Briana akhirnya tidur dengan cukup nyenyak malam itu, meskipun ada banyak kejadian yang mengganggunya sejak mereka tiba di Pulau Bali. Pada pagi harinya, di hari Minggu yang cukup tenang, Briana bersiap untuk bertemu dengan calon investor yang dikatakan oleh Raizen. Liara yang paling bersemangat di antara mereka segera mengetuk pintunya. "Ya, ampun! Briana, kamu sudah bersiap, ya?" serunya dengan senyum lebar. Wanita dewasa mengangguk dengan senyum yang sama lebarnya dengan wanita di depan pintu. "Sekarang belum pukul tujuh pagi. Boleh aku masuk sebentar ke kamarmu? Pemandangan di kamarmu lebih bagus daripada milikku," katanya dengan sedikit cemberut. "Boleh saja. Apakah kita pesan layanan kamar saja? Kamu belum sarapan, kan?" Liara mengangguk cepat, setuju dengan idenya.

