Menuju Ibu Kota

1579 Words
Hari telah berganti, di pagi yang cerah ini, orang yang memiliki ke wajiban untuk mengurus ladang akan pergi ke ladang. Dan aku... Sesuai dengan rencana yang telah ku susun dengan matang bersama seluruh warga desa, hari ini... Akan pergi ke luar Desa Nimiyan. Waktunya menyebarkan kabar bangkitnya desa ini kembali. Selama sehari terakhir kami semua membuat benda-benda yang bisa kami jual di Ibu kota. Potion dengan kualitas yang lebih baik dari potion biasa, sabun yang memiliki aroma wangi yang luar biasa, dan juga... Kertas yang tidak keras dan kaku seperti kertas yang biasa di gunakan di dunia ini. Tapi setelah dipikirkan lagi, tidak baik langsung menjual produk seperti sabun dan juga kertas ini. Bukan apa? Hal ini akan mendatangkan kehebohan juga nantinya, jika ada orang yang menginginkan resep atau cara pembuatannya itu bisa menjadi masalah. Apa lagi jika orang-orang itu memaksa. Saat ini Levelku sudah naik lagi ke tingkat yang lebih tinggi, sudah di angka 19 yah... Ini sudah lebih tinggi dari Level Torn dan juga Lyod, mereka sama sekali tidak ada kenaikan level, mereka masih tetap berada di Level 12. Hal ini membuatku penasaran, mungkinkah orang di dunia ini tidak menyadari Level mereka? “Torn... Apa kau tau apa itu Level?” ucapku. “Level? Apa itu benda ajaib yang mirip seperti Kincir Air?” “Tidak, lupakan saja.” Sudah kuduga orang-orang di dunia ini tidak tau tentang sistem pelevelan ini, hanya seorang Champion saja yang mampu melihat dan membedakan level seseorang, dan saat ini... Hanya aku yang dapat melakukannya. Champion yang lain tidak mungkin mengerti dengan kode perintah Open Informationt, jadi mereka tidak akan mengerti sejauh apa tingkat bahaya musuh berada. Bandit yang aku temui di hutan beberapa hari lalu sudah tentu mereka sangat berbahaya, dengan level yang lebih tinggi dariku, mereka pasti bisa membunuhku dengan mudah. Memperlihatkan setiap upaya warga desa untuk membuat kertas dan juga sabun hanya akan membuat kami para warga Desa Nimiyan terlihat seperti sekumpulan kambing gemuk. Aku tidak boleh menimbulkan atau memancing masalah untuk mereka, setidaknya tidak sampai aku bisa melindungi mereka sendiri dengan kekuatanku. Membicarakan tentang kekuatan yang bisa di tinjau melalui seberapa tinggi level yang di miliki. Saat aku membuat benda Point Experience ku akan bertambah dan levelku akan naik, namum... Untuk benda yang ku buat kembali Point Experience nya akan berkurang, aku tidak akan dapat sebanyak saat pertama kali aku membuatnya. Dengan kata lain... Membuat benda baru akan membuat Point Experience ku naik pesat. Kemarin saat aku menaikkan levelku, akhirnya aku mendapatkan sebuah Skill baru, namanya adalah Forging Brain. Menurut apa yang di deskripsikan oleh Tabel Layar, skill ini adalah skill yang mampu membuat penggunanya dapat mengeluarkan benda apapun yang ada di dalam pikirannya. Dengan kata lain, benda apa saja yang di tempa oleh otak, akan keluar dalam sekejap dan menjadi nyata. Awalnya aku berpikir bahwa Skill Forging Brain ini benar-benar luar biasa, tapi sayangnya Skill ini memakan banyak sekali MP tergantung pada kualitas benda yang bisa di keluarkan. Untuk sebuah pedang besi sederhana yang aku pegang saat ini, aku harus menghabiskan hampir keseluruhan MP ku, Skill ini benar-benar mampu membuatku hampir tumbang hanya dengan sekali penggunaan. Sayang sekali. Saat ini aku hanya bisa menggunakan skill ini sekali dalam sehari, tapi jika aku menaikkan level lagi dan kantong MP ku semakin besar, aku bisa mengeluarkan lebih banyak lagi benda, atau sebuah benda yang memiliki kualitas yang benar-benar bagus. “Kita butuh satu jam lagi sebelum sampai ke Ibu Kota,” ujar Tuan Bern. “Tuan Bern, Ibu Kota yang akan kita datangi ini, apa namanya?” “Itu adalah kota Irishe, sebuah Ibu Kota Besar yang di jadikan pusat Kerajaan Badamdas ini.” “Pusat kerajaan?! Itu artinya... Istana Raja letaknya di Ibu Kota yang akan kita datangi ini?” “Benar sekali, Kepala Desa. Apa kau sebelumnya tidak pernah mengembara ke tempat itu?” Haha.... Aku bahkan sama sekali belum pernah mengembara sebelumnya, dunia ini benar-benar tempat yang sangat asing bagiku. “Kerajaan Badamdas adalah Kerajaan terbesar nomor 1 di dunia ini, tapi itu jika kita mengukur dari luas wilayah yang di miliki oleh kerajaan ini. Jika itu dari kemajuan peradabannya, kurasa kerajaan Hishoue di timur adalah negara yang paling maju. Kupikir... Kepala Desa mungkin berasal dari tempat itu.” “Kenapa kau berpikir demikian?” “Itu... Karena nama yang kau miliki itu sangat jarang, setelah aku membacanya lagi aku ingat kalau di dunia ini ada Kekaisaran Hishoue, kekaisaran itu kabarnya memiliki peradaban yang lebih maju daripada kerajaan ini, hanya saja letaknya sangat jauh di timur.” Namanya terdengar seperti nama Jepang, apa mungkin Kekaisaran yang di maksud oleh Tuan Bern sama dengan jepang? Aku tidak yakin, tapi jika ada kesempatan aku ingin sekali pergi kesana. Aku sudah mulai bisa melihat cahaya terang di depan sana, mungkin kami akhirnya akan berhasil keluar dari hutan sebentar lagi. Kami terus maju menuju cahaya itu, saat kami benar-benar keluar dari hutan, angin yang tadinya tertahan oleh pohon-pohon menerpa tubuh kami. Angin yang segar, dan pemandangan dunia lain yang sungguh menakjubkan. “Kepala Desa, Ibu Kota Kerajaan Badamdas, kota Irishe,” ujar Tuan Bern. Apa ini? Apa itu adalah sebuah kastil? Besar dan berwarna putih bersih, aku bisa melihat betapa mengagumkannya bangunan itu, ini... Seperti aku berada di dalam sebuah Negeri Dongeng. “Butuh sekitar setengah jam lagi sampai kita tiba di gerbang kota, karena kita adalah seorang pengunjung, nanti akan ada pemeriksaan secara menyeluruh, kita dilarang membawa senjata, jika kedapatan membawa senjata maka kita tidak akan di persilahkan masuk.” Torn dan Lyod mengangguk dan menyembunyikan senjata mereka di atas pohon sebelum kami menuruni bukit menuju ke gerbang kota. Sesampainya di depan gerbang kota aku benar-benar kagum, tembok yang melindungi kerajaan ini sungguh besar, banyak sekali penjaga berzirah lengkap mondar-mandir di sekitar gerbang dan juga di atas tembok. Pemandangan abad pertengahan yang sangat menakjubkan, aku tidak pernah menyangka akan melihat yang seperti ini seumur hidupku. “Mereka pergi bersamaku, aku punya kartu Guild Pedagang Kota Irish, namaku Bern.” “Hei anak baru, biarkan dia masuk. Dia adalah kenalanku,” ujar seorang Pria Paruh Baya yang berpenampilan agak gemuk sedang menyantap beberapa makanan. “Tuan Vest, kukira kau sudah tidak menjaga gerbang lagi,” jawab Tuan Bern. “Nampaknya dalam waktu dekat aku memang tidak akan menjadi penjaga gerbang ini lagi, lihatlah aku sedang melatih beberapa anak baru untuk melakukan tugas mereka dengan benar,” ujar orang yang bernama Vest itu. “Bern... Kau tidak lupa membawa itu, kan?” sambungnya sambil berbisik ke telinga Paman Bern, meskipun suaranya terdengar cukup jelas untukku. “Torn, Lyod! Turunkan drum di atas kereta.” “Baik Paman Bern!” Torn dan Lyod menuruti apa yang di perintahkan oleh Pak Tua Bern dan menurunkan sebuah drum, dari baunya saja aku bisa tau kalau itu sebenarnya adalah sebuah Bir. “Oy! Anak Baru! Sebaiknya mulai hari ini kau harus belajar cara mengenali wajah orang,” ujar orang bernama Vest itu dengan senyum yang terlihat licik. “Ba-Baik Kapten!” “Bagaimana dengan ketiga pemuda yang ikut dengan Pak Tua ini?” “Semuanya aman, Kapten. Mereka bersih dan tidak bersenjata.” “Kalau begitu kalian boleh masuk ke dalam kota, jangan buat kekacauan di dalam dan lakukan apa yang ingin kalian lakukan sejak awalawal,” kata Penjaga bernama Vest itu. Tanpa ragu Tuan Bern menarik tali kudanya dan perlahan maju, suasananya cukup tidak mengenakkan disini. Para Ksatria yang menjaga gerbang ini memiliki sifat yang cukup licik sampai mereka terbiasa melakukan pemerasan terhadap pengunjung. “Hei Bern!” seru Pria bernama Vest itu. Dia kembali membuat kami berhenti, ada apa? Apa sogokannya masih kurang? Dasar para orang tidak tau malu ini. “Ada apa Tuan Vest?” jawab Paman Bern dengan membuat wajahnya terlihat ramah. “Potion yang kau bawa itu memiliki warna yang berbeda di bandingkan dengan Potion yang biasanya.” “Benar, itu karena Potion yang kubuat kali ini lebih baik daripada yang sebelumnya. Aku tidak menyangka kualitasnya akan merubah warnanya.” “Begitu ya? Kalau begitu ya sudah.” “Oh ya! Kalau tidak salah kau pernah mengatakan padaku kalau kau berasal dari desa yang bernama Nimiyan.” Kenapa orang ini menyinggung tentang desa? Apa orang ini tau sesuatu? “Ku dengar... Desa itu sedang dilanda wabah penyakit, banyak orang desa yang meninggal, bagaimana cara kalian bertahan dari hal itu?” “Tuan Vest, seharusnya kau jangan hanya mendengarnya saja, kau juga perlu melihatnya. Mungkin kau akan tau bagaimana cara kami bertahan melewati neraka itu,” jawab Tuan Bern sambil tersenyum, tapi aku dapat melihat uratnya di dahinya. “Jika tidak ada yang ingin kau tanyakan lagi, maka kami akan segera pergi. Waktu yang kita habiskan untuk berbincang ini bagiku adalah uang, jadi... Aku tidak ingin rugi terlalu banyak.” Paman Bern pergi menarik tali kudanya kembali, eh? Memangnya tidak apa-apa pergi setelah menyinggung orang? Paman Bern... Apa yang kau lakukan? Orang bernama Vest ini bahkan tidak berani berkomentar, ada apa? Benar, aku belum pernah memeriksa informasi milik Tuan Bern sebelumnya. “Open Information!” Ujarku sambil mengarahkannya pada Tuan Vest si penjaga gerbang kota. Level dari orang itu adalah 20 dan pekerjaan yang ia pilih adalah Knight, dia satu level lebih tinggi jika di bandingkan denganku. Bagaimana dengan Pak Tua Bern? Aku sungguh terkejut saat aku mengalihkan pandanganku pada Pak Tua yang sudah penuh dengan kumis dan jenggot putih itu. Le-levelnya adalah 36!!! Dan pekerjaan yang dia pilih adalah Mage? Jadi sebenarnya Pak Tua Bern ini adalah seorang Wizard?!!! Yang benar saja. “Anak-anak!!! Selamat datang di Kota Irishe!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD