Keluarga Kerajaan

1648 Words
Apa yang baru saja di katakan oleh Tuan Putri Sean? Apa itu semacam lamaran? Dewa Garileon... Katakan padaku kenapa para gadis di dunia ini sangat bersemangat untuk melamar seorang pria?!!! Ya ampun, rasanya baru kemarin aku mendapatkan sebuah pengakuan cinta dari Rya, lalu hari ini, bahkan Putri Sean menyatakan hal yang serupa terhadapku? Apa ini? Apa aku sedang populer, tidak! Itu tidak mungkin, di duniaku yang sebelumnya aku adalah jones akut yang tidak pernah dekat dengan siapapun. Dewa Garileon, sebenarnya buff macam apa yang kau berikan padaku? “Tuan Putri, apa anda sadar dengan apa yang anda katakan tadi?!” “Ghanira, aku sadar sesadar-sadarnya. Biasanya sebelum aku membuat sebuah keputusan aku akan menyerahkannya terlebih dahulu kepadamu supaya aku bisa sangat yakin. Tapi kali ini aku benar-benar yakin akan keputusanku ini, aku ingin bertunangan dengan Ichigaya Eishi.” “Hmmm Hmmm!” dengung Hathor sambil memejamkan matanya seraya mengangguk. “Apa maksudmu melakukan itu?” tanyaku pada Hathor. “Itu... Bukankah hal wajar jika seorang gadis terpesona pada anda, Kepala Desa. Anda adalah sosok yang memancarkan aura kebijaksanaan yang sangat terang, anda adalah pria yang selalu melangkah di depan sambil membimbing orang-orang, seorang yang layak menyandang gelar pemimpin, bagaimana seorang gadis tidak terpesona? Jadi saya bisa mengerti apa yang di rasakan oleh Tuan Putri Kerajaan Badamdas,” jawab Hathor menyombongkan diriku. Tidak, tidak, tidak. Mana mungkin hal seperti itu membuatnya tertarik, kurasa ketertarikan Rya terhadapku itu terasa lebih masuk akal. Bagaimanapun kami saling mengenal untuk waktu yang lama, kami juga sering berbincang dan saling memahami satu sama lain, wajar jika dia mulai menyukaiku, bahkan warga desa juga sangat menyukaiku. Tapi si Sean ini, bukan hanya ini adalah kali pertama kita bertemu, aku juga tidak sering menghabiskan waktu bersamanya, berbincang pun aku merasa Ghanira yang lebih sering melakukannya denganku. Astaga, apa yang membuatnya tiba-tiba melamarku? “Tuan Putri, maaf tapi... Aku sama sekali tidak mengerti apa yang anda bicarakan.” “Bertunangan, itu adalah sebuah hubungan yang di buat oleh seorang pria dan seorang gadis sebelum mereka akhirnya menikah, hubungan itu menegaskan status di antara mereka.” “Kalau masalah itu saya paham, tapi yang saya tidak mengerti dengan alasan Tuan Putri mengajak saya untuk bertunangan.” “Benar Tuan Putri, itu adalah keputusan yang tidak masuk akal. Memutuskan pertunangan dengan orang yang baru anda temui, bagiamana anda bisa berpikir demikian. Setidaknya pikirkanlah status anda, juga anda harus pikirkan status orang yang anda ajak bertunangan.” “Apa yang di katakan oleh Nona Ghanira itu benar, Tuan Putri. Banyak hal yang perlu di pertimbangkan sebelum anda mengambil keputusan ini. Status adalah hal yang penting untuk Keluarga Kerajaan baik bangsawan. Apa jadinya jika anda memutuskan bertunangan dengan orang yang tidak memiliki status bangsawan seperti saya.” “Aku tidak peduli dengan alasan apapun, yang aku tau keputusanku ini sudah bulat. Aku merasa bisa banyak belajar jika berada di dekatmu, apa yang kau tau lebih banyak daripada apa yang ada di rak buku di kamar ini.” Keyakinan yang teguh dari Tuan Putri, atau harus ku katakan ini adalah bagian dari sikap egoisnya. Putri yang manja ini benar-benar bertekad untuk melamarku. Astaga, aku benar-benar selalu di hadapkan dengan situasi yang absurd. “Tuan Putri, apa anda benar-benar tidak keberatan dengan keputusan itu? Coba untuk melihat kenyataan yang lebih sederhana, apa saya cukup tampan untuk membuat anda tertarik? Bukankah seorang gadis selalu mendambakan pria yang tampan?” “Ba-bagiku... Kau sudah cukup tampan,” sahutnya dengan wajah tersipu yang ia palingkan dari ku. Hathor sekali lagi berdengung sambil menganggukkan kepalanya dua kali. “Bagaimana dengan sikap? Jika saya ternyata adalah orang yang tidak cukup baik, apakah anda tetap bisa bulat pada keputusan anda?” “Tuan Eishi, ini hanyalah sebuah pertunangan. Hubungan yang serius adalah saat kita sudah menikah. Selama masa pertunangan ini biarkan aku tetap berada di sampingmu untuk menilai orang seperti apa dirimu itu, jika kau baik maka aku akan menikah denganmu, dan jika kau tidak cukup baik, maka aku sudahi pertunangan ini. Sederhana,” jawabnya. “Tuan Putri benar, sesederhana itu. Ah... Saya benar-benar tidak menyangka, anda pergi ke sebuah desa untuk singgah dan berakhir menjadi pimpinan dari desa yang anda singgahi, lalu anda pergi ke kota dan tanpa di duga mendapatkan lamaran dari seorang Tuan Putri. Setelah menjadi pemimpin anda mendapatkan seorang calon ratu, Kepala Desa... Anda benar-benar orang yang di takdirkan untuk menjadi Raja di dunia ini. Saya akan terus mengikuti anda kemana pun,” ujar Hathor sambil mengepalkan tangannya. Oy... Tolong kasihani aku, jangan malah memujiku. Ini adalah kali pertama dalam hidupku di hadapkan oleh situasi yang serumit ini. “Pertunangan antara anda dan Tuan Putri, saya menyetujuinya,” imbuh Hathor. Memangnya kau itu orangtuaku, kah? “Saya tidak bisa menyetujui pertunangan ini,” Celetup Ghanira sambil memukul meja. “Memangnya kau itu orangtuaku, apa?!” jawab Tuan Putri Sean. Aku pun berpikir demikian, ngomong-ngomong. “Meskipun aku memutuskannya dengan sepihak, tapi aku tetap butuh persetujuan dari orang tuaku, kalau begitu Tuan Eishi... Bagaimana kalau kita menemui Raja dan Ibunda Ratu?” “Hah?!!” Memang tujuan awalku adalah untuk bertemu Raja, tapi bukan untuk membicarakan masalah pertunangan denganmu. Ah... Kenapa malah semakin runyam masalahnya?! Apa Raja tidak akan menghukumku atas tindakan konyol putrinya ini? **** Bagaimanapun, saat ini yang membawaku melewati lorong-lorong megah nan mewah ini adalah keinginan egois dari Tuan Putri. Aku tidak pernah membayangkan akan menjelajahi Kerajaan sungguhan dalam hidupku, semua yang aku lihat di Manga juga Anime, sekarang aku dapat melihatnya secara langsung. Pilar-pilar tinggi yang di kelilingi oleh pernak-pernik, para penjaga yang memakai zirah lengkap dengan prisai dan tombak di tangan mereka, bahkan para pelay4n dengan pakaian Maid. Wah... Aku tidak pernah membayangkan datangnya hari ini dalam hidupku. Di depanku saat ini ada sebuah pintu setinggi lima meter, aku yakin di balik pintu ini adalah sebuah ruangan yang biasanya menjadi tempat bagi singgasana Raja. Ha... Hanya tinggal beberapa langkah lagi, sebelum aku benar-benar bertemu dengan seorang Raja. Orang yang paling berkuasa di negeri ini. “Buka Pintunya!” seru Tuan Putri Sean. Dengan sigap prajurit yang berbaris di depan pintu bergerak membuka pintu itu. Ya ampun, benar-benar repot sekali, kenapa kalian tidak membuat pintu sederhana yang bisa di buka oleh satu orang dengan mudah. Mungkin beginilah cara seorang Raja menunjukkan kekuasaannya. “Tuan Putri, apa anda sudah memikirkan dengan matang apa konsekuensi dari tindakan anda membawa kedua orang ini kemari. Ini bisa menjadi sangat gawat Tuan Putri, terlebih Ibu Ratu ada disini,” bisik Ghanira. Ya ampun, kenapa Ghanira harus mengatakannya, aku semakin ketakutan jika terus memikirkannya. Sebelum sampai ke ruangan ini bahkan aku sudah merasakan tatapan yang tidak mengenakkan dari orang-orang yang ada di Istana, para prajurit, para maid, dan orang-orang yang tampak seperti bangsawan. “Open Information.” Saat ini yang ku lihat di ruangan ini adalah Sang Raja, Thane Rommel Badamdas, sang Ratu Vivian Rommel Badamdas, satu orang Penyihir Agung Kerajaan, satu orang Pimpinan Kesatria. Si Raja levelnya adalah 39, Ratu sendiri levelnya 36, sang Penyihir Vallas memiliki level lebih tinggi yaitu 45, sedangkan kapten dari Ksatria Vargash memiliki level 43. Jelas keduanya memiliki level yang lebih tinggi dari pada sang Raja, tapi... Di bandingkan dengan Hathor yang sudah mencapai Level 68, bukankah mereka semua ini tidak ada apa-apanya? Yah... Lagipula mereka tidak sadar akan kekuatan mereka sendiri, sebaliknya aku bisa mengukurnya. Karena Hathor jauh lebih unggul di bandingkan dengan mereka yang ada di ruangan ini, aku merasa lebih tenang. “Sean, siapa orang-orang yang kau bawa itu?” ujar sang Raja. “Ayahanda, mereka berdua adalah orang yang berasal dari Desa Nimiyan, desa yang menjadi salah satu pemasok sumber pangan Kerajaan Badamdas.” “Satu orang yang terlihat kuat itu, tidak mungkin dia adalah seorang warga desa biasa. Sedangkan orang yang satunya memiliki wajah yang tidak biasa, Desa Nimiyan itu tidak jauh dari sini, wajahnya tidak seperti seorang pribumi, apakah kalian benar seorang warga yang berasal dari Nimiyan?” ujar Sang Ratu, Vivian Rommel Badamdas. Dia jeli sekali, bahkan baru kali ini aku mendengar orang sangat memperhatikan wajahku. Sebenarnya wajahku saja sudah bisa membuat orang lain menebak, mereka pasti akan mengerti jika aku bukan berasal dari Negeri mereka. Umumnya orang-orang dari kerajaan Badamdas memiliki perawakan seperti orang Persia dan orang Amerika. Aku yang berwajah oriental sudah pasti memiliki perbedaan yang sangat jauh dari mereka. “Benar, kami adalah orang yang berasal dari Nimiyan, yang Mulia. Memang kami bukan warga asli Nimiyan, Hathor yang berdiri di samping saya adalah seorang pengungsi dari Ngarai Seribu Bangkai, saat ini dia adalah warga resmi Desa Nimiyan. Saya sendiri bernama Ichigaya Eishi, saya awalnya adalah seorang pengembara, tapi kali ini saya merupakan Kepala Desa dari desa tersebut.” “Seorang pengungsi dari Ngarai Seribu Bangkai, seorang Bandit Gunung, ya? Dan kau sendiri pasti seorang pengembara yang datang dari negeri timur jauh. Negeri yang di katakan memiliki peradaban paling maju dengan benda-benda aneh yang diciptakan dengan sihir. Negeri yang menjadi awal di temukannya sebuah Rune,” jawab seorang Penyihir Agung yang bernama Vallas. “Kakek Vallas benar, mungkin Tuan Eishi adalah seorang pengembara yang berasal dari Negeri di timur, dia membuktikan dengan benda-benda aneh yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Kakek... Apa kau tau, Tuan Eishi membuat sebuah benda yang mampu membuat kita dapat melihat dengan jelas. Benda itu di namakan Kacamata, lihat ini!” Dengan sangat bersemangat Tuan Putri menghampiri orang yang ia panggil Kakek dan memberikan kacamata minus yang baru saja aku berikan padanya. “Apa ini? Apakah ini berlian? Ini bahkan lebih bening sampai aku bisa melihat menembusnya.” “Kan, kan?!” dengan wajah yang antusias Tuan Putri Sean mengatakannya. “Pakailah, Kek!” imbuhnya. “Eh? Memakai benda ini? Bagaimana?” Sean lalu memasangkannya pada Penyihir Agung Kerajaan itu, aku melihat saat Tuan Vallas memperhatikan kacamatanya dia memundurkan kepalanya sedangkan tangannya tidak ia tekuk, artinya dia melihat kacamatanya dengan jarak yang cukup jauh. Kalau begitu, kacamata minus itu sama sekali tidak akan berguna padanya. “Fogging Brain!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD