Chapter 02

1375 Words
Lady Katherine Wood merupakan debutan terbaik selama empat season yang selalu ia ikuti setiap tahunnya. Ia adalah sosok lady sempurna, putri Duke of Wales dan mendapatkan pendidikan terbaik mengenai tata cara menjadi lady yang memesona. Setelah empat tahun menjadi gadis yang memperoleh lamaran terbanyak se-Britania Raya, akhirnya tahun ini ia tunduk dan menerima lamaran dari seorang pria dengan kedudukan tidak tercela seperti halnya dirinya, Duke of Wellington. Seluruh Britania Raya barangkali sangat senang akan keputusan yang diambil oleh Kate dan pesta pernikahan mereka diramalkan menjadi pesta termegah tahun ini setelah sebelumnya, mereka mengadakan pertunangan dengan pesta yang digelar selama tujuh hari tujuh malam. Namun bagi Kate, seluruh pesta dan gegap gempita yang diterimanya selama sebulan belakangan ini adalah permulaan siksaan abadi yang harus ia jalani selama sisa hidupnya. Kate menahan napasnya ketika Nancy, pelayan pribadinya, membantu Kate untuk memasang korset sebelum ia melapisinya dengan gaun pesta sutra berwarna hijau zambrut yang indah. Setelah urusan pakaian dari nona mudanya beres, Nancy dengan cekatan membuat sanggul indah dengan rambut cokelat Kate dan menjepit rambutnya dengan jepitan bunga yang terbuat dari batu pualam yang indah. Nancy kemudian mengambil kotak perhiasan Kate dan mengambil satu set perhiasan dengan batu safir yang semakin menonjolkan warna mata emerald dari pemiliknya. Kate membiarkan Nancy memasangkannya, seperti yang selama ini Nancy lakukan, sebelum matanya tertumbuk kepada hiasan rambut berbentuk bunga ceri berwarna merah muda. Kemudian seperti memiliki pikirannya sendiri, tangannya mengambil hiasan rambut itu. Kate mengelusnya dengan lembut dan pikirannya menerawang kepada cinta pertamanya. Seorang pria dengan binar mata memukau yang membuatnya terus menerus terjatuh dalam pesonanya, tidak peduli berapa kali kedua manik mata itu bersitatap. Binar mata yang dengannya, Kate yakin akan mampu menghabiskan sisa hidupnya. Dengan senyumnya yang Kate yakin, akan bisa mencerahkan hari-harinya. "Saya sudah selesai, Milady." Suara Nancy yang pada akhirnya membuyarkan semua kenangan masa lalunya. Kate mengelus hiasan itu untuk yang terakhir kalinya sebelum meletakan kembali ke tempatnya dengan senyuman miris yang tidak luput dari wajahnya. Nancy yang melihatnya hanya bisa terdiam sambil mengasihani kehidupan nona mudanya di dalam hati. Sebagai pelayan pribadi Kate, Nancy merupakan orang yang selama ini selalu menemaninya. Nancy tahu seperti apa kehidupan nona mudanya yang hanya terlihat indah dari luar. Nancy tahu pengorbanan apa yang harus nona mudanya berikan di usia semuda ini. Perjuangannya kembali untuk memperoleh cinta pertamanya yang telah kandas dan membuat nona mudanya tidak lagi percaya kepada cinta. "Kita harus secepatnya pergi jika tidak ingin terlambat, Milady." Nancy kembali bersuara ketika melihat, lagi-lagi, nona mudanya seolah terjerat oleh kenangan masa lalu. Dalam hati Nancy menggeram marah atas kelakuan seorang pria yang menyebabkan Kate seperti ini. Dan dalam hatinya, Nancy bersumpah akan memberi pelajaran kepada pria itu jika suatu hari mereka kembali bertemu. Mereka kemudian turun ke bawah dan menemukan kereta kuda yang sudah siap untuk membawa Kate ke pesta yang di adakan oleh tunangannya, Duke of Wellington. Jika saja Duke of Wellington adalah pria tua dengan perut buncit, atau jika saja ia memiliki kelakuan minus seorang pemabuk ataupun penjudi, dengan mudah pasti Kate bisa menolak lamarannya. Namun semua kepribadian dan fisik dari sang duke merupakan jelmaan kesempurnaan. Hal yang sangat jarang ada di diri para bangsawan, dan terima kasih atas kesempurnaannya sehingga Kate tidak kuasa untuk menolak lamaran yang datang kepadanya sebulan yang lalu. Orang tuanya, Duke dan Duchess of Wales sudah berulang kali memaksanya memilih dari sekian banyak lamaran yang datang menghampirinya. Kemudian, ketika Thomas Hardy, Duke of Wellington melamarnya, kedua orang tuanya memberikan ultimatum yang tidak bisa ia hindari. Seakan semesta mendukung keputusan orang tuanya, orang-orang yang berada di sekelilingnya juga memberikan nasihat, ceramah, dan saran yang sama untuk menerima lamaran Thomas. Lelah dengan semua itu, akhirnya Kate menyerah dengan membuat perjanjian dengan kedua orang tuanya dan disaksikan oleh kakak lelakinya, Jeremi Wood, Marquess of Riverdale. Tatapan Kate memaku bulan yang mengiringi kepergiannya ke mansion Thomas, membuatnya terhibur akan pemandangan dari bulan sempurna itu. Kemudian, ketika kereta mereka telah sampai di tempat tujuannya, Kate menghela napas panjang sekali sebelum memasang wajah tanpa cela seorang lady yang selama ini ia perankan. Ketika sang pelayan mengumumkan kedatangan Kate, ia bisa melihat dengung suara para bangsawan memudar. Semua mata memandang ke arah Kate dengan takjub dan dengan segera, tunangannya datang menghampirinya. "Aku sangat senang kau sudah datang, My Lady." Thomas mencium punggung tangan Kate dengan tatapan memuja kepadanya. Kate hanya menyunggingkan senyum tipis kemudian menurut ketika Thomas mulai membawanya memasuki aula pesta. Mereka membelah kerumunan yang seolah memberikan jalan bagi pasangan paling serasi di abad ini. Menyapa dengan hangat kepada orang-orang dan memberikan senyum yang sempurna. Hal yang selalu mereka lakukan ketika berada di dalam pesta mana pun. "Kate tersayang. Aku senang kau sudah datang." Suara hangat seseorang mengintrupsi perjalanan Kate dan Thomas yang sedang ingin mengambil minuman. Dan di sana, seorang lady dengan gaun jingganya dan rambut yang sempurna datang dan langsung memeluk Kate hangat. Membuat Kate yang tidak siap sedikit terhuyung. "Maafkan kelakuan istri saya, My Lady." Sapa sebuah suara berat dan hangat ketika melihat kelakukan yang dilakukan oleh sang istri. Tapi tak luput, nada kekaguman turut menyertainya, membuat Kate selalu iri kepada pasangan yang sudah berumur lebih dari separuh abad itu. Pasangan itu adalah Duke dan Duchess of Berrow yang tidak lain adalah paman dan bibi dari Earl of Torrington. Lady Gresham, dengan pembawaan yang ramah dan hangat merupakan lady yang disayangi oleh semua teman-temannya, termasuk oleh Kate. Dan fakta bahwa Lady Gresham memiliki hubungan darah dengan Earl of Torrington tidak luput dari pengetahuan Kate. Kate selalu sedikit berdebar ketika bertemu dengan Lady Gresham, sedikit berharap bahwa ia akan mendapat kabar mengenai keponakan tersayang sang lady yang sangat jarang ia bicarakan. Tetapi tentu saja, harapan selalu ada, bukan? "Bagaimana kabar Anda, Berrow?" Jawab Thomas di samping Kate yang mau tidak mau harus melepaskan lengannya yang sedari tadi menggandeng Kate. Duke of Berrow tertawa, kemudian meladeni basa basi yang dilakukan Thomas hingga akhirnya mereka larut dalam obrolan mengenai parlemen yang tidak menarik minat sang Duchess. "Seperti biasanya, kau tampil memesona malam ini," Lady Gresham mulai melancarkan rencana yang diam-diam ia simpan dalam otak licinnya. "Anda juga terlihat memesona malam ini, Madam," jawab Kate dengan tulus. Lady Gresham kemudian mulai membawa Kate untuk meninggalkan tunangannya yang sedang asik dengan suami sang lady. "Kate, ada yang ingin kukenalkan kepadamu. Aku sangat berharap kau bisa membantuku." Kate mengernyit tanpa sadar. "Jika saya bisa membantu, tentu saja saya akan membantu, Madam." Lady Gresham tersenyum senang. "Yah, kau pasti tahu mana saja gadis-gadis lajang yang layak untuk segera dinikahi, bukan? Aku tidak ingin kehabisan lady-lady menawan itu." Kate bingung dengan jawaban sang lady. Gadis-gadis? Tapi untuk siapa? "Oh, kau pasti tahu bukan bahwa sudah waktunya, Earl of Torrington, keponakan tersayangku, untuk segera menikah? Dan aku harap kau bisa membantuku dan dia untuk mendapatkan calon istri yang sesuai dengannya." Langkah Kate terhenti. Dia menatap tidak percaya kepada perempuan di depannya yang mengatakannya dengan ringan mengenai bantuan yang ia minta kepada Kate. "Earl of Torrington?" Lady Gresham mengangguk dengan semangat. "Setelah dua tahun lalu James meninggal --terbekatilah dia--, gelar yang ia miliki mau tidak mau jatuh kepada George. Dan setelah dua tahun aku merongorongnya untuk segera menampakan diri akhirnya malam ini ia baru bersedia," Lady Gresham lalu tertawa. Seolah perilakunya yang meneror keponakannya adalah hiburan pribadi baginya. George. Nama itu berulang-ulang di dalam kepala Kate. Dia ada di sini. Informasi tambahan itu tentu saja membuatnya membeku. "Aku berharap, kau sebagai debutan terbaik selama empat season bisa membantuku. Nah, di mana keponakan bandelku itu." Lady Gresham dengan tidak pekanya melihat sekeliling dan menemukan mangsanya sedang merengut di sudut ruangan dengan segelas limun di tangannya. "Di sana dia rupanya." Lady Gresham segera menarik Kate, tanpa menyadari bahwa Kate seolah kehilangan separuh kesadarannya. Dengan usaha yang berat, Kate akhirnya berhasil mengumpulkan semua kesadarannya di saat yang sudah sangat terlambat. Di depannya, berdiri seorang pria dengan warna mata sehitam malam, rambut serwarna tembaga, dan rahang kokoh yang sempurna dengan wajahnya. Tatapan mereka bertemu dan Kate bisa merasakan jalinan kasat mata yang pernah menjeratnya dengan pria di depannya itu sepuluh tahun yang lalu. Kate tidak menyangka bahwa ia, akan sekali lagi terjerat dengannya. Kate sangat ingin mengatakan sesuatu ketika Lady Gresham, dengan tidak pekanya mengenalkan keduanya dengan resmi. Dan untuk beberapa saat, mereka hanya bisa saling berpandangan, seolah dunia hanya milik mereka. Sekali lagi, mereka terjerat dalam mantra yang sama. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD