63. An Eye For An Eye

1639 Words
Savero Tarangga adalah orang terakhir yang Melvin pikir akan mengkhianatinya. Oh, bahkan sebelumnya ia sama sekali tidak pernah memiliki prasangka sama sekali jika suatu hari, semua kebaikan yang telah dilakukannya pada Savero, justru dibalas dengan cara yang paling tidak mengenakkan. Melvin sudah mengenal Savero sejak mereka masih berusia belasan. Saat itu, Melvin yang tinggal di Melbourne karena bersekolah di sana tiba-tiba saja dijenguk oleh orang tuanya. Berbeda dengan kunjungan setiap bulan mereka biasanya, saat itu mereka datang bersama seorang bocah laki-laki kurus dengan wajah sendu yang sebaya dengan Melvin. Bocah laki-laki itu adalah Savero. Orang tua Melvin bilang bahwa Savero akan tinggal bersama Melvin mulai hari itu dan mereka akan bersekolah bersama. Melvin tentu saja terkejut karena kemunculan Savero yang tiba-tiba, tapi ia senang-senang saja karena jadi punya teman sebaya dan satu ras di sana. Meski tidak memiliki kesulitan dalam berbaur dan bergaul dengan teman-temannya yang berdarah Kaukasia, tetap saja rasanya lebih menyenangkan memiliki seseorang yang berasal dari tanah air yang sama dengannya. Lalu, Melvin pun jadi tahu bahwasanya Savero adalah anak dari Hanna, tantenya. Tepatnya, anak yang hadirnya semula tidak diketahui keluarga mereka karena memang hasil di luar pernikahan dan Hanna pun menutupi keberadaan Savero. Berbeda dengan Larissa yang lahir dari hasil pernikahan Hanna dengan suami yang sudah dipilihkan keluarga untuknya, Savero merupakan putra Hanna dari mantan pacarnya yang tidak direstui oleh keluarga. Selama setahun lamanya Hanna sempat memberontak dan pergi dari rumah. Tidak ada yang tahu jika ternyata saat itu ia mengandung dan melahirkan Savero. Lalu, Hanna meninggalkan Savero bersama dengan mantan pacarnya itu, sementara Hanna kembali ke keluarganya dan dipaksa menikah dengan orang lain. Selama belasan tahun lamanya, Savero tumbuh tanpa kehadiran ibunya. Namun, ketika ayahnya meninggal karena sakit, tanggung jawab untuk merawat Savero pun jatuh pada Hanna. Sehingga mau tidak mau, ia harus memberitahu keluarganya tentang Savero. Dan hampir semuanya menolak kehadiran Savero di keluarga Wiratmaja, kecuali orang tua Melvin. Karena itu, Savero dibawa ke Melbourne untuk tinggal bersama Melvin dan diberikan kehidupan yang layak, meski anggota keluarga Wiratmaja yang lain tidak pernah menganggapnya ada. Meski mulanya Savero merasa sangat sungkan terhadap Melvin dan menjaga jarak darinya karena menganggap mereka berbeda, tapi Melvin terus mencoba mengakrabkan diri pada Savero hingga akhirnya mereka jadi begitu akrab dan bersahabat. Selain itu, Melvin dan Abby adalah satu-satunya sepupu yang mau menganggap Savero ada di keluarga Wiratmaja. Bahkan Larissa yang teknisnya adalah adik Savero pun, tidak terlalu senang dengan kehadiran Savero di tengah keluarganya. Larissa menganggap Savero sebagai perusak kebahagiaan, sebab munculnya Savero membuat orang tua Larissa bercerai tidak lama kemudian. Orang tua Melvin merawat Savero dengan baik, seperti anak mereka sendiri. Savero disekolahkan, lalu dibiarkan bekerja sebagai asisten Melvin. Dan selama itu pun, Savero selalu berkelakuan baik. Tidak pernah sekali pun Savero bersikap buruk terhadap Melvin dan keluarganya, meski Melvin tahu jika Savero membenci anggota keluarga Wiratmaja yang lain. Dan ada kalanya, Savero juga menjaga jarak dengan keluarga Melvin, karena ia merasa berbeda. Namun, Melvin tidak pernah berpikir jika itu sebuah masalah besar. Oleh sebab itu, sulit sekali bagi Melvin untuk menerima kenyataan bahwa para anggota Kahraman menemukan banyak bukti di apartemen Savero yang semakin menguatkan dugaan jika memang laki-laki itu lah dalang dari semua masalah ini. Kenapa bisa Savero? Kurang baik apa Melvin dan keluarganya pada Savero selama ini? Mengapa Savero sampai tega menyakiti mereka? Apa karena pada akhirnya Savero tetap merasa berbeda dari anggota keluarga Wiratmaja yang lain? Atau karena masih dendam terhadap penolakan yang terjadi padanya dan bagaimana ibunya sendiri tidak merawatnya selama belasan tahun, sehingga Savero memutuskan untuk melampiaskan dendamnya dengan cara seperti ini? Melvin masih ingin menyangkal kenyataan itu. Namun, foto bukti-bukti yang ditunjukkan oleh Selatan, membuatnya hanya bisa bungkam dan tidak sanggup untuk memberikan sangkalan apapun. Hanya orang buta yang masih bisa menyangkal semua bukti itu. Dan Melvin tidak buta. *** Setelah mendapat telepon dari Selatan, Lea tahu jika yang harus dilakukannya adalah menemani Melvin yang betul-betul terguncang karena kabar yang baru saja mereka dapat. Di saat emosi Melvin karena bertemu dengan Brian Wangsa belum sepenuhnya reda, ia sudah harus menghadapi hal berat lainnya. Dan yang satu ini jauh terasa berat bagi Melvin karena Selatan dan yang lain berhasil menemukan bukti kuat bahwa Savero adalah sang dalang dari ini semua. Karena tidak bisa menjelaskan semuanya dari telepon sementara Selatan harus segera pergi dari lokasi untuk membersihkan jejaknya, maka mereka pun berjanji untuk bertemu di rumah Melvin dan Lea. Melvin bahkan sudah tidak peduli lagi jika hari ini, lagi-lagi ia harus mangkir dari kantor usai jam makan siangnya. Oh, bahkan ia sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi tentang pekerjaan, atau apapun, kecuali Savero yang berkhianat. Di perjalanan mereka menuju rumah, Lea tak berhenti merangkul Melvin. Menggenggam tangannya, mengusap punggungnya, dengan harapan bisa membuat Melvin lebih tenang. Sayangnya, usaha Lea itu tidak membuahkan hasil apa-apa. Meski tidak menolak semua usaha yang Lea lakukan, namun sepanjang jalan Melvin hanya diam, dan melihat ke luar jendela. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. Selatan dan yang lain sudah terlebih dahulu sampai ketika Melvin dan Lea datang. Tanpa mengatakan apa-apa, Melvin langsung mengajak Lea dan Selatan masuk ke ruang kerjanya untuk membahas apa yang telah Selatan temukan. Melvin duduk di meja kerjanya, sementara Selatan dan Lea berdiri di hadapannya. Selatan pun memberikan sebuah tab pada Melvin. "Foto-foto bukti yang berhasil kita dapat ada di sana," ujar Selatan. Melvin mengetuk tab tersebut, membuat layarnya menyala dan sebuah foto langsung muncul di sana. Foto amplop cokelat Noir yang waktu itu Melvin lihat di apartemen Savero. Ada sekelabat rasa sesak di d**a Melvin melihat foto itu. Padahal, baru foto pertama, dan seharusnya ia tidak terkejut lagi melihat foto itu karena sebelumnya sudah melihat amplop tersebut secara langsung. Walaupun sudah merasa berat hati, Melvin tetap melanjutkan menggeser layar dengan jarinya, sehingga foto yang terlihat pun berubah. Kali ini, yang ada di foto itu adalah dokumen yang ada di dalam amplop cokelat tersebut. Dan dugaan Melvin mengenai isinya ternyata benar. Dokumen itu adalah kontrak kesepakatan antara Savero dan Noir. Jelas tertulis di sana bahwa Savero memang menyewa jasa Noir untuk menghabisi keluarga Wiratmaja. Rasanya Melvin tidak bisa melanjutkan melihat foto-foto yang lain setelah ia membaca kontrak kesepakatan itu. Karena dari foto kontrak itu saja sudah jelas bahwa Savero memang pelakunya. Ada tanda tangan Savero, juga tanda tangan Brian Wangsa. Parahnya lagi, ada cap ibu jari yang sepertinya dibuat dengan darah mereka sendiri di atas kertas itu. Noir dan kekejamannya bahkan terlihat hanya dari SOP menandatangani sebuah kontrak. Meski merasa sangat berat sekali, Melvin tetap melanjutkan melihat foto-foto yang lain. Dan semakin ia menggeser layar tab itu, semakin dadanya terasa sesak karena bukti-buktinya kian kuat. Ada sebuah foto ruangan yang isinya seperti ruangan pribadi Savero untuk merencanakan ini semua. Semacam ruang pribadi seorang psikopat yang sering Melvin lihat di film-film yang berisi target-target psikopat itu dan benda-benda yang berhubungan dengan rencananya. Kurang lebih, ruangan milik Savero pun seperti itu. Ada banyak foto dari berbagai sisi yang didapat Selatan di ruangan itu. Mulai dari foto dinding yang dipenuhi oleh foto-foto wajah keluarga Wiratmaja yang dicoret dengan tanda X berwarna merah. Semua foto yang dicoret itu adalah foto mereka yang sudah mendapat serangan dari Noir. Mulai dari Arthur, Melvin, Abby, Mayana, hingga Lea, dan Darel. Lalu, ada pula sampel beberapa jenis racun di sana, termasuk racun yang membuat Arthur Wiratmaja terbunuh. Dalam sebuah kotak kaca, terdapat beberapa jenis ular, dan salah satunya adalah ular yang didapat Abby dalam dead threat-nya waktu itu. Dan ada pula beberapa dokumen lain yang menunjukkan hubungan antara Savero dan Noir. Semua kesepakatan mereka, receipt yang menunjukkan bahwa satu tugas Noir telah selesai, serta tagihan yang harus Savero bayar. Yang paling membuat Melvin terkejut adalah dokumen yang menunjukkan jika selama ini, diam-diam Savero mencuri uang dari beberapa rekening Melvin. Memanipulasinya sedemikian rupa hingga Melvin tidak menyadari itu. Dengan uang itu, Savero mampu membayar Noir. "Semua bukti itu kita temuin di kamar tamu apartemen Savero yang terkunci. Waktu kami menerobos masuk, rasanya seperti menemukan harta karun karena semua buktinya ada di sana." Melvin sudah meletakkan tab dari Selatan ke atas meja kerjanya. Merasa sangat cukup melihat semua bukti-bukti itu. Sejujurnya, Melvin tidak benar-benar peduli bagaimana Selatan bisa mendapat semua bukti itu, atau bagaimana ia bisa membobol apartemen Savero tanpa ketahuan, dan mengurus CCTV yang merekam kehadiran mereka. Ia tidak peduli soal itu karena memang bukan urusannya. Yang dipedulikan oleh Melvin sekarang adalah rasa sakitnya karena pengkhianatan Savero. Karena Savero yang membalas sebuah kebaikannya dengan kejahatan seperti ini. Melvin benar-benar merasa hancur. "Sekarang udah jelas dia pelakunya. Lo mau kita gimana? Kalau saran gue, nggak perlu lagi konfrontasi dan langsung eksekusi aja. Karena kalau Savero lenyap, otomatis kesepakatannya dan Noir langsung terputus, dan Noir nggak akan macam-macam dengan keluarga lo lagi." Lea mendelik pada Selatan. "Aku rasa ini bukan saat yang tepat untuk bahas ini," tegurnya. Selatan berdecak. "Terus kapan lagi? Setelah ada korban lagi dari keluarganya dia?" Melvin hanya diam. "Atau jangan-jangan lo berpikiran cetek dengan mau jeblosin dia ke penjara?" Selatan lanjut bicara pada Melvin. "Lo sadar kan kalau jeblosin dia ke penjara nggak akan membuahkan hasil apa-ala? Dengan sangat mudah, Brian bisa ngebebasin kliennya dari jeruji besi. Atau mungkin, lo mau ngomong sama Savero dan berusaha bikin dia tobat? Gitu?" "You better shut up." Lea menegur Selatan karena menganggap omongannya sudah keterlaluan dan tidak peka dengan situasi Melvin yang saat ini masih terguncang. Namun, Selatan mengabaikan teguran dari Lea itu. Pura-pura tidak mendengarnya. "An eye for an eye, Melvin," lanjut Selatan. "Dia udah nyakitin keluarga lo. He even killed your father. Jadi, satu-satunya balasan yang tepat untuk Savero adalah nyawanya sendiri." "Atan--" Selatan mendelik kesal pada Lea yang terus-terusan menegurnya. "What? I'm telling you the truth here," cetusnya. "Dan kalau-kalau kamu lupa karena udah berhenti dari Kahraman, tugas kita adalah melindungi klien. Untuk menghentikan ancaman yang bisa membahayakan klien kita, membunuh adalah salah satu caranya. Laki-laki bernama Savero itu, pantas untuk mendapatkannya. Just like I said, an eye for an eye." 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD