Kenapa tiba-tiba?

1745 Words
Mendengarkanku yang sudah mau berterus terang dengan mengungkap identitasku, Ghanira akhirnya bisa lebih bersikap tenang, walaupun tatapannya masih mewaspadaiku. “Eh?!! Kepala Desa? Kamu nampak begitu muda, jika dengan penyamaran yang baru saja kau gunakan mungkin aku akan percaya jika kau adalah Kepala Desa. Bukankah umumnya seorang Kepala Desa itu penampilannya seperti kakek-kakek. Setidaknya begitu dari apa yang k*****a di buku cerita,” ujar Sean. “Kau juga menyebut desa tempat kau berasal adalah Desa Nimiyan? Bukankah seharusnya wilayah Nimiyan itu di pimpin oleh seorang Baron? Kalau tidak salah namanya adalah Soleves Gauntlet. Lalu bagaimana kau menggantikan posisinya sebagai pemimpin desa? Apa kau itu putranya?” Ya ampun, Tuan Putri ini terlalu banyak bicara dan menanyakan banyak hal, bukankah sebelum dia menanyakan macam-macam ada sesuatu yang harusnya dia ucapkan terlebih dahulu? “Ehemm! Maaf Tuan Putri, bisakah kita membicarakannya dengan santai? Sambil duduk atau...” Ghanira menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya dengan tangan menempel di keningnya, wajahnya itu nampaknya adalah wajah kecewa. Benar juga, sejak awal aku bertemu dengan mereka. Ghanira ini selalu mewanti-wanti Sean agar bersikap sopan. Apa Sean ini buruk dalam hal tata krama, padahal dia adalah seorang Tuan Putri. Mungkin dia tipekal orang yang selalu bolos dalam pelajaran tara krama. “Benar, sebelumnya bukankah aku harus mempersilahkan tamu duduk terlebih dahulu, maafkan atas ketidaksopanan ku barusan, Kepala Desa.” “Terimakasih atas tawarannya, Tuan Putri. Tidak perlu bersikap terlalu sopan pada saya,” jawabku sambil menarik kursi dan mendudukinya dengan segera. Nampaknya Tuan Putri bingung bagaimana menyuruh Hathor untuk duduk, benar... Kursinya terlalu lucu untuk di duduki oleh Hathor, kurasa mejanya lebih cocok menjadi kursi untuknya. “Maaf Tuan Putri, tidak perlu mengkhawatirkan saya, saya tidak apa-apa tetap berdiri seperti ini. Jadi... Jangan sungkan,” ujar Hathor. Kemudian Putri Sean duduk dengan perasaan lega. “Dengan begini kita bisa bicara dengan nyaman, baiklah Tuan Putri, silahkan!” “Kalau begitu aku akan meminta Ghanira yang bertanya, jika aku yang melakukannya... Nanti aku malah menanyakan sesuatu yang tidak penting. Ghanira, tanyakan sesuatu pada mereka!” “Baik Tuan Putri,” jawab Ghanira. Tatapannya langsung serius mengarah padaku. “Jika Status kalian adalah buronan di kota ini, kenapa kalian kembali setelah berhasil kabur dengan aman? Tentu ada hal penting yang harus kalian lakukan disini. Katakan dengan berterus terang, apa tujuan kalian kembali ke Ibu Kota?” Langsung pertanyaan yang serius, kah. Jika di bandingkan dengan pertanyaan yang di ajukan oleh Sean di awal, apa yang di tanyakan oleh Ghanira ini lebih penting. Meskipun terlihat sebagai seorang pengawal, sebenarnya Ghanira ini adalah seorang juru bicara yang handal. “Baiklah, saya akan berterus terang. Tujuan kami kemari adalah bertemu dengan Raja Badamdas. Tentunya kalian pasti berpikir bagaimana mungkin orang biasa seperti kami bertemu dengan orang sepenting Raja, hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Jadi... Saya menyusun rencana.” “Kepala Desa?” “Tidak apa-apa Hathor, untuk mendapatkan sebuah kepercayaan maka kita perlu berterus terang,” sambil mengankat tanganku menghentikan Hathor yang terlihat ingin menyela pembicaraanku. “Jadi kau menyusun sebuah rencana,” dengan mata menatap dalam langsung ke arah mataku, Ghanira mengatakannnya. “Tanpa menyusun sebuah rencana bagaimana mungkin orang biasa seperti saya dapat menemui seorang Raja? Jadi ini yang saya rencanakan, mencari Tuan Putri sebagai orang yang dapat menjadi perantara antara saya dengan sang Raja. Jika dengan bantuan Tuan Putri, mungkin saya bisa bertemu langsung dengan sang raja.” “Tapi membujuk seorang Tuan Putri juga bukan sesuatu yang mudah, bukan? Bahkan saya perlu memikirkan sesuatu. Tapi saya mendengar sebuah rumor tentang Tuan Putri Sean yang sangat cinta terhadap ilmu pengetahuan.” Tentu saja aku tidak pernah mendengar rumor semacam itu, aku hanya mengarang saja. Lagipula aku hanya menebak-nebak, karena kamar Tuan Putri Sean yang penuh dengan buku, dan dia selalu pergi mengendap-endap keluar Istana untuk melihat sesuatu, lalu matanya yang tertarik dengan Kaca yang belum pernah ada di dunia ini sebelumnya. Aku hanya bisa menyimpulkan satu hal, gadis itu adalah seorang penggila belajar. “Rumor tentang Tuan Putri tidak mungkin bisa kau dengarkan di luar istana, Tuan Putri Sean adalah orang yang sangat jarang memperlihatkan sosoknya di depan halayak ramai. Jadi... Apa kau mau bilang bahwa kau mempunyai telinga yang tajam, Tuan Kepala Desa?” Ada apa dengan si Ghanira ini, apa dia sebenarnya seorang ahli psikologi? Nampaknya dia sedang mengujiku, satu-satunya cara agar tidak ketahuan saat berbohong adalah bersikap dengan tenang, perkataan tidak boleh kaku, nafas tidak boleh terengah-engah, jaga agar tidak berkeringat, tatapan harus terlihat meyakinkan. “Nona Ghanira, orang di Istana juga perlu pergi keluar, bahkan orang yang ada di luar dan pernah masuk ke dalam Istana, bukankah ada kemungkinan mereka membawa rumor itu keluar? Jika tidak, bagaimana rumor itu sampai ke telinga saya?” Yosh! Aku mengatakannya dengan sangat tenang, nada bicaraku juga tidak terdengar kaku atau gemetar. Kurasa aku sudah cukup memberikan jawaban yang meyakinkan. Bagaimana Nona Ghanira? Apa kau sudah puas memperhatikanku? “Jadi dengan mengetahui fakta itu kau pergi mencari Putri?” “Rasanya kurang tepat mengatakan hal itu, faktanya bukan saya yang mencarinya. Tapi Tuan Putri sendiri yang mencari saya. Untuk benda yang ada di tangannya itu,” ujarku dengan menyinggung kacamatanya. “Benda yang ia pegang tidak bisa di temukan di manapun, hanya saya satu-satunya orang yang dapat membuat benda semacam itu. Karena benda itu menarik untuk Tuan Putri, maka dia juga tertarik untuk mempelajarinya. Faktanya, orang yang suka belajar sangat bersemangat untuk mengetahui hal yang tidak mereka ketahui. Bukankah seperti itu Tuan Putri?” “Ya, Benar! Aku sangat ingin tahu tentang benda seperti apa Kaca ini, dan cara untuk membuatnya,” Sean mengatakannya dengan semangat bahkan dia terlihat melompat dari kursinya. “Tuan Putri? Seorang Tuan Putri tidak melompat karena mereka kegirangan. Tolong tetap bersikap anggun, jika Ratu tau sikap anda masih seperti ini, beliau akan mulai menceramahi anda lagi siang dan malam.” “Ba-baik,” dengan suara lirih Sean membalasnya. Pasti susah juga untuk Ghanira mengawasi Nona Muda yang sangat manja seperti Sean, bahkan Ghanira... Daripada berperan sebagai seorang pengawal, dia lebih bersikap seperti kakak perempuan yang tegas. “Maafkan saya, mungkin terdengar kurang sopan. Tapi... Kacamata yang saya buat itu, memang sengaja saya jadikan umpan agar Tuan Putri mau keluar menemui saya.” Sebenarnya itu hanya sebuah ketidak sengajaan, niat awalku membuat benda itu adalah karena murni untuk menyamar, aku sama sekali tidak berpikir kalau itu akan menjadi sesuatu yang akan menarik minat Tuan Putri Sean. “Seperti yang diharapkan dari Kepala Desa, itu artinya semua berjalan sesuai dengan rencana,” ujar Hathor. Tolong berhenti memujiku, semua tidak berjalan sesuai dengan apa yang aku rencanakan, meskipun hasilnya memang lebih baik. “Sampai memikirkan hal-hal sejauh itu, nampaknya menjadikanmu sebagai seorang Kepala Desa di usiamu yang masih sangat muda, orang-orang di Desa Nimiyan tidak memutuskan hal itu tanpa alasan.” “Terimakasih.” “Meskipun kau cukup cerdik dan juga bijaksana, tapi bagiku kau ini masihlah seperti orang licik.” “Ma-maaf.” “Desa Nimiyan ya... Sepertinya aku pernah membaca tentang desa itu di sebuah buku, bisakah kalian tunggu aku sebentar?” Tuan Putri Sean langsung bergegas mencari buku di raknya yang cukup besar dan banyak. Nampaknya dia tidak kesulitan mencari buku yang dia inginkan, mungkin karena dia sering membacanya dia menjadi ingat dimana saja dia menyimpan buku yang dia inginkan. “Aku menemukannya, di dalam buku ini tertulis sejarah Desa Nimiyan dan hubungannya dengan Kerajaan Badamdas. Aku pernah membacanya sekali, tapi karena terlalu banyak buku yang k*****a, aku tidak terlalu mengingat banyak hal tentang desa itu. Tapi aku dengar, belakangan ini banyak sekali kabar yang beredar tentang desa tersebut, khususnya kabar soal kemunduran dan juga epidemi yang terjadi di desa itu. Apalagi kabar soal itu sudah menjadi desa mati, banyak orang yang membicarakan itu di kota.” Sambil membicarakan hal itu Sean juga mencari-cari tentang Desa kami di bukunya, tapi... Tampaknya dia melihat bukunya terlalu dekat, apa dia sebenarnya memiliki gangguan mata? Minus, kah? Apakah aku harus menggunakan Skill Fogging Brain ku untuk membuatkannya kacamata minus? Lagipula itu hanya sebuah kacamata, mungkin tidak akan terlalu banyak menggunakan MP, lagipula Levelku sekarang sudah sedikit lebih tinggi, jadi kurasa tidak akan jadi masalah jika aku membuatnya. Aku meletakkan tanganku di balik jubah yang kupakai, aku membayangkan sebuah kacamata minus yang bentuknya akan sesuai jika di pakai oleh seorang gadis, untungnya aku memiliki banyak referensi soal kacamata. Itu... Karena aku menyukai gadis berkacamata, tidak kusangka pengetahuanku soal itu akan berguna saat ini. “Tuan Putri, jika anda tidak keberatan... Maukah anda menggunakan kacamata ini?” ujarku sambil memberikan sebuah kacamata yang baru saja aku tempa dalam otakku. Sean mengambil kacamata minus itu, kali ini Ghanira tidak menghentikannya. Sepertinya dia mulai percaya dengan apa yang ku katakan. “Eh? Ada apa dengan benda ini? Bagaimana mungkin setelah aku memakainya, semuanya terlihat begitu jelas? Ghanira... Aku bisa melihat semuanya dengan jelas sekarang.” Kemudian Sean mencoba melihat tanpa menggunakan kacamata, tapi pandangannya tetap buram setelah melepasnya. “Tidak, aku masih tetap tidak bisa melihat semuanya dengan jelas. Pemandangan yang kulihat masih terlihat sangat buram.” “Tapi ketika aku menggunakan benda ini, semuanya terlihat jelas kembali,” ujar Sean sambil memasangnya kembali. Aku hanya bisa tersenyum melihat reaksinya yang seperti itu. “Tuan Putri, apa kau tidak keberatan jika aku mencobanya juga?” Sean kemudian memberikan kacamata minus itu pada Ghanira, aku tidak tau apakah dia juga memiliki gangguan atau tidak pada matanya. Tapi jika dia tidak memiliki gangguan pada matanya, maka yang terjadi adalah hal yang sebaliknya. “Tidak, semuanya rasanya terlihat mengecil dan memburam. Aku merasa pusing setelah memakai benda ini.” “Nona Ghanira, sebaiknya anda melepaskan benda itu. Anda memiliki mata yang normal, itu sebabnya anda mengalami efek yang berbeda dari Tuan Putri, sedangkan Tuan Putri itu memiliki gangguan penglihatan yang di sebut dengan Miopi atau rabun jauh, di kampung halamanku... Hal tersebut biasanya di sebut dengan Minus.” Ghanira kemudian melepas kacamatanya, kemudian dia terlihat sangat lega karena setelah melakukannya pandangannya kembali menjadi normal. Melihat ajaibnya cara kerja benda yang ku buat itu membuat si Tuan Putri Nampak sangat bersemangat. Di situlah ketertarikannya di mulai... Tapi bukan pada kacamata minus itu. “Ichigaya Eishi, aku tidak pernah mengerti apapun yang kau katakan, setiap hal yang kau jelaskan bagiku adalah sebuah pengalaman baru, aku tidak bisa menemukan apapun dari kalimatmu di dalam buku yang pernah k****a. Karena itu ku putuskan... Mulai saat ini aku ingin bertunangan denganmu,” sambil menunjuk ke arahku dengan tatapan yang sangat seriu, Sean mengatakannya dengan sangat jelas. Eh? “Eeeehhhhhhhhh????!!!!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD