"Hah, Prily. Bukanka kamu tidak punya ayah,?" Tanya anggi sambil mengunya makananannya.
"Tidak, aku punya ayah. Kata ibuku ayahku adalah orang hebat. Dia adalah seorang Tentara." Ujar Prily bangga sambil tersenyum melirik Anggi yang sedang tercengeng.
Anggi terjejut karena dia selalu mendengar dari temannya yang lain, kalu Prily tidak punya ayah.
Pada saat ini, seorang wanita dengan penampilan glamor masuk dengan tergesa gesa!"
"Putriku Diana yang cantik, bagaimana hasilnya kamu pasti juara satu,kan?" Tanya wanita itu kapada putrinya sambil melirik sinis siswa dan guru guru lain.
"Ibu!" Pemanangnya belum di umumkan." Oh, hahaha tidak masalah,kamu pasti Juaranya putriku.!
Karena, suaranya keras ucapan wanita glamor ini terdengar jelas oleh para orang tua serta guru guru TK yang hadir. Ada yang menatap sinis, namun ada juga yang tidak peduli.
"Ibu! Aku belum tentu juara, soalnya kali ini gambarku kurang bagus. "Ujar Diana spesimis.
"Hah,Putriku! "kamu tidak boleh berkata sperti itu. "Ibu sangat yakin kamu pasti juaranya." Ujarnya yakin.
"Hah, apakah orang ini sangat tidak tau malu,?" Bahkan jika harus memuji anak sendiri, bukankah tidak perluh seyakin itu,?" Sampai harus yakin dan memastikan kalau putrinya yang akan juara." Kata salah satu orang tua murid dengan risih
Mendengar ada orang yang berani menyela ucapannya, seketika wanita glamor itu geram. Dia menatap ibu ibu itu dengan tatapn benci. Dia kemudian bergegas ke arah ibu ibu itu dan berkata,
"Hei, kamu.! Apakah ini ada hibungannya denganmu, hah! Terserah aku mau bicara apa. Kamu urus sajah putrimu yang bodoh itu! Ucapnya geram sambil melirik anak kecil di depan ibu yang saat ini di maki olehnya.
Ibu yang dimaki bernama Mira hendriawan. Ibu dari Sinta, siswa TK Teratai Merah.
Dan yang si wanita glamor itu bernama Erna Javari. Ibu dari Diana.
"Apa? Ini! ... Wanita ini sangat tidak sopan, kata katanya sangat arogan!"
"Iya betul. "Dia bahkan mengatai anak orang lain bodoh. Ishh sangat tidak be etika dan sangat sombong!"
Saat ini, sumua hadirin berbisik bisik membicarankan sikap Erna yang di anggap sangat sombong. Tidak ada satupun orang yang senang mendengar kata kata kasarnya barusan.
Mira dimaki dan juga anaknya yang dikatai seketika marah!"
"Hei wanita gila! "Jaga ucapanmu itu?"Kamu boleh memakiku tapi aku tidak suka kamu mengatai Putriku bodoh!" Geram Mirna sambil menunjuk muka Erna."
Melihat pihak lain berani berbicara kasar padanya, Erna juga naik pitam, dia juga tidak mau kalah.
"Hei wanita tidak tau diri! "Memangnya kenapa kalau aku bilang anakmu itu bodoh hah! "Apa yang bisa kamu lakukan!"
Plaak!
Pada saat ini, tamparan akhirnya mendarat di pipi Erna. Mirna benar benar marah dibuatnya. Tanpa memikirkan konsekuensi, dia langsung menampar wajah Erna yang dia anggap sudah sangat kelewatan.
Semua hadirin sangat terkejut! hadirin spontan memegang pipi masing masing. Mereka merasa ngerih melihat adegan yang terjadi barusan. Mereka bahkan tidak menyangka, Mirna akan bertindak influsif sampai menampar wajah pihak lain.
Sedangkan Erna saat ini terbengong, tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.
Dia tidak percaya pihak lain benar benar berani bertindak padanya. Setelah dia sadar karena merasa kesakitan diwajahnya, dia mendekat menujuk dengan tangan gemetar karna marah bercampur malu.
"Hah, kamu! Kamu berani menamparku.?" Ucap Erna sambil mengusap wajahnya yang sakit akibat terkena tamparan.
Dia menatap Mirna dengan tatapan membunuh!
Dia tidak terima di tampar dan di permalukan di depan umum.
Tidak ingin dipukul sepihak, Erna mengangkat dan membuka telapak tangannya guna membalas tamparan tadi.
Namun tiba tiba,
"Berhenti!"
Suara dari arah panggung menghentikan niat Erna yang ingin menampar pihak lawan.
Tangannya tertahan di udara dan tidak jadi menampar akibat terkejut!
"Ada apa ini,?" Kami pihak juri mendapat informasi kalau ada keributan antar orang tua murid.?" Mohon para ibu ibu jangan membuat keributan. Ini bisa ber akibat buruk bagi anak anak." Ujar juri yang bernama Hermanto.
Hermanto merupakan pegawai dan bekerja di kantor Dinas pendidikan dan kebudayaan Kota Amora.
Dia hadir dan menjadi juri atas perintah langsung dari Wali kota Amora.
Karena perlombaan kali ini memang murni di adakan oleh Pemkot Amora, guna memberi semangat dan motifasi bagi anak anak dalam mengembangkan kreatifitas dan moral sosial.
Hanya saja Hermanto tidak menyangkah, orang tua yang seharusnya mendukung dan memberi contoh yang baik, justru memperlihatkan sesuatu yang sangat buruk untuk disimak anak anak. Hal seperti ini tentu dapat menjadi pengaruh buruk untuk anak usia dini.
"Pak Hermanto, orang ini lah yang datang dengan tidak sopan. kami awalnya tenang dan baik baik saja dengan para guru dan juga orang tua murid. Tapi sejak ibu ini datang, kami menjadi resah dan tidak tenang." Ujar Mirna mengadu.
"Apa maksudmu dengan mengatakan aku datang mengacau,?" Aku hanya ingin memberi semangat Pada Putriku. Apakah itu salah.?" Ujar Erna menyela tuduhan Mirna. Dia berkata dengan ekspresi kasian, seolah olah dialah yang di rugikan dan di fitnah.
"Pak Hermanto, jangan dengarkan omong kosongnya. Dialah yang lebih dulu bertindak kasar. Dia bahkan bermain tangan dan menamparku." Ucap Erna meyakinkan sambil mengusap wajahnya yang merah akibat di tampar.
"Cukup! "Aku tidak ingin mendengar alasan lagi! Kalian para orang tua sebaiknya duduk dengan tenang. Ini adalah kompetisi anak anak.
"Jika kalian para orang tua mau ribut, maka silahkan keluar! "Jangan menganggu di acara ini. Apa kalian mengerti! "Bentak Hermanto menatap Mirna dan erna kesal." Iya kami mengerti!" Ujar Erna dan Mirna bersamaan.
"Baiklah, lima menit lagi akan di umumkan pemenang lomba menggambar. "Aku harap kalian tidak ribut lagi." Kata hermanto tegas. Lalu kembali ke ruang Juri.
Setelah Hermanto pergi, Erna menatap Mirna dengan ekspresi dendam.! Sedangkan Mirna hanya senyum sinis menanggapi isyarat ancaman dari tatapan Erna.
"Awas saja kamu, kamu berani memukulku. Kamu tunggu saja suamiku datang, aku pasti akan mengadukan hal ini. Ancam Erna."
"Silahkan saja, aku tidak takut." Ucap Mirna ketus."
"Ibu Guru, aku tidak peduli apa aku juara atau tidak. Siapapun juaranya bagiku sama saja. Aku sudah cukup senang bisa ikut dan ketemu teman teman dari sekolah lain.
"Ibuku juga bilang ,juara tidak penting, yang paling penting adalah, kita melakukan sesuatu dari hati dan bekrja dengan senang serta sungguh sungguh.!
Saat ini, semua mata melirik ke arah Prily. Kata kata Prily barusan terdengar jelas di telinga para hadirin. Mereka sangat terharu mendengar ucapan Prily yang begitu dewasa.
Bukan hanya para guru dan orang tua murid yang mendengarnya. Tapi juga salah satu juri yang kebetulan melewati kerumunan anak anak.
Juri itu bernama Fadly. Dia sangat terharu mendengar kata kata Prily barusan. Dia bahkan hampir meneteskan air mata haru! Fadly juga pernah memiliki seorang Putri. Putrinya tahun ini harusnya se umuran dengan Prily. Hanya saja tuhan sudah lebih dulu memanggilnya.
"Prily ... Ibu mu berkata benar. Juara atau tidak, itu sama saja. Yang terpenting adalah bagaimana kita selalu berusaha melakukan yang terbaik. Tidak peduli apa kata orang atau teman, kita harus mengikuti kata hati kita.
"Seperti gambarmu contohnya, kamu menggambar tiga orang berdiri di sebuah pantai sedang melihat matahari terbenam.
"Tanpa kamu beri tau, ibu guru sudah tau siapa ke tiga orang itu.
Karna kamu mengambar apa yang ada didalam hatimu saat itu. Ujar Naomi mengingatkan.
"Ibu guru benar, banyak temanku mengatakan aku tidak punya Ayah, tapi aku tidak peduli juga tidak marah.karena aku percaya kalau Prily juga punya Ayah.
"Ibuku salalu berkata, kalau aku punya Ayah. Suatu saat Ayah pasti akan datang menemuiku.
"Ibuku juga bilang kalau Ayahku adalah seorang pahlawan. Dan aku percaya sama ibuku.
"Ibuku adalah orang baik, dia tidak mungkin bohong sama Prily." Ucap prily dengan bangga dan dengan sejuta kerinduan terhadap ayahnya.
Kata demi kata yang terucap dari mulut Prily membuat Para guru dan beberapa orang tua murid menangis haru dan sedih.
Seorang anak yang memiliki pemikiran dewasa ini ternyata belum pernah sekalipun melihat ayahnya. Sebagai seorang ibu tentu saja sangat kasihan melihatnya. Beberapa di antaranta sudah sibuk menyeka air mata di pipinya.
Bahkan Fadly saat ini juga ikut diam diam menyeka airmatanya. Dia juga seperti ibu ibu yang lain. Sangat sedih mendengar kisah Prily yang sangat merindukan ayahnya. Lalu kemudian pergi dan masuk kedalam ruang juri dengan ekspresi sedih.