Raja Sejati

1670 Words
Setelah Vallas memakai kacamata minus itu dia semakin tidak bisa melihat, jelas saja... Itu karena dia seharusnya menggunakan kacamata plus karena yang dia alami itu adalah rabun dekat. “Maaf Tuan, apakah penglihatan anda menjadi semakin tidak jelas setelah memakai benda itu?” ujarku. “Ya, aku malah semakin tidak bisa melihat dengan jelas,” jawab Tuan Vallas. “Eh? Tidak mungkin, padahal aku bisa melihat dengan jelas setelah menggunakan benda yang di sebut kacamata itu,” kata Sean dengan wajah yang kecewa. “Maaf Tuan, bisakah anda melepaskan kacamata itu dan menggunakan kacamata yang ini?” ujarku sambil dengan sopan memberikan kacamata plus yang baru saja aku buat menggunakan Skill Fogging Brainku. Pria Tua itu mengambilnya dan memasangnya sendiri, kemudian wajahnya menjadi semeringah karena senang. “Wah! Apa ini? Setelah puluhan tahun berlalu akhirnya penglihatanku kembali normal, ini luar biasa. Bagaimana benda ini bisa menyembuhkan penyakit usia?! Ini terlalu luar biasa,” ujar Kakek Penyihir Vallas. Penyakit usia? Apa itu maksudnya adalah menurunnya vitalitas tubuh karena termakan oleh usia? Memang benar gangguan mata biasanya disebabkan oleh bertambahnya usia, tapi penyebab utamanya tetaplah kebiasaan buruk orang tersebut. “Tuan, sebenarnya benda itu sama sekali tidak menyembuhkan penyakit anda, dan apa yang anda alami sebenarnya sama sekali bukan penyakit usia. Itu sebenarnya adalah Hipermetropi, atau yang biasa di sebut dengan rabun dekat. Orang yang mengalami gangguan tersebut biasanya tidak akan bisa melihat dengan jelas benda yang ada di dekatnya. Sedangkan untuk kasus yang di alami oleh Tuan Putri Sean adalah apa yang di sebut dengan Miopi, atau gangguan yang menyebabkan orang lain mengalami buram saat melihat benda yang berada jauh darinya. Kacamata yang di gunakan oleh Tuan Putri Sean sendiri namanya kacamata Minus, itu bagus untuk penderita miopi sepertinya. Sedangkan yang di pakai oleh Tuan saat ini adalah kacamata Plus, itu membuat orang yang mengalami rabun dekat dapat melihat dengan jelas. Kalian tidak bisa saling bertukar kacamata karena apa yang kalian alami itu berbeda, tapi meskipun kalian saat ini bisa melihat dengan normal, tanpa kacamata tersebut penglihatan kalian akan kembali buram, jadi itu bukan sesuatu yang di gunakan untuk menyembuhkan, melainkan hanya sebagai alat bantu.” Setelah menjelaskannya panjang lebar, kukira akan ada satu orang yang memberiku tanggapan, tapi mereka semua hanya diam. Apa aku terdengar seperti orang yang cerewet?! “Luar biasa, sungguh luar biasa... Bagaimana orang yang di kenal sebagai seorang guru besar seperti diriku, mendapat pelajaran dari orang lain. Orang yang telah mempelajari banyak sekali buku di lima benua sepertiku, mendengar apa yang tidak bisa ku temukan di dalam buku. Hipermetropi, miopi... Jadi itu namanya, jadi yang ku alami ini bukan salah satu penyakit usia, ya? Sungguh... Sungguh luar biasa,” ujar Tuan Vallas memperlihatkan air mata harunya. “Benar, kan. Bahkan Kakek juga berpikir demikian tentang Tuan Eishi. Dia mengatakan sesuatu yang tidak pernah kita pelajari, bukankah itu membuat Kakek merasa ingin belajar banyak hal darinya?!” ucap Sean dengan sangat bersemangat. “Benar, tapi aku mendengar negeri timur adalah negeri yang selalu berkembang dan semakin maju setiap waktunya. Setelah tidak pergi ke sana untuk waktu yang sangat lama, bahkan mereka sudah berhasil mengembangkan sebuah Rune yang dapat membantu seseorang yang menderita penyakit usia, eh! Tidak, maksudku miopi atau hipermetropi, haha...” “Ah... Sebenarnya itu sama sekali bukan sebuah Rune,” kataku. “Bukan?!” “Ya, Rune adalah sesuatu yang di buat dengan sihir, dan membutuhkan Mana juga mantra sebelum mengaktifkannya, tapi kacamata itu tidak membutuhkan kedua hal yang telah saya sebutkan tadi.” “Benarkah? Bagaimana benda ajaib ini bukan sebuah Rune? Bolehkah aku memeriksanya?” tanya Kakek Tua itu. “Silahkan saja, Tuan.” “Mata yang melihat segalanya, tidak ada tempat terkecil yang tidak dia tau, Deteksi sihir!” ucap Kakek Tua itu. Yang baru saja ia ucapkan adalah sebuah mantra semacak sihir deteksi, mungkin dengan kemampuan itu dia mampu melihat jejak sihir pada suatu benda. “Tidak ada apapun yang terjadi, sihirku tidak merespon. Itu artinya benda ini bukanlah sebuah Rune, tapi bagaimana benda ini memberikan efek ajaib pada penggunanya? Tanpa menggunakan Mana ataupun sihir, benda ini bisa memberi efek yang luar biasa? Aku tidak pernah tau benda ini bisa di buat tanpa menggunakan sihir.” “Tentu saja, dengan ilmu pengetahuan bahkan benda itu masih bisa di buat. Penggunaan Mana yang berlebih bisa berakibat buruk untuk manusia, membuat benda non sihir yang bisa di gunakan tanpa harus mengkonsumsi Mana, bagi saya adalah sebuah kemajuan.” “Luar biasa, benar-benar cara berpikir yang menakjubkan. Di dunia yang di topang oleh sihir sebagai pilarnya, seorang pemuda mencoba mengangkat dunia ini sekali lagi dengan sesuatu yang di sebut ilmu pengetahuan. Bahkan Penyihir Agung seperti ku kau buat membuka mata. Nak, jika kau memiliki banyak buku pengetahuan untuk di baca, bisakah kau meminjamkannya pada Pria Tua ini? Sebagai gantinya aku akan mengajarimu sihir, bagaimana?” Sihir? Aku memang penasaran, apakah aku bisa menggunakan sihir atau tidak, selain kemampuanku sebagai pengrajin, aku memang terkadang ingin melakukan sesuatu yang lain yang mungkin bisa ku kuasai. Aku sudah belajar ilmu beladiri, bahkan Hathor mengatakan aku mungkin memiliki bakat memegang pedang atau tombak, jika aku juga memiliki potensi untuk menguasai sihir, kurasa tawaran ini sangatlah bagus untukku. Tapi, aku sama sekali tidak memiliki buku apapun yang bisa aku bagikan dengan Penyihir Agung bernama Vallas ini. Semua pengetahuan yang selama ini terapkan adalah apa yang ada dalam tabel system kelas Champion ku. “Kurasa sudah cukup dengan perbincangan ini. Fakta bahwa dirimu mengaku sebagai warga Desa Nimiyan sebenarnya sudah cukup memberimu alasan datang ke Ibu Kota Irishe ini. Setiap tahun akan ada perwakilan dari desa tersebut untuk membagikan pasokan pangan yang dihasilkan dari panen mereka. Tapi... Mereka semua tidak pernah bisa menemuiku, melainkan mereka hanya bertemu dengan perwakilan yang memang di tugaskan untuk masalah panen desa yang di bagikan untuk kami.” “Itu artinya kedatangan kalian secara langsung untuk menemuiku sedikit menggangguku,” sambung sang Raja. “Kuharap kalian mengatakan sesuatu yang sangat penting sebagai alasan kalian bertatap muka secara langsung di hadapan ku,” tegas Raja Badamdas, Thane Rommel Badamdas. Apa yang di ucapkan oleh sang Raja semakin menjelaskan bahwa tidak sembarang orang di perkenankan untuk menemuinya. Saat ini kami hanyalah seorang penduduk desa, bukan bangsawan atau saudagar yang memiliki kasta yang tinggi, kami... Hanya seorang Kepala Desa dan seorang pengawalnya. Wajar jika kedatangan kami di bilang mengganggunya. “Maafkan ketidak sopanan kami, Yang Mulia. Kedatangan kami kemari hanya untuk menegaskan, kami tidak bisa membayar upeti di awal waktu seperti biasanya. Mungkin kami bisa membayarnya di tenggat waktu yang terakhir. Jadi... Kami memutuskan untuk menemui Yang Mulia, untuk membicarakan ini.” “Hmmm... Hal itu ya, sebenarnya aku mendengar kabar tentang bencana yang dialami desamu, kupikir kalian tidak akan bisa membayar upeti kali ini.” “Desa Nimiyan akan tetap membayarnya,” ujarku memperlihatkan keramahan palsuku. Benar-benar jawaban sang Raja tidak membuatku senang, apa-apaan jawaban yang seolah menunjukkan ketidak peduliannya itu? Padahal dia tau desa sedang berada dalam masalah, padahal sebagai desa yang menjadi salah satu penopang sumber pangan kerajaan ini, bukankah dia harusnya membantu saat kami sedang dalam masalah? Ah... Pemikiranku terlalu naif rupanya. Perjanjian antara Desa dan juga Kerajaan ini bahkan terdapat di dalam catatan yang ada di Desa, aku sudah membacanya, dan memang tidak ada kesepakatan yang mengatakan jika desa dalam masalah, maka Kerajaan akan membantu. Yang tertulis di dalam perjanjian itu hanyalah, jika desa memberikan sebagian hasil pangannya, Kerajaan Badamdas tidak akan melakukan tindakan konfrontasi pada Desa. Karena ini adalah perjanjian yang telah ada sejak lama, maka itu artinya tidak pernah ada orang yang memprotesnya sampai hari ini. Padahal isinya sangat menguntungkan untuk Kerajaan Badamdas, apapun yang terjadi mereka akan selalu di untungkan. “Banyak orang yang menderita saat bencana itu terjadi, tapi... Sekarang sudah tidak apa-apa. Kalau begitu kami akan pamit. Permisi, Yang Mulia.” Aku menundukkan kepalaku sekali padanya, aku berlutut untuknya dan aku berjanji pada diriku, bahwa ini terakhir kalinya aku memperlakukan Raja Thane seperti ini. Berikutnya... Tidak akan lagi! **** Aku pulang dengan perasaan kecewa, apa yang terjadi hari ini membuatku begitu emosi. Ini adalah kali pertama amarahku menyentuh batas sabarku, ingin rasanya aku meledak tadi. Semua itu sudah tidak ada gunanya, aku sudah tidak ada pikiran untuk membantu Kerajaan ini lagi, apa yang terpenting untukku saat ini adalah wargaku. Jika bersama dengan mereka maka aku yakin, keadaan akan berbalik suatu saat nanti. “Kepala Desa, bukankah Tuan Putri dan Kakek Tua tadi ingin berbicara dengan anda? Kenapa kita langsung pergi dan menolak membicarakan sesuatu dengan mereka?” “Hathor, sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan dengan mereka.” Meskipun aku memberikan kacamata itu pada mereka, mau mereka otak atik seperti apapun mereka tidak akan pernah mengerti cara membuatnya. Meskipun mereka orang pandai sekalipun, tapi mereka tidak memiliki bakat yang ada dalam diriku. Meskipun aku hanya seorang Crafter, tapi aku bersumpah untuk tidak akan pernah kalah, baik dari mereka atau kerajaan ini. “Kepala Desa, tadinya bukankah kita ingin membicarakan tentang kentang pada mereka, Kenapa mendadak anda berubah pikiran dan memilih untuk pergi? Bagaimana soal membahas kentangnya? Raja harus tau kalau untuk panen kali ini kita akan memberikan kentang dan cara mengolahnya.” “Kita tidak perlu melakukan hal itu lagi, Hathor... Kau ingin Kerajaan ini menjadi sekaya apa? Jika mereka tau tentang kentang dan cara mengolahnya dari kita, mereka tidak akan sedikitpun mengucapkan terimakasih. Hari ini... Setelah bertemu Raja sendiri aku membuka mataku. Aku benci Kerajaan ini... Segera aku akan palingkan semua pandangan orang di desa, kemudian aku akan menggulingkan kerajaan ini.” “Kepala Desa...” “Saya melihat amarah dalam mata anda, jauh di dalam sana seperti kobaran api yang menjalar kemana pun. Dengan keyakinan sebanyak itu, jika memang anda ingin menggulingkan kerajaan ini, bahkan batu dan juga beton yang ada di sini, saya Hathor akan menerbangkannya untuk anda,” ucap Hathor. Dia berhenti berjalan di belakangku, dia berlutut dan menundukkan kepalanya. “Hathor, apa alasanmu mengatakan semua itu? Menurutmu apa yang kau lihat dari diriku yang sekarang?” Hathor mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku dengan sangat yakin. “Seorang Raja Sejati.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD