BAB 7

2041 Words
Menangis adalah hal yang paling dihindari Gala dalam sejarah hidupnya, baginya laki-laki pantang menangis tapi setelah mendapat informasi dari temannya ini dan mengetahui bahwa Allura memang anak kandungnya bersama Awina, Gala terisak menumpangkan segala kesalahan dan kebodohan pada dirinya kenapa dulu ia tak pernah mempertahankan Awina. Sebenarnya bukan salah Gala menyetuji perceraian Awina, saat itu Gala tak tahu bila mantan istrinya itu sedang hamil, mengatakan saja tidak. Danis sebagai teman baik Gala menghampiri temannya memberikan semangat pada sahabatnya, ia tahu ini hal yang tak mudah apalagi nanti saat Gala menemui Awina untuk menanyakan keaslian hal ini. “Sabar, Gal—gue yakin masih ada jalan buat lo buat ketemu anak lo.” Gala mengangguk. “Thanks Dan, ntar bonus lo gue kirim.” “Santai aja bro!” Danis menepuk bahu Gala. “rencana kapan lo mau ketemu sama Awina? Kalo saran gue lebih cepat lebih baik Gal, semakin lo lambat bertindak semakin banyak peluang para buaya.” “Secapatnya, Dan.” niat kuat Gala. “Kalo gitu gue pamit, gue mau jemput putri gue.” “Oke, hatui-hati semoga sukses.” “Yoi!” Gala keluar dari ruangan Danis segera ia pergi dari kantor Danis. Hal pertama yang akan dilakukan Gala adalah menghubungi Awina untuk ia aja bertemu, ia tak bisa mendiamkan masalah ini terlalu lama. Kenapa Awina tidak jujur dengannya kenapa mantan istrinya malah menyembunyikan prihal putrinya darinya. Ia bapak kandungnyakan. Hari ini Gala gunakan untuk bertemu dengan Awina menomerduakan pekerjaannya yang untung sedang tidak ada persidangan yang penting. Sembari melajukan mobilnya Gala menekan nomer ponsel Awina. Gala dan ketidaksabarannya adalah teman baik hingga saat ini. “Hallo, Awina?” “Hallo, ada apa lagi Mas Gala.” suara Awina terlihat kesal. “Aku mau ketemu kamu siang ini juga, ada yang mau aku tanyakan sama kamu.” to the point Gala. “Ngomongin apalagi? Udah enggak  ada lagi yang perlu kita bicarain—Mas udah lupa ya kalo kita ini udah berakhir?” “Nggak, aku benar-benar butuh penjelasan dari kamu yang kamu sembunyikan dariku selama ini—tunggu disana, aku jemput kamu sekarang!” paksa Gala. “Mass—aku ada meetting abis ini, Mas—Hall—“ Gala tak bisa lagi menerima Awina yang lari darinya ini butuh kejelasan, Gala melajukan dengan kencang mobilnya menuju kearah kantor Awina dimana wanita itu berkerja. Bahkan Gala tak menerima alasan Awina yang katanya akan ada meetting siang ini. Gala memakirkan mobilnya dipakiran bawah yang diperuntukkan untuk tamu. Gala kembali menghubungi Awina kembali namun sayangnya wanita itu enggan menerima panggilannya, tak mau menyerah Gala kembali menghubungi Awina, biar saja sekali ini Gala ini menjadi manusia egois apalagi ini masalah tentang masa depannya. Wanita dengan tinggi semampai keluar dari kantornya terburu-buru, mencari kesana-kesini keberadaan si penelepon yang tak tahu diri itu, Gala menegakkan kepalanya dan tepat saat ia mendongakkan kepalanya ia melihat Awina dengan dengan tatapan kesalnya. Terlihat Awina berlari kearahnya senyum puas Gala mengudara, kali ini Gala menang. Wajah Awina tak begitu baik saat sudah berhadapan dengan Gala sepertinya sebentar lagi lahar dikepalanya Awina akan meledak. “Apaan sihh! Aku udah bilang jam ini aku ada Meeting kenapa enggak nanti aja sih!” omel Awina pada Gala namun Gala malah menyukai melihat kemarahan Awina. “Nggak bisa, ini penting banget—dan kita harus ngomongin masalah urgent banget ini, ayo masuk ke mobil.” “Nggak! Aku masih kerja.” Kekeuh Awina menolak. “Pleasee, Awina—aku perlu meluruskan hal ini.” “Hal apalagi sih Mas? Kita udah selesesai, stop, udahh!” “Masuk dulu ke mobil Awina, please.” mohon Gala pada Awina. Perempuan anak satu itu menatap Gala dengan pandangan kesal kemudian Awina menghela nafas kasarnya. “Oke, fine!” Gala tersenyum menang, lagi-lagi Awina mau mengikuti kemauannya. Gala membawa Awina kesebuah danau dipinggir kota Jakarta, tempat dimana dulu kala mereka masih berada dibangku SMA sering mampir didanau ini hanya untuk sekedar pacaran atau berkumpul dengan teman-teman mereka dulu tapi sekarang keadaannya berbeda. ∆∆∆ “Mau ngomong apa?” tanya Awina cepat. Gala menyerahkan berkas dokumen dari Danis tadi pagi yang ia ambil, Awina menerima dengan bingung amplop coklat itu. “Apa ini?” “Buka aja dulu, baca.” tegas Gala dengan menatap Awina. Seperti permintaan Gala, Awina membuka amplop coklat tersebut, mengeluarkan tiga lembar kertas itu membacanya dengan cermat. Hingga Awina menegang, Gala mengetahui semuanya. “Da—darimana kamu tahu ini semua?” “Ada temannku, jadi gimana kamu mau ngomong jujur atau gimana?” Awina terpaku menatap Gala tak menyangka bahwa suaminya itu benar-benar nekat mencari tahu. “Bu—buat apa kamu cari ini? Cari kebenaran ini!” marah Awina. “Karena aku tahu tempo hari kamu sama putriku jalan berdua, dia mirip sama aku Awina, dia anak aku kan—kenapa kamu enggak ada jujur sama aku!” marah Gala. “Siapa bilang dia putrimu? Dia putriku, dia lahir saat kita udah pisah.” Tentang Awina. “Tapi enggak gini Awina, dia juga darah dagingku.” erang Gala. “Begini adalah cara terbaik, tapi sayangnya kamu terlalu lancang buat ngusik hidupku mas!” Awina keluar dari mobil Gala membanting pintunya dengan kesal. Gala mengikuti Awina pergi, ini harus diluruskan apalagi ini menyakut putrinya apalagi Awina. Bila bisa diperbaiki kenapa tidak, Gala mencekal pergelangan tangan Awina dengan kuat. “Denger Awina, setelah ini jangan lagi kamu sembunyikan Allura dari aku—dia berhak tahu Papanya.” “Allura udah enggak butuh Papa, dia butuh aku.” “Jangan egois Allura! Aku bisa mengajukan hak asuh Allura.” “Gila kamu! Selama ini aku yang ngandung Allura, rawat dia, jadi single parent buat dia, dan enggak sama sekali membutuhkan kehadiran kamu, bisa-bisanya kamu dengan gampang mau mengajukan hak asuh buat Allura, enggak akan—aku ibunya!” “Dan aku Ayahnya—Awina ayolah, minimal bolehin aku buat ketemu dia.” mohon Gala. “apa perlu aku bersujud dikakimu biar aku bisa ketemu anakku?” Awina tetap diam dengan mengalihkan pengelihatannya menahan laju air matanya yang menetes, seperti kaset rusak semua terulas kembali betapa sulitnya dia menahan segalanya, menahan rindu, berjuang, sakit, tanpa Gala kala itu dan dengan secapat itu Gala mengetahui semuanya, semua yang Awina sembunyikan. “Setelah kamu memperlihatkan diri sebagai Ayah Allura, mau apalagi?” “Mau jadi suami dan bapaknya secara sah lagi.” santai Gala membuat Awina menatapnya dengan galak. “Ngimpi!” Awina kembali beranjak dari posisi berdirinya. “Awina, aku serius!” “Ngomong sana sama pohon, inget-inget kelakuan kamu yang dulu,” “Kelakuanku yang mana yang mesti aku inget,” “Kelakuanmu yang sel—“ Gala menarik tangan Awina kencang, tanpa babibu gala menyatukan bibir mereka satu sama lain, Gala menlumatnya kasar—selain rindunya dengan Awina ia juga rindu semuanya yang ada pada diri Awina. Gala sudah mencoba bertahan namun semakin ia bertahan keinginannya berontak Plakk.. ∆∆∆ “Jadi mau gimana, aku mau ketemu anakku.” Kekeuh Gala setelah mencium Awina dan mendapatkan tamparan keras. Awina masih menatap keluar cendela, mau lari mana bisa tenaga Awina dan Gala berbanding jauh. Kesal karena sedari tadi dicueki oleh Awina lantas Gala menarik lengan Awina untuk menghadapnya kembali. Sorot mata kesal masih menguasai Awina, bahkan saat Awina terlihat marah dan kesal seperti ini ingin sekali Gala melayangkan ciumannya untuk wanita yang masih ia cintai itu. “Apalagi?” malas Awina. “Mau ketemu Allura.” pinta Gala dengan suara semelas mungkin. “Hhh—kalo dia ngamuk atau ngambek aku enggak mau nolongin.” “Iya, nanti aku yang atasin.” “kalo dia enggak mau ketemu kamu lagi jangan dipaksa.” “belum juga dicoba kamu udah berpikiran begitu.” Gala menyela pikiran-pikiran Awina. “Ck-ya udah terserah kamu, pokoknya kalo—“ “Iya aku yang tanggung jawab.” Gala menyela Awina tampak wajah kesal mencuat. Gala tersenyum senang, meski harus ada drama-drama terlebih dahulu namun akhirnya ia mengantongi ijin dari Awina untuk bertemu dengan putriya. “Kita jemput sekalian aja.” “Nggak! Aku mau balik kerja—kamu hadapi sendiri aja.” tolak Awina. “Winn—“ “Ckk—iya-iya.” terpaksa  Awina menyetujui rengekan Gala. “Gitu dongg—ya udah sih yang ngomongkan disini ngapain kamu lihat ke cendela. Awina mengalihkan tatapannya pada pemandangan diluar menenggokkan wajahnya pada Gala yang ternyata Gala sudah sudah berada disisi wajahnya menjadikan bibir mereka berdua kembali bertemu. Awina tetap diam namun Gala tahu bahwa wajah Awina sudah memerah dan malu. “Masssss!!” teriak Awina saat sadar bahwa posisi mereka ini tak begitu baik untuk kelangsungan hati mereka. Awina masih memukuli Gala dengan kuat. “Aww—aww win, udahhh—aduhhh—“ “Makanya jangan usil, kenapa sih!” “Aku kangen kamu, jadi enggak salahkan cara orang dewasa nyalurin kangennya?” “Dasar enggak waras!” tawa menggelagar Gala mengudara. Begini saja Gala sudah bahagia, bisa menatap Awina dengan jarak dekat kembali, menggodanya seperti dulu saat ia masih memiliki Awina untuk dirinya sendiri, gemas dengan lirikan mantan istrinya itu Gala membawa Awina kepelukannya berharap tak menolak dan ternyata memang Awina tak menolak pelukan Gala malah Gala mendengar suara isak Awina dipelukannya. “Kangen ya?” awalnya Awina tak mengiyakan namun gerakan kepala Awina memperjelas. “Sama, aku juga kok.” Gala semakin mengeratkan pelukannya untuk Awina. Keduanya kini sudah menunggu siswa-siswi di sekolah itu keluar, karena orangtua tak diperbolehkan masuk jadi Awina dan Gala menunggu Allura dan Nadia keluar dari lingkuan sekolah diluar. Suara kencang yang Gala hapal mendekati mereka, ya siapa lagi bila bukan keponakaan tersayangnya Nadia, si gadis kecil itu memeluk perut pamannya. “Tumben, om jemput Nadia lhooo—biasanya kalo Mama sama Papa enggak bisa jemput.” “Udah dijemput om bilang terima kasih kek.” Dumal Gala yang membuat Awina tersenyum samar. “Hallo, Nadiaa..” “Eh Mama Allura, jemput Allura ya tante? Alluranya lagi pakai sepatu tadi.” Cerocos Nadia. “Iya, enggak apa-apa.” “Ayo om pulang, aku mau main sama berbie baruku.” ajak Nadia yang tak tahu bila pamannya juga sedang menunggu Allura keluar. “Sebent—“ “Mamaaa—“ teriak suara lucu dari lain arah. Alluranya, putrinya yang selama ini tak pernah ia sapa dan ia peluk dan sekarang Gala bisa memeluk putrinya. “Hallo, gimana sekolahnya?” tanya Awina sembari mengusap kepala putrinya sayang. “Seruuu, hari ini ada pelajaran diluar lho Mama—yuk pulang.” ajak Allura namun Awina menatap Gala, merasa ditatap Gala juga menatap Awina menganggukkan kepalanya. “Yuk, ke mobil.” ajak Awina. Kedua gadis kecil itupun menurut saja, masuklah Nadia dan Allura ke dalam mobil Gala, jelas saja wajah mereka menunjukkan kebingungan kenapa Allura ikut dengan mobil pamannya. “Om, Allura ikut Nadia pulang ya?” “Iya, kita pulang ya.” Gala masih diam begitu pun dengan Awina yang masih bungkam. Gala menurunkan Nadia dirumahnya, karena ia ingin masalah ini hanya ingin Gala katakan kala hanya ada Allura dan juga Awina, Nadia tak perlu tahu sekarang yang terpenting adalah Allura dan Awina. “Mama, om Nadia juga ikut kita pulang ya?” tanya polos Rara. “Iya, omnya Nadia mau nganter kita pulang dulu.” “Mobil Mama kemana emang?” “Mogok sayang, nggak apa-apa ya.” “Iya, enggak apa-apa kok Ma—omnya Nadia terima kasih ya sudah antar Rara sama Mama.” Gala menatap Awina dengan mata melebur. “Nggak apa-apa, belum tahu.” Gala hanya mengangguk menuruti. Mereka sudah sampai dirumah Awina, Gala juga ikut turun karena ingin mengatakan pada Allura. Awina membawa Rara duduk diruang tamu dengan Gala yang berjongkok didepan putrinya yang cantik itu. “Allura..” Allura menatap laki-laki didepannya ini entah apa yang akan ia lakukan yang pasti Allura seperti mengaca bahwa laki-laki didepannya ini wajahnya sama seperti dirinya. “Iya ada apa, om?” Allura masih polos menanggapi Gala. “Boleh Papa, peluk Allura?” Gala sudah meleburkan air matanya. “Papa..?” Allura menatap Awina disampaingnya. “Iya, Om Gala ini Papa Allura,” Awina juga ikut menangis. “Papaa—“ “Mau peluk?” tanpa menunggu lama Allura memeluk Gala dengan erat menangis kencang disana. Tak kuasa menahan kuat didepan putrinya, Gala menumpahkan tangisnya dipelukan Allura, rasa lega menyelimuti hatinya bahwasananya putrinya tak menolaknya. “Papaaa—“ isak Allura. ∆∆∆  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD