49. A Hug

1685 Words
Yang disampaikan oleh Poppy bukan sekedar omong kosong belaka. Setelah menyambut Melvin di depan pintu dengan mengatakan bahwa kemungkinannya Savero mengenal Brian Wangsa, Poppy mengajak mereka semua ke dalam untuk menunjukkan bukti dari perkataannya itu. Melvin tidak tahu dari mana Poppy bisa mendapat rekaman CCTV di beberapa lokasi pesta yang pernah didatangi oleh para tamu yang datang ke pestanya kemarin. Sebagai anggota Kahraman, tentu mereka memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan akses tersebut. Dan dari beberapa rekaman yang ditunjukkan oleh Poppy di laptopnya, memang terlihat Savero bertemu diam-diam dengan Brian Wangsa. Satu kali di pesta keluarga Danuarji, satu kalinya lagi di pesta yang didatangi oleh Arthur Wiratmaja sebelum dirinya meninggal karena keracunan. Entah apa yang mereka bicarakan lewat pertemuan itu, gerak bibir mereka tentu saja tidak akan terbaca lewat rekaman CCTV. Yang pasti, ketika mereka bertemu, lokasinya selalu sepi. Dan ketika di tengah keramaian, keduanya justru berpura-pura seperti dua orang yang tidak saling kenal. "Bukti ini emang belum cukup untuk menuduh Savero sebagai pelakunya. Tapi, bisa dibilang dia sekarang resmi jadi suspect pertama." Melvin memilih untuk tidak menanggapi pernyataan Poppy itu setelah mereka semua menonton rekaman CCTV yang diperlihatkannya. Melvin masih sangat denial untuk menganggap Savero sebagai suspect dari semua kejadian ini. Bagaimana mungkin bisa Savero tega melakukan ini semua terhadap keluarganya? Padahal, selama ini keluarga Melvin sudah sangat baik terhadapnya. Agak mustahil jika Savero sampai hati untuk melakukan itu semua. Melvin rasa, Savero bukan orang yang seperti itu. Namun, berbeda dengan pendapat Melvin, baik Poppy, Selatan, hingga Lea, sepertinya sepakat jika Savero pantas untuk dinyatakan sebagai suspect sekarang. Berbeda dengan Melvin yang masih mempertimbangkan semuanya, karena hubungan yang dia miliki dengan Savero selama ini, para anggota Kahraman hanya percaya apa yang mereka lihat. Dan terhubungnya Savero dengan Brian Wangsa selaku pimpinan dari Noir, sudah cukup bagi mereka untuk membuat status Savero patut dicurigai. Sebab tidak sembarangan orang bisa mengenal Brian Wangsa, dan mengingat status Savero yang hanya lah personal assistant seorang Melvin Jatmika Wiratmaja, urusan apa yang dia punya dengan orang penting seperti Brian? "Melvin, kalau begini kita harus bikin tim untuk menyelidiki Savero secara khusus. Kalau kamu setuju, sekarang juga Selatan bakal langsung atur semuanya," ujar Lea pada Melvin yang masih mematung di tempatnya. "Aku tau sedekat apa hubungan kamu sama Savero, tapi seperti yang udah kubilang, pelakunya bisa siapa aja termasuk dia. You can't be too soft on this, you know? Dia suspect pertama kita." "Oh Lea, harusnya kamu kasih Melvin waktu untuk mikir dulu. Hatinya pasti sakit karena ironisnya, si pelaku bisa jadi justru orang yang paling dekat sama dia." "Atan." Teguran Lea atas omongan pedasnya itu hanya ditanggapi Selatan santai dengan mengangkat bahu. "Just let me know, kalau dia udah tau maunya gimana." Selatan hendak meninggalkan ruangan itu bersama Poppy setelah mengatakan itu, namun belum sempat ia melangkah pergi, Melvin sudah terlebih dahulu melakukannya. Meninggalkan ruangan itu tanpa mengatakan apa-apa. Selatan memang benar, rasanya sungguh ironis jika memang pelakunya adalah orang terdekat Melvin sendiri. Dan akan sangat sulit bagi Melvin untuk menerima itu, karena jika nanti semuanya memang terbukti benar, Melvin akan kehilangan satu lagi orang yang penting dalam hidupnya. *** Hari ini rumah keluarga Sadajiwa bisa dibilang sepi. Selain Poppy, tidak terlihat anggota keluarga Sadajiwa yang lain, termasuk Hermadi Sadajiwa. Mungkin, beliau sedang berada di markas Kahraman. Sementara saudara-saudara Lea yang lain kemungkinan besar sedang tidak berada di sini. Mereka pasti memiliki kesibukan masing-masing, entah itu pekerjaan mereka yang berhubungan dengan Kahraman, atau pekerjaan mereka yang berhubungan dengan perusahaan SA Group. Bagus lah jika mereka tidak ada, Melvin juga sedang tidak ingin berpapasan dengan mereka. Jika mereka ada di sini, orang-orang yang akan berpikir jika hidup Melvin sungguh ironis, akan semakin bertambah lagi. Melvin sedang sangat tidak membutuhkan itu, setidaknya untuk sekarang. Setelah meninggalkan ruang kerja di rumah ini, tempat mereka melihat rekaman CCTV dari laptop milik Poppy tadi, Melvin memilih pergi ke tempat tersepi yang ada di sini. Selatan tidak salah, Melvin butuh berpikir sebelum ia memutuskan harus apa dengan status Savero yang kini dianggap oleh para anggota Kahraman sebagai suspect pertama dari semua masalah ini. Melvin pergi menuju teras balkon rumah keluarga Sadajiwa yang menghadap langsung ke area kebun teh, tempat waktu itu ia pernah bicara berdua dengan Lea sebelum mereka menikah. Dan tempat di mana Melvin pernah melihat Selatan dalam keadaan berdarah-darah di tengah kebun teh.    Ia duduk di kursi rotan yang ada di sana dan memandang pada hamparan hijau di depannya. Setidaknya, pemandangan asri yang dia lihat dan hembusan angin yang menerpa wajahnya sekarang bisa membuat Melvin jadi merasa sedikit lebih baik setelah kegilaan yang dilaluinya hari ini. Rasanya miris sekali karena sekarang Melvin merasa bahwa hari-harinya sudah tidak bisa dibilang normal lagi. Selalu saja ada masalah setiap harinya yang membuat Melvin pening sendiri. Dan setelah ini pun, Melvin yakin jika kegilaan dalam hidupnya akan semakin bertembah. Seperti yang dikatakan oleh Lea, bisa saja semua yang telah terjadi baru permulaan saja. Dan ada hal gila lain yang sudah menunggu untuk terjadi di masa yang akan datang. Melvin terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa Lea menyusulnya ke sini. Ia baru sadar ketika Lea mendudukkan diri di sebelahnya. Dan begitu ia menoleh ke perempuan itu, dilihatnya Lea mengulurkan sebuah kotak P3K padanya. Melihat kotak itu membuat Melvin mengerutkan kening bingung. "Kaki aku masih luka loh, dan kamu belum selesai ngobatinnya," ujar Lea sembari melirik ke arah betisnya yang masih dihiasi oleh tisu yang ditempelkan oleh Melvin di luka itu saat mereka di mobil tadi. "Yaudah, sini." Lea tersenyum ketika Melvin mengambil kotak P3K darinya. Lalu, ia mengatur tempat duduk Lea jadi sedemikian rupa agar perempuan itu bisa menyelonjorkan satu kakinya yang terluka di paha Melvin, dan Melvin bisa mengobatinya dengan mudah. Dengan telaten, Melvin melepaskan tisu yang semula membalut luka itu, lalu membersihkan lukanya pelan-pelan dengan cairan alkohol, membubuhkan obat merah di luka itu, dan diakhiri dengan menutup lukanya menggunakan plester khusus luka. Tidak ada yang bicara di antara mereka selama Melvin mengurusi luka di betis Lea. Namun, diam-diam keduanya sama-sama berpikir bagaimana mereka kembali lagi ke tempat ini dalam keadaan yang sudah sepenuhnya berubah. Ketika dulu mereka mengobrol di sini, tension di antara keduanya sangat tidak mengenakkan. Aura tidak suka sangat terpancar antara satu sama lain. Dan lihat lah sekarang, beberapa kemudian, keduanya justru sudah bisa santai dan bisa dibilang nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Saat itu, mereka sama sekali tidak membayangkan jika momen seperti ini akan terjadi, dimana Melvin mengobati luka Lea, dan tidak ada kata-kata sinis maupun kecurigaan yang mereka lontarkan. Mereka sudah hampir terlihat seperti pasangan suami-istri yang normal, dengan Melvin yang berperan sebagai suami perhatian terhadap istrinya yang sedang terluka. "Udah selesai." Melvin menurunkan kaki Lea dari pahanya setelah ia selesai menempelkan plester dengan sempurna ke luka itu. "Thank you, Melvin baby," ujar Lea manis. Melvin hanya menganggukkan kepala saja sebagai respon, lantas ia kembali menghadap ke hamparan kebun teh di depan. Sebenarnya, tujuan Lea menyusul Melvin ke sini bukan untuk meminta Melvin mengobati lukanya. Ia sengaja ingin menghampiri Melvin setelah menyadari perubahan sikap Melvin yang terlihat begitu tidak rela untuk menjadikan Savero sebagai suspect pertama dari kasus ini. Menerima kenyataan bahwa kita bisa saja dikhianati oleh orang yang selama ini sangat dipercaya tentu saja tidak mudah. Lea pun mengulurkan tangan untuk meraih tangan Melvin dan menggenggamnya, hingga Melvin kembali menoleh padanya. "Pelakunya belum tentu Savero," ujar Lea. Napas Melvin terhembus berat. "Kamu nggak perlu bilang begitu cuma untuk membuat aku ngerasa lebih baik, di saat kamu dan yang lain sudah sepenuhnya curiga sama Savero dan menganggapnya sebagai suspect pertama," balasnya. "Aku juga sadar kok kalau bukti yang terkumpul sejauh ini cukup untuk membuat posisi Savero jadi mencurigakan. Aku cuma butuh waktu untuk memproses semua ini." "Aku tau. Ini pasti nggak mudah buat kamu. Tapi, kamu harus mengesampingkan perasaan kamu dan lebih mementingkan logika untuk sekarang, sampai nanti kita tau siapa pelaku yang sebenarnya. It could be anyone, Melvin, so you can't let your guard down." Melvin hanya menganggukkan kepala sebagai respon. "Menjadikan Savero sebagai orang yang dicurigai juga bukan berarti secar pasti dia pelakunya. Aku cuma mau dia dijadiin sebagai suspect supaya anggota Kahraman yang lain bisa menyelidiki tentang Savero lebih dalam lagi. Aku udah jelasin kan, kalau nggak semua orang bisa jadi kliennya Noir? Dan belum tentu juga, Savero dianggap Noir layak sebagai kliennya." Lagi-lagi, Melvin hanya bisa menganggukkan kepala. Ia sungguh berharap jika Savero memang tidak layak untuk menjadi klien Noir. Savero tidak sepenuhnya berasal dari keluarga Wiratmaja, karena itu ia tidak memiliki aset kekayaan seperti keluarga Wiratmaja yang lain. Sementara untuk menjadi klien Noir, Lea sendiri sudah menjelaskan bahwa harga yang harus dibayar sangat lah mahal. Mungkin saja, Savero tidak sanggup untuk membayar jasa Noir. Dan semoga saja memang begitu, karena memikirkannya bisa membuat Melvin sedikit lega. "Jadi...nggak apa-apa kan kalau Selatan secara resmi membentuk tim untuk menyelidiki Savero?" Kali ini, Melvin tidak langsung menjawab. Cukup lama ia hanya diam memandangi Lea yang terlihat begitu ingin meyakinkannya. "Trust me, it's gonna be okay, Melvin. Kalau nanti Savero terbukti bukan pelakunya, aku yakin dia pasti ngerti apa yang kamu lakuin ini nggak lebih untuk melindungi keluarga kamu." Sejujurnya, Melvin tidak percaya jika semuanya akan baik-baik saja setelah mengiakan pertanyaan Lea itu. Namun, Melvin sadar jika ia tidak punya pilihan lain. Jika ingin masalah ini cepat selesai, maka ia harus segera mencari penyelesaian berdasarkan semua bukti yang ada. Dan jika sekarang langkah yang harus dilalui adalah menyelidiki Savero, maka mau tidak mau, hal itu harus dilakukan. Melvin balas menggenggam tangan Lea ketika akhirnya ia menganggukkan kepala. Lea pun tersenyum padanya, lantas menarik Melvin untuk berdiri. Melvin pikir, Lea ingin mengajaknya kembali masuk ke dalam rumah, namun tebakan Melvin itu salah. Bukannya membawa Melvin masuk, Lea justru mengajak Melvin berdiri untuk memberinya sebuah pelukan. "I think you need a hug," bisik Lea persis di telinga Melvin. "To make you feel a little bit better." Selama beberapa detik, Melvin hanya diam dan tidak membalas pelukan Lea itu. Melvin baru bergerak untuk balas melingkarkan lengannya di tubuh Lea, membenamkan wajah di helaian rambutnya, dan balas memeluknya erat, ketika ia sadar bahwa Lea benar. Sebuah pelukan mungkin memang diperlukan oleh Melvin, untuk membuatnya merasa sedikit lebih baik.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD