Keramah Tamahan

1611 Words
Kita berdua tidak di ikat, hanya saja... Mereka bergerombol mengelilingi kami, jalan kabur dari depan atau dari belakang sudah di jaga. Pria besar botak yang tadi menghadang kami ada di depan dan satu lagi di belakang kami. Kami di arak seperti seorang tawanan, kami di paksa mengikuti mereka. Saat aku lihat sekeliling, aku bisa melihat beberapa pemanah yang bersembunyi di atap. Jadi Simon telah melakukan langkah pencegahan sampai sejauh ini. Sayang sekali Tuan... Aku sama sekali tidak berniat untuk melarikan diri. Aku memang berniat menghampirimu. Jika kau memiliki niat buruk padaku, caraku mengakhirinya adalah... Dengan mengakhiri orang sepertimu. Aku melihat sebuah bangunan besar. Alamat ini, sudah jelas ini adalah alamat penginapan bintang lima yang pernah si Simon itu tawarkan padaku. “Feld... Kenapa kita tidak lewat melalui gerbang utama?” tanyaku. “Tuan-tuan... Tamu istimewa Tuan Simon memiliki jalurnya sendiri. Kita tidak akan lewat jalan utama, ada jalan khusus lain untuk kalian,” jawab Feld dengan ramah. Kami terus berjalan memutari bangunan yang sangat besar itu, aku merasakan adanya gelombang sebuah rune, tekanannya begitu kuat, khususnya di sebuah tembok yang aku lihat di depan mataku. “Kepala Desa, para pembawa mayat itu keluar dari sini,” ucap Hathor. Benar seperti dugaanku, sebuah pintu rahasia. Jadi di balik penginapan besar ini ada sebuah tempat dimana sebuah organisasi penjahat berkumpul. Ntah sebagai pemimpin atau orang penting di organisasi ini aku tidak peduli, si Simon itu harus menerima ganjarannya. “Dari sini kalian harus berhati-hati, Tuan-tuan. Itu karena jalannya sangat licin. Jadi kalian harus perhatikan langkah kalian,” kata si Feld. Setelah Feld mengatakan itu, jalan yang seharusnya di terangi obor di sepanjang lorong tiba-tiba menjadi gelap gulita. Tapi ini bukan karena mereka mematikan obornya. Tapi karena salah satu dari mereka menggunakan skill unik untuk membutakan mata. “Hathor... Bisakah kau melihat area sekelilingmu?” tanyaku dengan pelan. “Kepala Desa, saya sama sekali tidak bisa melihat apapun, sepertinya mereka berniat membingungkan kita. Mereka ingin kita lupa dari mana kita masuk. Apa yang harus kita lakukan, Kepal Desa?” “Tetap tenang, ikuti permainan mereka.” Semoga saja ini berhasil, tapi aku tidak yakin apakah sistem ini juga berlaku untukku. “Removed Debuff!” ujarku. Kemudian penglihatanku kembali. Aku sangat bersyukur hal ini bisa di lakukan. Tidak sia-sia aku menamatkan begitu banyak game dan mengetahui beberapa sistem yang berguna. Di dunia ini, bahasa Inggris adalah suatu mantra mutlak, mantra yang tidak mungkin tergagalkan. Menggunakan bahasa Khartapanca, seorang penyihir perlu merapal banyak sekali kata. Sedangkan dengan bahasa inggris aku bisa mempersingkat rapalannya. Dan yang menguntungkan lagi adalah... Tak ada seorang pun di dunia ini yang mengerti tentang bahasa inggris. Ini menjadi sebuah keunggulan besar milikku. Tadi itu adalah mantra penghilang debuff, debuff adalah sebuah keadaan dimana seorang player, akan mengalami penurunan baik itu indra mereka atau pergerakan mereka. Skill yang memberikan debuff biasanya disebut skill Crowd Control, atau dalam dunia game kita biasa menyebutnya sebagai skill CC. Sepertinya, selama itu skill CC, aku bisa mengatasinya dengan pengaturan sistem, baguslah! Si pengguna skill ini tidak akan sadar bahwa skillnya berhasil aku patahkan, aku harus berpura-pura seolah-olah aku buta agar mereka tidak curiga. Tapi... Aku akan menghafal setiap seluk beluk dari lorong ini. Feld yang memimpin jalan, rupanya dia orang yang cukup licik juga. Dia membawa kami berputar-putar melewati lorong yang sama beberapa kali. Tujuannya adalah membuatku merasa bahwa perjalanan yang ku lalui itu sebenarnya sangat panjang. Tapi, ada rune lain yang menjadi pintu rahasia, dan letaknya cukup dekat dari rune utama. Melihat hal ini aku hanya bisa tersenyum kecil. Sepertinya seekor tupai merasa benar-benar sudah pandai melompat. “Berhenti!” seru si Feld yang licik itu. Dari sini aku bisa melihat si Simon duduk di sebuah kursi besar dengan segelas anggur di tangannya. Jadi si gendut itu adalah bosnya disini. Selain itu cukup banyak juga kotak harta yang dia timbun di tempat ini. Bahkan kotak harta itu tidak cukup menampung banyaknya koin emas yang dia timbun. Dasar orang tamak, dia ingin menimbun sampai seberapa banyak? “Feld, lepaskan mantranya!” ujar si Simon dengan mulut penuh dengan daging. Si simon itu membungkuk dan segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Simon. “Hathor... Kau bisa melihatku?” ujarku. “Sangat jelas, Kepala Desa. Sepertinya kita di bawa ke tempat yang jauh, rasanya akan sulit untuk menemukan jalan keluar.” “Tak perlu khawatir, aku bisa menemukan jalan keluarnya dengan mudah,” balasku sambil tersenyum ke arah Hathor. Pria bongsor itu juga membalas senyumanku, artinya dia percaya penuh dengan apa yang sudah aku katakan. Simon mengeluarkan sebuah Potion pemulih dan melemparkannya pada Feld. Sudah jelas kalau skill yang di pakai oleh Feld menghabiskan banyak mana. Kalau tidak, justru itu seperti dia melakukan Cheat. Bagaimanapun juga skill yang dapat membutakan penglihatan adalah skill yang over power. “Tuan Ichigaya, Tuan Hathor... Maaf membawa kalian kemari dengan cara yang agak tidak sopan. Tapi aku benar-benar ingin menemui kalian, aku merasa belum memberikan sambutan yang tepat pada kalian semenjak datang ke Kota Damaa,” kata Simon. “Hehe... Aku memiliki kesan saat pertama bertemu denganmu, Tuan Simon. Benar apa yang aku duga. Kau pria yang sangat ramah.” “Tentu saja, Tuan Ichigaya. Semua orang di kota Damaa mengetahui itu,” jawab Simon. “Keramahan di kota ini sungguh unik, bagaimana seseorang mengundang tamu, sedangkan mereka mengeluarkan pedang dari sarungnya. Apa itu bagian dari keramahan yang di maksud?” kata Hathor. “Hathor, tenanglah... Tuan Simon mana mungkin memiliki niat untuk membunuh kita? Dia adalah seorang pria yang sangat bermartabat,” ucapku lalu menoleh pada Simon gemuk itu. Pria gemuk tamak itu hanya tersenyum sungging sebagai balasan dari kalimatku. “Lagipula apa gunanya pedang dan juga tombak? Tuan Simon sepertinya mendapatkan cara baru untuk membunuh orang.” “Tuan Simon? Bagaimana dengan kentangmu?” singgungku. Simon tertawa, awalnya dia tertawa kecil, lalu tawa jahatnya yang terbahak-bahak pun akhirnya keluar. Ah... Hanya di dunia ini aku bisa bertemu dengan tokoh antagonis sepertinya. “Tuan Ichigaya, orang luar... Orang luar tidak seharusnya memiliki banyak mata di kota ini, seharusnya kau melihat apa yang harus kau lihat, dan kau harus berpura-pura tidak melihat sesuatu yang harusnya tidak kau lihat. Dengan begitu... Kau telah berhasil bertahan hidup di kota ini.” “Hathor, katakan pada Tuan Simon, apa yang kita butuhkan untuk bertahan hidup?” “Makan, olahraga, dan istirahat yang cukup!” jawab Hathor sambil tertawa. “Kau dengar itu Tuan? Hanya dengan ketiga hal itu, manusia pada umumnya akan bisa mempertahankan hidup mereka,” kelakar ku. “Tuan Ichigaya... Sepertinya kau adalah seorang pemuda yang buruk dalam membaca situasi. Apa kau tidak sadar situasi seperti apa yang sedang kau alami. Kau ada di tempat yang tidak di ketahui oleh siapapun dengan banyak orang bersenjata, tentunya itu sudah bisa memberikanmu pengertian, bahwa kami tidak memiliki niat baik untuk di tawarkan, bukan?” “Tentu saja aku mengerti, apa kau pikir aku orang yang sebodoh itu, Tuan Simon. Biar aku katakan apa tujuanmu yang sebenarnya. Kau... Kau menginginkan resep mengolah kentang dariku? Benar atau benar?” ujarku sambil tersenyum. “Hahaha... Hebat, hebat! Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu dengan sangat tenang, Tuan Ichigaya?” “Tidak ada hal yang harus aku cemaskan, Tuan Simon. Selama aku bisa bernegosiasi. Hal pertama yang harus di miliki oleh seorang Negosiator handal adalah, ketenangan.” “Haha... Aku benar-benar senang bertemu dengan orang sepertimu, Tuan Eishi. Sosok yang memiliki keberanian lebih, sosok dengan pemikiran bijak. Dan juga... Licik.” Sial, rasanya di bilang licik oleh orang licik benar-benar menggelikan. “Kebanyakan orang yang aku bawa kemari ketakutan saat melihat tempat ini dan juga sekelompok orang yang membawa mereka. Tak jarang ada yang pingsan begitu tiba di tempat ini. Aku pun merasa... Menindas orang yang telah ketakutan, tidak memberikanku kepuasan. Aku butuh orang yang berani sepertimu.” Bajingan. Pria gemuk ini memiliki Fetish yang cukup aneh. “Baiklah Tuan Simon, apa yang akan kau tawarkan jika aku memberikan resep mengolah kentang ini padamu?” ujarku. “Apa lagi yang bisa aku tawarkan? Tentu saja aku akan menawarkan nyawa kalian berdua.” Aku tersenyum kecil mendengar kalimat orang itu. Dia benar-benar badut. “Nyawa kami sejak awal adalah milik kami, Tuan Simon. Kau tidak bisa mengakuinya sebagai sebuah properti yang sudah kau miliki.” “Sejak kalian menginjakkan kaki ke tempat ini, hidup dan mati kalian... Semuanya berada di tanganku. Aku berhak memilih kapan waktu yang tepat untuk mencabut nyawa kalian berdua.” “Maaf Tuan Simon, kau bertanggung jawab atas hidup dan mati kami? Tapi aku tidak pernah melihat seorang malaikat pencabut nyawa yang gemuk sepertimu,” ejekku. Tanpa sengaja seseorang dari kelompok pembunuh yang di miliki oleh Simon tak kuat menahan tawa mendengar kelakarku itu. Tuan Simon menata orang itu dengan tatapan sinis. Pria hitam besar yang berdiri di belakang orang itu langsung mengeluarkan pedangnya yang besar, tanpa pikir dua kali pria hitam itu menebas kepala orang yang tidak sengaja tertawa tadi. Beberapa dari kelompok itu mengeluarkan keringat dingin, nampaknya tak sedikit dari mereka yang merasa terpaksa melakukan pekerjaan kotor ini. Aku bisa melihat hanya segelintir orang yang benar-benar setia pada Simon. “Maaf-maaf... Bagaimana bisa aku membiarkan kedua tamuku ini melihat sesuatu yang tidak menyenangkan seperti ini. Aku harus meminta maaf dan juga harus mendisiplinkan anak buahku lebih keras lagi.” “Bone! Kemari!” seru Simon. Dia memanggil pria besar hitam yang baru saja menebas kepala rakannya. Pria yang bernama Bone itu pun menuruti apa yang di perintahkan oleh Simon. Saat dia dekat dengan Simon, Bone menunduk, dengan sangat ringan tangan. Simon menampar Bone dengan keras. Pria besar itu diam saja dan menerima perlakuan tersebut. Disini aku bisa melihat sikap sok berkuasa pria gemuk ini. Aku benar-benar tidak sabar untuk memberi si Simon ini pelajaran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD