38. The K

1400 Words
Just...what the actual f**k? Itu yang terlintas di pikiran Melvin setelah melihat yang menurutnya hasil dari sebuah kebrutalan, tepat di depan matanya. Seumur hidup, baru kali ini Melvin melihat sesuatu semacam ini. Orang-orang yang terikat dan dalam keadaan babak belur itu, jelas-jelas habis dipukuli habis-habisan hingga mereka bisa begitu babak belur. Wajah mereka bahkan tidak terlihat jelas lagi karena bengkak oleh lebam di berbagai sisi. Selain itu, darah kering yang menempel di bibir, hidung, hingga pelipis mereka juga membuat ketiga wajah itu semakin sulit untuk dikenali. Selama beberapa saat, Melvin hanya mampu mematung dan tercengang akan pemandangan itu. Hingga akhirnya ia tersadar bahwa ketiga orang yang babak belur itu, kemungkinan besar bisa berakhir begitu karena orang-orang yang ada di dalam ruangan ini. Karena Selatan dan kawan-kawannya. Dan kesadaran itu pun membuat Melvin menoleh pada Hermadi dan menatapnya marah. "Ini apa-apaan?" Dari nada suara yang digunakan oleh Melvin, Hermadi tahu jika menantunya itu sama sekali tidak suka atas apa yang diperlihatkan kepadanya. Meski begitu, seperti biasa, Hermadi tetap menjaga raut wajahnya tetap tenang. Kemarahan Melvin itu sudah diduganya sedari awal, sehingga ia pun dapat menyikapinya biasa saja. Hermadi sendiri tidak langsung menjawab, sehingga Melvin pun terlebih dahulu melihat ke sekeliling ruangan tempatnya berada saat ini. Kini tatapan semua orang tertuju padanya, termasuk tiga orang yang terikat itu. Dan sungguh, semua tatapan itu membuat Melvin sangat tidak nyaman. Tiba-tiba saja, ia pun seperti merasa sesak berada di ruangan yang entah apa ini. Jika di film-film, mungkin ruangan ini merupakan ruangan rahasia yang digunakan untuk membunuh orang. Jika memang fungsi ruangan ini ternyata juga sama, Melvin benar-benar tidak bisa berpikir dengan akal sehatnya lagi. Untuk apa keluarga Sadajiwa memiliki ruangan ini? For killing people? Apa memang rumor tentang keluarga mereka ternyata benar? Jika iya, ada baiknya jika Melvin pergi dari sini sekarang, kan? Namun, sebelum Melvin sempat terpikir bagaimana caranya untuk kabur, tiba-tiba saja salah seorang dari tiga orang yang terikat itu tertawa mengejek. Dan tawa itu jelas sekali ditujukan pada Melvin, karena tatapan pria itu terarah padanya. Lalu, yang membuat Melvin terkejut, pria itu meludahkan darah tepat ke arahnya. Andai Melvin tidak cepat mundur, ludah pria itu pasti sudah mengenai kakinya. "What the-" sebuah umpatan tertahan di bibir Melvin. Ia makin tidak mengerti lagi dengan situasi saat ini. Ketiga pria yang terikat itu memberikannya tatapan yang bisa Melvin artikan sebagai tatapan marah? Benci? Semacam itu. Dan seolah bisa membaca pertanyaan dalam kepala Melvin, Hermadi pun akhirnya bersuara, "Mereka adalah pelaku yang sudah menyerangmu dan Lea, juga yang telah mengirimkan terror ke Abby." Melvin sukses dibuat tertegun. "Seperti yang sudah kubilang, Melvin, kami berhasil menangkapnya. Dan mereka ada di tempat yang aman, di sini, di markas Kahraman." "Kahraman?" "Bagian dari The K, but let's said it's the illegal part of it." "What?" Hermadi tersenyum. "Rumor yang kamu dengar itu memang benar, Melvin. Keluargaku memang punya bisnis ilegal, dan ini lah bisnis itu." Melvin tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ada banyak hal membingungkan dari informasi yang disampaikan oleh Hermadi padanya. Baik itu tentang tiga orang di depannya, maupun mengenai Kahraman yang masih tidak Melvin mengerti sama sekali fungsinya apa. Dan saat ini, Melvin tidak tahu mana yang harus dilakukannya terlebih dahulu. Meminta penjelasan lebih pada Hermadi, atau menambahkan satu atau dua pukulan pada tiga orang yang terikat itu karena kini Melvin tahu, mereka lah yang telah membahayakan hidupnya dan keluarganya. Pilihan Melvin sebenarnya jatuh pada pilihan yang kedua. Ia pikir, penjelasan dari Hermadi bisa menunggu. Dan Melvin pun sudah terlanjur gelap mata sehingga ia memutuskan untuk maju dan menendang salah satu dari tiga orang pria itu hingga pria itu terjatuh dengan posisi masih terikat dengan kursi. Tindakan Melvin itu tidak diduga oleh Hermadi maupun orang-orang yang ada di sana. Namun, dengan cepat mereka langsung menghentikannya. Selatan lah yang maju pertama kali untuk menahan Melvin yang kini sudah dikuasai oleh emosi. Tentu saja Melvin memberontak dan berusaha untuk lepas dari Selatan yang menahan tubuhnya. Namun, Selatan lebih kuat darinya sehingga mudah saja bagi pria itu untuk membuat Melvin tidak bisa berkutik. "Bawa dia keluar." Hermadi memerintahkan itu pada Selatan. Dan pada akhirnya, Melvin pun ditarik keluar dan tidak dibiarkan untuk melakukan serangan lagi terhadap tiga orang pelaku yang sudah membuat hidupnya dihantui oleh perasaan was-was belakangan ini. Melvin berteriak marah setelah Selatan membawanya keluar, dan pintu besi itu pun langsung tertutup setelahnya. "WHY CAN'T I KILL THEM?!" Seru Melvin murka usai Selatan melepaskan dirinya. Melvin pun menggedor-gedor pintu besi itu, berusaha untuk membukanya. Namun, pintu tersebut sudah dikunci dari dalam. "Melvin." Hermadi menepuk bahu Melvin. Namun, Melvin tidak peduli dan mengabaikannya, lalu terus menggedor-gedor pintu besi tersebut. "MELVIN, STOP." Nada suara Hermadi yang meninggi pun pada akhirnya berhasil membuat Melvin berhenti menggedor-gedor pintu itu, dan ia pun kembali menoleh pada sang ayah mertua. "Kenapa? Kenapa aku nggak boleh ikut nyakitin mereka kalau memang mereka pelakunya?" Tanya Melvin. Satu jawaban Hermadi, "Karena bukan tugasmu untuk melakukan itu." *** Melvin masih sangat kesal setelah apa yang terjadi di ruang bawah tanah rumah itu. Namun, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi kecuali menurut ketika Hermadi membawanya pergi dari sana. Mau kembali memaksa masuk ke sana pun tidak bisa, sebab mau seperti apapun Melvin memaksa agar pintu itu dibuka, orang-orang di dalam sana tidak akan membukanya kecuali atas izin Hermadi. Dan tentu saja, Hermadi tidak mengizinkan Melvin untuk masuk setelah apa yang dilakukan sebelumnya. Kini mereka sudah kembali naik ke atas. Hermadi membawa Melvin masuk ke dalam sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang kerja di rumah itu. Keduanya pun duduk berhadapan di sana. Hanya berdua, sementara Selatan yang sebelumnya ikut keluar dari ruangan itu, tidak mengikuti mereka sampai ke atas. Emosi Melvin kini sudah jauh lebih membaik dibandingkan tadi. Namun, bukan berarti ia tidak merasa marah dan kesal lagi. Tentu saja Melvin masih marah, masih kesal. Tapi, sekarang ia juga sudah bisa lebih berpikir jernih, dan merasa siap untuk mendengarkan semua penjelasan yang akan disampaikan oleh Hermadi. Bahkan, di saat ayah mertuanya itu belum memulai penjelasannya sama sekali, Melvin yang terlebih dahulu mengajukan pertanyaan padanya. "Apa memang benar mereka pelakunya?" Hermadi mengangguk. "Apa kamu masih berpikir kalau aku berbohong?" Melvin mengedikkan bahu. "Kemungkinan itu bisa saja terjadi," ungkapnya jujur. "Dan jika dipikir-pikir lagi, tidak menutup kemungkinan kalau semua ini cuma cerita yang kalian atur sedemikian rupa untuk menutupi sesuatu." Kali ini Hermadi menghembuskan napas, lalu terkekeh. Tidak, tentu saja ia tidak merasa bahwa perkataan Melvin lucu, pria itu justru tertawa karena lebih ke merasa lelah atas sikap Melvin dan trust issue laki-laki itu terhadapnya. "Terserah kamu mau berpikir seperti apa, yang pasti aku akan menjelaskan semuanya padamu sekarang. Bagaimana?" "Go on. Tolong dimulai dari Kahraman." "Oke." Hermadi mengangguk. "Seperti yang sudah kubilang, Kahraman adalah bagian dari The K Royal Security. Aku tau, kamu sudah menyelidiki tentang perusahaan jasa keamanan milikku itu, yang kubuat kepemilikkannya atas nama Selatan. Iya, kan?" Melvin tidak mau repot-repot menganggukkan kepala untuk mengonfirmasi dugaan Hermadi terhadapnya itu. Mau Melvin diam pun, sepertinya pria itu memang sudah tahu apa saja yang sudah Melvin selidiki selama ini. "Dugaanmu selama ini memang benar, Melvin. Rahasiaku ada di The K, karena Kahraman merupakan bagian dari The K. Dan seperti rumor tentangku yang sudah kamu dengar selama ini, aku memang punya bisnis ilegal yang tidak diketahui oleh banyak orang. And that's Kahraman, our underground business." Melvin mengerutkan kening. Masih tidak mengerti akan penjelasan itu. "Bisnis ilegal apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Kahraman ini?" "Sama seperti induknya, The K, Kahraman juga menawarkan jasa keamanan." "And the illegal part is?" "We protect at all cost, dengan cara kami sendiri, dan dengan peraturan kami sendiri." "Shit." Melvin langsung melontarkan umpatan itu, sebab ia tahu apa maksud dari perkataan Hermadi tersebut. Tentu saja sulit bagi Melvin untuk memproses informasi ini. Selama ini memang dirinya percaya pada rumor mengenai keluarga Sadajiwa yang dikatakan memiliki sebuah underground business. Dan ketika sekarang dirinya sudah mengetahui kebenarannya langsung dari mulut Hermadi Sadajiwa, penjelasan itu terasa seperti tidak nyata. Is that even real? Tentu saja. Melvin baru saja melihat sedikit buktinya tadi. Dan belum sempat Melvin pulih dari keterkejutannya itu, Hermadi sudah menambahkan keterkejutan lain pada Melvin. "Papi kamu adalah klien Kahraman, Melvin," ujarnya. "Dan kamu tau kenapa dia bersikeras menjodohkanmu dengan Lea?" Melvin tidak mengatakan apa-apa dan hanya memberikan Hermadi tatapan bertanya, menunggu pria itu melanjutkan perkataannya. "Karena dia mau kami untuk melindungi keluarganya, terutama kamu yang merupakan ahli warisnya, hingga dia tidak ada lagi di dunia ini. He wanted us to protect you. At all cost." 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD