39. Rahasia

1414 Words
Melvin rasa, kehidupannya sekarang sudah serupa dengan kehidupan seorang tokoh di film-film action yang biasa ditontonnya. Sebab semua yang dijelaskan oleh Hermadi, menurutnya terlalu gila untuk menjadi nyata. Tapi di sisi lain, Melvin juga tahu bahwa semua memang nyata adanya. Yang paling mengejutkan Melvin adalah fakta mengenai Kahraman yang dibenarkan oleh Hermadi sebagai underground business yang dijalankan olehnya selama ini. Sudah lama sekali, Hermadi bilang. Bahkan sejak dia masih muda dan Melvin maupun anak-anaknya belum lahir pun, usaha ilegal itu sudah ada. Di kalangan elit seperti mereka, memang sudah menjadi rahasia umum jika beberapa keluarga memiliki underground business seperti itu. Bahkan, tidak jarang jika perusahaan mereka yang terlihat di permukaan justru hanya dijadikan sebagai kamuflase semata untuk menutupi bisnis kotor mereka yang sebenarnya. Selama ini, banyak rumor yang pernah Melvin dengar mengenai keluarga lain. Seperti misalnya ada keluarga Danuarji yang diam-diam memiliki jaringan besar sebuah prostitusi online, keluarga Wangsa yang katanya memperjual belikan senjata ilegal dan hewan-hewan yang dilindungi, hingga keluarga Sadajiwa yang katanya menjual jasa pembunuh bayaran. Melvin tidak tahu apakah semua rumor menyangkut keluarga lain itu benar adanya, namun Hermadi sendiri mengatakan bahwa Kahraman tidak menyediakan jasa untuk dengan sengaja membunuh seseorang. Mereka menawarkan perlindungan, proteksi yang lebih bagi klien mereka yang membutuhkan. Hanya saja, dalam menjalankan pekerjaannya, Kahraman akan menggunakan peraturan mereka sendiri dan dengan cara mereka sendiri. Yang mana artinya, dalam melindungi klien, mereka tidak akan segan-segan untuk menyakiti musuh. Or worse, killing them, jika dibutuhkan. "Tapi kami tidak menerima sembarang orang untuk jadi klien kami, Melvin." Hermadi menambahkan penjelasannya. "We only work for good people. Orang-orang baik yang memang butuh perlindungan dari sesuatu yang mengancam mereka. Karena itu, kami cukup ketat dalam menerima klien kami. Sebelum kesepakatan dibuat, ada banyak background check yang kami lakukan untuk memastikan apakah memang kami akan bekerja untuk orang yang baik." Melvin tidak tahu apakah ia harus merasa lega atau justru merasa lebih buruk usai mendengar penjelasan itu. Rasanya tetap saja tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mereka bisa menyakiti untuk melindungi? Melawan hukum yang berlaku? Dan bertindak sesuka hati? Tapi lagi-lagi, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Ada banyak hal yang terjadi dan mungkin hanya segelintir manusia saja yang tahu. Termasuk kehidupan para kaum elite yang seperti ini. Power yang mereka punya terlalu kuat, hingga memiliki underground business seperti ini pun tidak membuat mereka terendus oleh aparat. Oh, bahkan lucunya, pemerintah justru kerap tunduk di tangan kaum para elite seperti mereka. They're just too powerful. "Tahun lalu, Papi kamu mendatangiku, bilang kalau dia tahu tentang Kahraman dari desas-desus yang dia dengar. Dan dia berkeinginan untuk menggunakan jasa kami." Kepala Melvin semakin runyam mendengarnya. "Aku nggak ngerti," keluhnya. "Untuk apa Papi butuh jasa Kahraman?" "Karena Papi kamu merasa, ada sesuatu yang besar akan mengancam keluarga kalian." "Apa?" Hermadi menghela napas. "Melvin, kamu nggak berpikir kalau banyak yang nggak suka sama keluargamu? Dengan perusahaan besar yang kalian punya, serta power yang kalian pegang, ada banyak yang mau menjatuhkan kalian. Oh, bahkan Papi kamu juga sudah sering dapat dead threats. Dia cuma nggak mau bilang ke keluarganya soal itu, semata karena nggak mau kalian khawatir." "Please, jangan mengada-ada. Mana mungkin ada yang berani ngasih Papi dead threats...dan selama ini juga Papi nggak pernah bersikap begitu..." "Oh, Papi kamu jelas penyimpan rahasia yang ulung, Melvin. Seperti yang kubilang, dia tidak ingin keluarganya tahu karena tidak ingin kalian khawatir. Selain itu, kamu tau sendiri kan bagaimana dia tidak mau terlihat lemah di mata orang lain?" Melvin tertegun. Yang dikatakan oleh Hermadi ada benarnya. Selama ini sosok Arthur Wiratmaja memang dikenalnya sebagai seseorang yang berwibawa dan tidak pernah terlihat takut akan apapun. Bahkan, berbagi masalah pada keluarganya pun tidak pernah, termasuk pada istrinya sendiri. Sungguh, Melvin benci mengakui ini, namun penjelasan Hermadi mulai terasa masuk akal baginya. "Awalnya, dia hanya menyewa jasa Kahraman untuk dirinya sendiri. Lalu, dia sadar bahwa mungkin saja kalian juga bisa terkena imbasnya, juga sadar bahwa mungkin dia tetap bisa mati meski sudah mempekerjakan Kahraman. Karena itu, dia memutuskan untuk pensiun dini, agar kamu bisa menggantikannya." "Dan apa hubungannya dengan menjodohkan aku dan Lea?" Hermadi menyunggingkan senyum lalu menjawab, "Karena kamu butuh pasangan, Melvin. Dan Papi kamu sudah tidak bisa percaya pada keluarga lain lagi, setelah ancaman-ancaman yang didapatnya. Tapi dia percaya padaku dan juga Lea, karena Lea adalah anggota Kahraman. Dan dia percaya bahwa kami bisa melindungi keluarganya, terutama kamu." Benar-benar ada terlalu banyak informasi yang harus dicerna oleh Melvin dalam satu waktu dan itu membuat kepalanya seperti hendak meledak. Semua cerita itu seperti di ambang sesuatu yang nyata dan tidak nyata. Melvin pun tidak tahu apakah ia harus percaya pada semuanya atau tidak. Lalu, tiba-tiba saja ia teringat percakapan terakhirnya dengan sang ayah waktu itu. Melvin sempat bertanya apakah Arthur memiliki hutang sebanyak itu pada keluarga Sadajiwa hingga terus-terusan membela mereka. Banyak. Itu yang menjadi jawaban Arthur. Apa hutang yang dimaksudnya adalah ini? Jika memang iya, apa berarti Kahraman selama ini memang benar-benar menjaganya seperti yang dikatakan oleh Hermadi? Jika memang iya, kenapa ayahnya justru tidak ada lagi sekarang? Pikiran itu pun membuat Melvin terkekeh miris. "Aku nggak tau harus percaya atau enggak," ungkapnya jujur. "Kalau memang Kahraman begitu menjaga Papi dan kami semua, kenapa semua hal buruk di keluarga kami belakangan ini masih terjadi? Dan kenapa juga kalian masih bersikeras untuk tidak memberitahuku apa-apa sebelumnya? Kenapa baru sekarang?" "Pertama, Melvin, Papi kamu diracun. Kami sudah mewanti-wantinya untuk tidak makan atau minum sembarangan di tempat pesta seperti itu, tapi karena Papi kamu terlalu asyik mengobrol dengan teman-temannya malam itu, tanpa sadar beliau menerima wine yang ditawarkan oleh pelayan. Dan kamu tau kan bahwa racun itu tidak bisa dilihat oleh mata? We are truly sorry for that." "Explain about suicide tree then." Hermadi menghela napas dalam. "Kamu pikir, di seluruh Indonesia ini cuma aku yang punya tumbuhan itu? Come on, boy, I know you are smart." "Bukan berarti ada banyak manusia di negara ini yang punya tumbuhan itu." "Tapi bukan berarti juga tidak ada sama sekali selain aku, kan?" Melvin terdiam. Ia pun merasa jika tuduhannya kepada keluarga Sadajiwa kini sudah melemah atas semua informasi yang didapatnya ini. Diamnya Melvin pun dijadikan kesempatan bagi Hermadi untuk melanjutkan penjelasannya. "Perihal kecelakaan Mami kamu, lagi-lagi kami kecolongan. Lalu, untuk terror yang didapat oleh Abby, kami langsung mengejar pelakunya tidak lama setelah kejadian itu terjadi. Karena saat itu kami sedang fokus pada pelaku yang menerror Abby, kami jadi tidak fokus padamu sehingga penyerangan itu terjadi. Believe me, Melvin, siapa pun musuh kalian, mereka juga menyewa jasa profesional. Kamu lihat sendiri kan tiga orang babak belur yang ada di ruang bawah tanah tadi? Mereka bisa jadi seperti itu karena memilih untuk tutup mulut dan menolak buka suara sedikit pun. Mereka rela mati, demi menjaga rahasia mereka, Melvin. Only professionals will do it like that." Melvin masih diam saja. Dan Hermadi tahu, pasti masih sulit bagi Melvin untuk percaya dengan semua penjelasan tersebut. Karena itu, Hermadi pun menarik laci meja kerjanya, dan mengambil sebuah map cokelat yang berisikan dokumen tebal dari dalam sana. Lalu, ia menyodorkannya kepada Melvin. "Aku tau kamu tidak akan mudah percaya pada semua yang kukatakan, karena itu aku mengumpulkan semua buktinya di sini. Dari awal kesepakatan antara Kahraman dan Arthur, semua ada di sana." Melvin hanya memandangi map cokelat itu saja dan menolak untuk menyentuhnya. Setidaknya tidak sekarang, karena ia masih belum siap untuk mencerna berbagai informasi lain yang mungkin bisa membuat kepalanya benar-benar meledak kali ini. "Sekali lagi aku tanya, kenapa semuanya dirahasiakan selama ini? Bahkan di saat aku sudah menuduh keluarga kalian yang tidak-tidak?" Tanya Melvin dengan nada suara yang kini terdengar begitu frustasi. "Karena maunya Arthur seperti itu. Jika bisa, dia ingin kalian tidak tahu apa-apa dan tetap terlindungi. Selain itu, aku pun tau bahwa kamu tidak mungkin akan percaya karena semua pikiran buruk yang sudah kamu punya tentang kami, Melvin," jelas Arthur. "Tapi karena keadaan sudah semakin parah, aku rasa kamu berhak tahu. Dan aku harap, matamu juga terbuka, Melvin. Bukannya aku ingin memanfaatkan keadaan Lea, tapi kalau memang kami pelakunya, bagaimana mungkin aku sampai tega menyakiti putriku sendiri?" Perut Melvin rasanya bergejolak dengan tidak nyaman mendengar itu. Ia kembali diliputi rasa bersalah. "Satu pertanyaan lagi," gumamnya kemudian. Hermadi mengangguk. "Go on." "Siapa pelakunya?" Helaan napas panjang Hermadi pun terdengar, seiring dengan ia menggelengkan kepala. "Sampai sekarang belum ada bukti yang mengarah ke pelakunya," ungkap pria itu. Lalu, ia melanjutkan dengan nada serius. "Tapi pelakunya bisa siapa saja, Melvin. Entah itu saingan keluargamu, atau justru keluarga, dan orang terdekatmu. Karena itu, tadi aku memintamu untuk datang sendiri ke sini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD