuk mengairi ladang, meskipun cara ini sebenarnya telah lama di gunakan di duniaku yang sebelumnya, bahkan sejarahnya pun sudah ada semenjak ratusan tahun yang lalu. Namun di dunia Khartapanca ini... Ini adalah awal terlahirnya Kincir Air. Dulu para petani di Desa Nimiyan biasanya mengairi ladang dengan cara bergotong royong, mereka akan berbaris secara teratur di mulai dari bibir sungai hingga mencapai ladang, saling memberikan ember dari tangan ke tangan sampai akhirnya dapat menyiramkan airnya pada tanaman yang di tanam di ladang. Jika ladang salah satu pemilik telah selesai di airi maka ladang pemilik lain akan menjadi yang berikutnya, tak ada keluhan sedikitpun, semuanya akan tetap di kerjakan dengan cara bergotong royong. Mungkin inilah yang membuat para warga Desa Nimiyan begitu peduli terhadap satu sama lain. Dan ya... Desa ini merupakan salah satu desa yang luar biasa, meskipun Desa ini merupakan desa kecil, tapi Desa Nimiyan adalah penghasil pangan terbesar nomer dua di seluruh kerajaan yang di sebut Badamdas ini. Tapi semua itu sudah akan menjadi masa lalu, saat ini populasi penduduk desa sangat menurun oleh karena epidemi yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir, desa sudah tidak bisa lagi memberikan hasil panen besar seperti beberapa bulan lalu, tapi perlahan kondisi ini akan segera di perbaiki dengan selesainya Kincir Air ini. “Semua yang masih ada di sungai cepat menepi! Airnya akan segera di buka.” Aku dan para warga membendung airnya sebelum membuat Kincir Air itu, aku langsung mengerjakannya di sungai, saat tidak ada air yang menghantamku saat melakukannya maka perkerjaanku akan lebih mudah. Terlebih... Air yang mengalir di sungai ini sangat deras sehingga membuatku memperhitungkan kembali berat Kincir Airnya. Tapi untunglah kayu yang telah di tebang dari hutan masihlah lebih dari cukup. “Torn, Lyod... Saat membuka gerbang airnya, lakukan dengan perlahan agar tidak menghempas Kincir Airnya,” ujarku. “Siap Kepala Desa!” Perlahan gerbang airnya di buka dan air yang mengalir mulai menggerakkan kincirnya perlahan-lahan. Saat Kincir itu bergerak para warga mulai terlihat semeringah. “Itu terlihat seperti roda pada gerobak yang berputar,” ujar anak-anak kecil yang melihat Kincir Air itu dengan wajah mereka yang berdecak kagum. Kayu-kayu lainnya di buat sebagai lintasan air yang langsung mengirimkan air menuju setiap ladang, jika ladang sudah cukup diairi maka petaninya hanya perlu menutup saluran air yang menuju ke ladangnya. “Papan bengkok yang terdapat di roda kincir itu fungsinya sama seperti gayung, mereka akan mengambil airnya dan mengirimkannya kepada lintasan air, lalu air di lintasan itu akan mengalir menuju ladang kalian.” “Woaaahhh!!! Lihat! Lihat! Airnya benar-benar naik menuju lintasan air yang posisinya lebih tinggi.” “Ini seperti apa yang di katakan oleh kepala desa, airnya benar-benar mengalir melewati lintasan itu. Ayo kita lihat kemana airnya akan pergi.” Para warga desa berlarian mengikuti setiap lintasan air yang ada sambil melihat kemana air itu akan pergi, wajah mereka kegirangan, para anak-anak bahkan orang tua mengiringi airnya sampai ke lahan mereka sambil belompat-lompat ria. “Ichigaya, dengan begini orang-orang tidak akan kerepotan untuk berduyun-duyun mengambil air, bahkan pekerjaan mengairi sawah akan selesai lebih cepat berkat bantuan Kincir Air ini. Ini luar biasa!” kata Rya. “Dengan begini langkah untuk mengembangkan desa sudah selangkah lebih maju,” jawabku. Rya mengangguk dengan wajah gembira. Sudah saatnya untuk membuat tanah di desa ini kembali hijau. “Kepala Desa!!! Pestanya sudah di siapkan, mohon pulanglah untuk segera membasuh tubuhmu!” seru Bibi Merry dari kejauhan. “Benar, kau harus segera pulang untuk membersihkan tubuhmu, Ichigaya. Sekarang kau adalah seorang Kepala Desa, kau harus tetap terlihat berwibawa, bukannya terlihat lusuh seperti saat ini,” ujar Rya sambil membersihkan debu yang menumpuk di bajuku, bahkan Rya tidak segan membersihkan debu yang menempel di wajahku juga. Ya ampun... Apa aku baru saja mendapatkan perhatian dari seorang gadis? **** Aku sudah membersihkan tubuhku, bahkan aku sudah selesai mengganti bajuku. Iya juga, ini adalah kali pertama aku mengganti pakaianku, baju dan celana yang aku pakai sejak datang dari bumi keadaannya sudah cukup lusuh dan juga kotor. “Apa aku keliatan aneh mengenakan baju ini?” ujarku pada Paman Jerome sekeluarga yang tampak menungguku turun dari kamarku. Wajah mereka, apa aku telah membuat mereka terkesan saat mengenakan baju ini? “Kepala Desa, kau terlihat lebih gagah daripada sebelumnya,” ujar Paman Jerome. “Benar, kau mengingatkan Bibi pada Paman Jerome ketika dia masih muda, hanya saja kau terlihat lebih bermartabat jika dibandingkan dengan dirinya,” imbuh Bibi Merry sambil tertawa cekikikan menutupi mulutnya dengan tangan. “Eh... Bahkan sampai saat ini aku masih terlihat sangat bermartabat, Kok.” “Katakan hal itu lagi hanya saat kau berhasil mengecilkan perutmu itu.” Paman dan Bibi benar-benar orang yang sangat romantis, bahkan saat sudah berumur mereka masih saja sempat bersenda gurau. Pemandangan yang ku lihat saat ini tidak akan pernah bisa ku temukan di rumahku. Ayah dan ibu... Kapan terakhir kali mereka terlihat seromantis Paman Jerome dan Bibi Merry? “Ichigaya... Kau menangis?” Eh? Benarkah? Benar... Ternyata aku sedang mengeluarkan air mata, kenapa aku tiba-tiba mengeluarkannya? “Ichigaya... Apa kau baik-baik saja?” sambung Rya. “I-iya... Aku baik-baik saja, aku... Hanya sedang teringat pada orang tuaku saat aku melihat Paman dan Bibi Merry.” “Begitu ya, ayah dan ibumu pasti orang yang memiliki hubungan harmonis sama seperti kami,” kata Paman Jerome sambil menepuk bahuku. “Ya... Begitulah. Hehe...” Kuharap memang begitu. **** Dari kejauhan aku sudah melihat Balai Desa dalam keadaan ramai, lilin bertebaran di mana mana, menghiasi tempat itu. Para orang dewasa bersenda gurau dan anak-anak kecil berlarian kesana-sini. Apa kalian tidak masalah memulai pesta tanpa adanya Kepala Desa disana? Dasar para warga Desa Nimiyan, mereka benar-benar orang yang dipenuhi dengan semangat. “Jika kita membiarkan airnya terus mengaliri ladang sampai besok pagi, tanah yang kering akan segera menjadi subur kembali, saat itu kita bisa mulai kembali untuk menanamnya,” kata Pak Tua Mizzre yang asyik mengobrol dengan yang lain. “Lihat itu! Kepala Desa sudah datang.” Para warga berduyun-duyun datang ke arahku dan menarikku ke Balai Desa, sudah kubilang... Mereka ini orang-orang yang penuh dengan semangat. “Wah... Kukira bangsawan dari mana, ternyata yang datang kali ini adalah Ichigaya,” ujar Torn sambil merangkulku. “Hei Torn, dia itu Kepala Desa kita, kau pikir bagaimana sikapmu dalam memperlakukannya,” kata Lyod. “Kalian berdua santailah, bukankah kita sudah saling mengenal, ini bukan apa-apa,” jawabku. “Untung saja orang itu adalah Ichigaya, jika itu si Babi, maka dia akan mengurungmu di bawah rumahnya jika kau bersikap sok akrab dengannya,” kata Lyod. “Semuanya, Kepala Desa sudah tiba, mari bersiap di kursi kalian dan ambil piring kalian masing-masing,” kata Pak Tua Bern. “Sebelum memulai pestanya, Kepala Desa... Apa kau mempunyai sesuatu untuk dikatakan pada kami?” Benar juga, karena sekarang aku adalah seorang pemimpin, aku berkewajiban memberikan kata-kata yang dapat memuaskan para wargaku. “Warga Desa Nimiyan sekalian, terima kasih atas kerja kerasnya untuk hari ini, berkat bantuan kalian, kita berhasil membangkitkan kembali tanah kita. Ini menjadi langkah awal kejayaan kita, dan langkah demi langkah kita akan semakin dekat kesana. Jadi... Sampai hari itu tiba, mohon bantuannya!” Mereka semua memberiku tepuk tangan, aku merasa menjadi orang penting sekarang. Walaupun kenyataannya memang begitu, aku adalah seorang Kepala Desa. Masakan yang di sediakan malam ini adalah daging, banyak sekali daging malam ini, apa seseorang keluar dari desa untuk membelinya? “Ada banyak sekali daging malam ini, apakah ada dari kalian yang pergi untuk membeli semua ini?” tanyaku. “Kepala Desa, daging-daging itu adalah daging ternak yang selama ini saya rawat.” Paman itu... Benar, dia adalah Paman yang aku selamatkan dari wabah penyakit yang sempat menyerang dirinya, kalau tidak salah... Orang-orang memanggilnya Zeign. “Terima kasih banyak atas jamuannya Paman Zeign.” “Tidak perlu sungkan Kepala Desa, ini hanya sebagai tanda terima kasih saya pada anda karena telah membantu saya selamat dari maut, saya ingat saya belum memberikan sesuatu sebagai ucapan terima kasih pada anda, jadi... Ini kesempatan saya untuk melakukannya.” “Lagipula, dari pada membiarkan ternak saya di monopoli oleh Baron yang rakus itu, akan lebih baik jika saya dapat menikmatinya dengan anda dan para warga. Dengan begitu saya akan lebih bersyukur lagi.” Orang itu... Soleves Gauntlet, bahkan dia sampai sebegitu di bencinya oleh warganya sendiri, aku penasaran orang seperti apa Baron yang pergi meninggalkan desa ini. Mungkin aku bisa melihatnya di suatu tempat di luar Desa. “Semuanya, apa kalian tau penyebab Desa ini tidak pernah kedatangan pengunjung lagi?” “Itu... Bukankah karena Desa ini sedang di landa oleh wabah penyakit?” “Itu memang benar, tapi... Yang tau masalah wabah penyakit itu hanyalah warga Desa Nimiyan itu sendiri, orang luar tidak tau menau akan masalah ini, kecuali ada orang luar yang memang sudah tau.” “Orang luar yang sudah tau?” tanya Lyod. “Orang itu... Orang itu pasti adalah dalang yang menyebabkan wabah dan kekeringan di desa ini, orang itu yang telah menyebarkan informasinya.” “Bukankah orang itu artinya adalah Sang Baron itu sendiri, dia adalah satu-satunya orang desa yang pergi keluar, mungkin dia mengatakannya pada publik bahwa desanya sedang di serang wabah penyakit,” ujar Tuare. “Tidak, itu bukan dia. Sang Baron telah lama meninggalkan desa bahkan sebelum wabah itu muncul,” jelas Torn. “Dia tau kapan hal itu terjadi dan memutuskan untuk pergi, orang yang memberitahunya adalah dalangnya, dan Sang Baron Babi itu telah besekongkol dengannya,” imbuh Torn. “Tepat seperti kata Torn, kemungkinan besar itulah yang terjadi. Jika kita keluar dari Desa ini dan mencari informasi tentang penyebar berita itu, maka kita akan dapat mengungkap pelakunya. Tapi... Aku tidak ingin melakukan hal seperti itu, daripada kita yang menghampiri sang pelaku, bukankah lebih baik membuat si pelaku datang menghampiri kita?” Orang-orang nampaknya kebingungan dengan apa yang baru saja aku jelaskan, sepertinya aku harus lebih memberitahukan detailnya pada mereka. “Begini, jika kita keluar dari Desa dengan membawa identitas kita sebagai penduduk Desa Nimiyan, maka kabar tentang kita yang masih hidup walaupun sedang ditimpa kemalangan akan cepat menyebar ke seluruh penjuru negeri. Saat itu mereka akan penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di Desa Kita, mungkin kita bisa memancing satu dua orang pengunjung untuk kembali datang ke Desa Nimiyan ini, jika kita beruntung... Mungkin kita juga bisa memancing dalangnya.” Dengan begini mereka sudah mengerti dengan apa yang aku maksud, aku bisa melihat dari wajah mereka yang tiba-tiba menjadi serius dengan tangan mereka mengepal keras. “Saat orang yang menjadi dalang kemalangan Desa ini itu muncul, kalian pasti tau apa yang harus kalian perbuat, kan?” Benar, saat dalang dibalik kekacauan ini muncul, maka itu akan menjadi saat paling tepat. Untuk membalas dendam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD