77. Athens

1890 Words
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua puluh lima jam, dan harus transit di Dubai, Melvin dan Lea akhirnya tiba di Athens yang merupakan ibukota dari Greece. Meskipun keduanya menikmati first class selama penerbangan, tetap saja rasanya melelahkan karena harus berada di ruangan tertutup itu selama belasan jam, dan tidak ada yang bisa dilakukan kecuali makan dan tidur. Sialnya lagi, Melvin selalu tidak pernah bisa tidur di pesawat, sehingga ia terus terjaga non-stop dalam penerbangan mereka, di saat Lea tidur setiap dua jam sekali. Melvin hanya bisa tertawa saja melihat bagaimana istrinya yang langsung mengantuk setiap kali tempat duduknya sudah diposisikan jadi tempat tidur. Lea jadi terlihat seperti bayi yang kekurangan energi. "Kamu kenapa nggak tidur-tidur sih? Mikirin Gema ya?" Lea sempat bertanya begitu ketika ia terbangun, lalu menyadari bahwa Melvin yang ada di sebelahnya belum juga tidur dan tengah fokus membaca buku yang memang sengaja dibawanya dari rumah. "Ganteng banget pakai kacamata." Lea menambahkan begitu sadar bahwa Melvin memakai kacamata bacanya. Dan komentar Lea itu membuat Melvin tertawa lepas. Begitu menoleh, ia langsung mendapati wajah Lea yang masih mengantuk. "Aku nggak ngantuk, Sayang. Dan emang nggak bisa tidur juga kalau di pesawat," jawab Melvin kemudian. "Mikirin Gema?" Melvin tertawa lagi. "Nanyain itu mulu. Kenapa sih? Cemburu?" "Banget." Jawaban Lea membuat Melvin mengangkat sebelah alis dan ia memandang sang istri kaget. Lea nyengir. "Bercanda. Aku orangnya nggak cemburuan kok, tanya aja Selatan." Melvin hanya menanggapinya dengan dengusan, lantas ia kembali fokus pada buku bacaannya. Meski tidak ingin mengakui, namun Melvin agak sebal karena Selatan dibawa-bawa. Ia merasa tidak suka saja karena di honeymoon mereka, Lea malah menyebut-nyebut nama mantan pacarnya. Di saat Lea bilang dirinya bukan lah seseorang yang cemburuan, Melvin justru kebalikannya. Jika sudah menjalin sebuah hubungan, biasanya Melvin cukup posesif dan cemburuan. Bahkan, ketika bersama Gema dulu, ia masih marah tahu Gema bersama Harlan lewat media. Padahal, saat itu posisinya mereka sudah putus dan tidak kontakan cukup lama karena Melvin diblokir oleh Gema. Gara-gara rasa cemburunya terhadap Harlan lah, Melvin sampai membatalkan perjodohannya dengan Emily Darmono waktu itu. "Jadi, mikirin Gema nih?" Lea bertanya lagi karena sedari tadi, Melvin tidak kunjung menjawab pertanyaannya yang itu. "Iya," jawab Melvin singkat. Padahal, Melvin bohong. "Oh wow. Makin cantik ya dia?" "Banget." Padahal, jawaban yang diberikan oleh Melvin itu adalah apa yang sekiranya akan dia jawab jika Lea menanyakannya sekian bulan lalu. Di saat hubungannya dan Lea belum terbentuk, dan mereka masih jadi dua orang saling membenci yang terpaksa menikah. Sekarang, di saat hubungan mereka sepenuhnya seperti suami istri, dengan setiap pagi ketika bangun tidur melihat Lea dan sebelum tidur juga melihatnya, jawaban Melvin itu harusnya berubah. Pandangan Melvin juga sudah berubah. Sama seperti Harlan yang menganggap Gema lebih cantik daripada Lea karena Gema adalah istrinya, Melvin juga menganggap Lea lebih cantik. Ia hanya tidak mengatakannya saja. Begitu menoleh pada Lea lagi, dilihatnya perempuan itu sudah kembali tidur membelakangi Melvin. Dan gara-gara percakapan itu, entah mengapa Melvin dan Lea jadi lebih banyak diam saat mereka akhirnya landing dengan selamat di Athens, lalu tiba di hotel tempat mereka akan menginap. Karena tiba di hotel cukup larut, setelah mandi Melvin yang selama di pesawat tidak tidur sama sekali langsung terkapar di detik tubuhnya menyentuh kasur hotel yang nyaman. Sementara Lea merasakan jet lag dan tidak bisa tidur lagi semalaman. Melvin tidur dengan posisi membelakangi Lea, dan itu membuat Lea cukup sebal hingga ia pun main ponsel dengan posisi turut membelakangi Melvin. Hari pertama honeymoon mereka justru tidak berakhir romantis. *** Melvin terbangun di pagi hari ketika merasakan sinar matahari menyilaukannya dari celah jendela hotel yang gordennya tidak tertutup sempurna. Ia berjengit, kemudian meraba-raba sisi di sebelahnya dengan kedua mata yang masih tertutup, dan baru membuka mata sepenuhnya begit sadar di sebelahnya kosong. Lea tidak ada. Melvin otomatis bangun dari posisi berbaringnya dan matanya mengitari sepenjuru kamar hotel, mencari keberadaan Lea. Namun, Lea tidak terlihat dimana-mana, dan tidak ada tanda-tanda pula Lea berada di kamar mandi. Sebab kamar mandi di hotel ini dikelilingi oleh dinding kaca sehingga orang yang ada di dalam kamar bisa melihat langsung ke dalam kamar mandi jika tirainya tidak ditutup. Saat ini, tirai kamar mandi tidak tertutup dan Lea memang tidak terlihat di sana. Akhirnya, setelah mendapati Lea tidak dimana-mana, Melvin pun beranjak dari kasurnya. Ia berjalan menuju pintu kaca balkon kamar yang menyambung dengan jendela. Disibaknya gorden yang menutupi pintu dan jendela itu, untuk melihat apakah Lea ada di balkon kamar yang menyuguhkan langsung pemandangan Acropolis, yang merupakan situs kota peninggalan Yunani kuno. Namun, Lea juga tidak ada di sana. Melvin pun mulai merasa panik karena sang istri tidak terlihat dimana-mana. Kemana perginya Lea? Kenapa pergi tanpa bilang apapun padanya? Dengan gerakan cepat, Melvin mencari ponselnya yang ternyata ada di nakas samping tempat tidur, berniat untuk menelepon Lea. Begitu layar ponselnya menyala, Melvin bernapas lega melihat notifikasi pesan paling atas yang berasal dari Lea. Aku di tempat gym hotel. Walau merasa lega karena Lea masih memberi kabar, Melvin agak kesal sih karena ditinggalkan diam-diam ketika dirinya masih tidur. Seharusnya, Lea bisa membangunkan Melvin dulu, atau menunggu hingga Melvin bangun sehingga mereka bisa pergi ke sana bersama. Bukannya pergi sendirian, like a single young lady, padahal kenyataannya Lea sudah menikah dan tengah pergi honeymoon bersama sang suami. Cepat-cepat Melvin masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menyikat gigi. Lalu, ia keluar dari kamar untuk menyusul Lea yang ada di tempat gym hotel. Dari petunjuk yang Melvin lihat, gym di hotel ini berada dua lantai di bawah lantai kamar yang ditempatinya dan Lea. Tidak sampai lima menit, Melvin pun sudah tiba di tempat gym itu. Ia mengedarkan pandangan ke area gym yang cukup luas itu. Karena tidak terlalu ramai, Melvin pun bisa menemukan Lea dengan cepat. Keningnya pun berlipat begitu mendapati sang istri yang saat ini hanya memakai legging dan sport bra, tengah mengobrol bersama pria asing di depan satu-satunya mesin treadmill yang tidak sedang digunakan. Melvin tidak tahu pria itu siapa dan apakah pria itu warga lokal atau turis dari negara mana, namun dari binar yang terlihat di sepasang mata pria yang wajahnya harus diakui Melvin mirip dengan artis Theo James itu, Melvin bisa mendeteksi bahwa pria itu tertarik pada Lea. He's clearly hitting on her. Bohong kalau Melvin bilang tidak kesal melihatnya. Lea sendiri belum menyadari keberadaan Melvin, sehingga ia terkesiap ketika Melvin tiba-tiba datang, merangkul pinggangnya, lalu memberikan satu kecupan di bahu Lea yang terbuka karena sport bra yang dikenakan Lea, serta rambut panjangnya yang kini digelung. "Hey, babe." Melvin meyapa dengan nada yang kelewat manis, dan memberikan penekanan pada panggilan sayangnya. Semata agar pria itu tahu bahwa Lea tidak sendirian di tempat ini. And she's also not available.   Sudah Melvin bilang kan, dia merupakan seseorang yang cukup posesif dengan pasangannya. What's his is his. Melvin paling benci jika ada orang lain yang menunjukkan minat atas apa yang dimilikinya. "Oh, hai." Lea balas menyapa Melvin. Agak salah tingkah karena sikap Melvin yang tiba-tiba seperti ini di hadapan seorang pria asing yang sedari tadi mengajaknya bicara. Melvin tersenyum ramah yang dibuat-buat pada pria asing itu, yang juga tersenyum dan memandangi pasangan di depannya dengan sebelah alis terangkat. "Well...he's my husband." Lea akhirnya berujar. "Ah, I see." Pria itu mengangguk paham. "You can use the threadmill, I'll just go there." Ia menunjuk sisi lain gym, tidak jelas ke alat yang mana. "Nice to meet you, anyway." Lea tersenyum. "Yeah, nice to meet you too." Pria itu balas tersenyum pada Lea, lalu mengangguk sopan pada Melvin, sebelum berlalu meninggalkan mereka. "Pagi-pagi udah dapat kenalan baru aja. Ganteng ya?" sindir Melvin dengan nada bercanda. "Lupa kalau lagi honeymoon sama suaminya?" Lea mendengus, lalu melepaskan diri dari rangkulan Melvin, dan naik ke threadmill yang kosong di depan mereka. "Habisnya si suami tidur lama banget sih." Lea balas menyindir. "Mimpiin mantannya ya?" Dan pagi ini, mereka pun masih sama-sama kesal pada satu sama lain. *** "Kemarin aku bohong sama kamu. Aku nggak mikirin Gema sama sekali waktu di pesawat." Lea yang hendak menyuapkan ke dalam mulutnya sepotong loukoumades alias donat khas Greece yang berlumur madu dan potongan kacang, jadi batal ketika mendengar Melvin bicara begitu. Melvin sendiri baru kembali dari mengambil makanan untuk dirinya sendiri, dan langsung bicara begitu. Mereka kini sudah berada di restoran hotel. Tidak bertahan lama di gym, karena sudah saling bad mood duluan sehingga jadi tidak fokus olahraga. "I've completely moved on from her," ujar Melvin lagi. "Aku sadar kemarin karena rasanya udah biasa aja ketemu dia lagi. Berani sumpah, saat di pesawat aku sama sekali nggak mikirin dia." Sebelah alis Lea terangkat. "Terus kenapa ngeiyain waktu aku tanya?" "Kesal duluan karena kamu mention nama Selatan sebagai mantan kamu." Lea tidak bisa menahan tawanya mendengar itu. Tawa Lea pun jadi melelehkan kekesalan yang ada di antara mereka sejak semalam. Lea juga luluh karena Melvin mau jujur atas apa yang dirasakannya. "Aku juga nggak pernah mikirin Selatan lagi," ujar Lea. "Udah kubilang kan waktu itu, aku terlalu sibuk sama urusan kita, jadinya nggak ada waktu untuk mikirin Selatan lagi." Melvin mengangguk paham. "Lebih baik jangan sebut-sebut nama dia selama kita di sini." Lea kembali tertawa. "Cemburu?" ledeknya. Melvin menatap Lea lurus, kemudian menganggukkan kepala. "Iya," jawabnya. "Kamu mungkin nggak cemburuan, tapi aku cemburuan dan cukup posesif sama pasanganku. What's already mine is mine. Makanya, kamu jangan asal genit lagi, terlebih sama orang yang baru kamu kenal kayak di gym tadi." "Aku nggak genit sama dia!" Protes Lea. "Kita ngobrol sebentar karena sama-sama mau pakai threadmill aja, kebetulan tadi threadmill-nya sisa satu." "Tapi, jelas-jelas dia tertarik sama kamu. Masa nggak sadar?" Lea mengangkat bahu. "Aku nggak ngerasa begitu." Melvin memutar bola mata. "Lain kali jangan lagi." Melvin mengingatkan. "Aku nggak suka." "Aku pikir-pikir dulu deh." "Seriously?" Lea nyengir. "Bercanda, babe." Ia menggunakan intonasi yang sama seperti yang digunakan Melvin ketika menyapanya di gym tadi, semata untuk meledek sang suami. "Iya, nggak lagi kok." Melvin cuma geleng-geleng kepala. Mereka pun menikmati sarapan dengan tenang setelahnya. Sudah merasa lega dan tidak lagi menahan kesal setelah membicarakan semuanya. Memang, kunci dari sebuah pernikahan adalah komunikasi dan kejujuran. Jika ada masalah atau sesuatu yang terasa mengganjal, ada baiknya untuk langsung dibicarakan. Keduanya pun jadi begitu menikmati sarapan mereka di area outdoor restoran hotel ini. Karena masih pagi, cuacanya jadi tidak begitu terik, dan angin berhembus sejuk menerpa wajah mereka. Acropolis menjadi pemandangan mereka, sehingga rasanya mereka seperti sedang sarapan di tengah momentum bersejarah. Begitu selesai dengan sarapan di piringnya, Lea bertopang dagu memandangi Acropolis yang letaknya berada di atas bukit batu. Meski bangunan-bangunan di Acropolis sudah tidak sempurna seperti kebanyakan bangunan peninggalan kuno lainnya, namun arsitekturnya tetap terlihat indah memanjakan mata. "Habis ini mau ke sana?" Lea kembali menoleh pada Melvin yang menanyakan itu. 'Ke sana' yang dimaksud oleh Melvin adalah Acropolis, tentu saja. Acropolis sendiri memang salah satu situs bersejarah yang selalu jadi tujuan turis yang berkunjung ke Athens. "Nanti aja," jawab Lea. "Aku mau tidur dulu. Semalam nggak bisa tidur karena jet lag." "Jadi, kamu sama sekali nggak tidur semalaman?" Lea menggelengkan kepala. "Kenapa nggak bangunin aku?" "Malas." Melvin menghembuskan napas. "Yaudah, besok aja ke sana. Hari ini kita stay di hotel aja." "Aku nggak tidur dua puluh empat jam kali? Siang atau sore kan bisa." Melvin menyeringai. "Aku punya rencana lain soalnya." Lea langsung melotot. "Siang-siang banget?" "All day long nggak sih?" "Gila!" Melvin tertawa saja. Senang karena akhirnya, honeymoon mereka benar-benar telah dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD