5. Jamuan Makan Siang

2085 Words
Untuk ukuran rumah yang katanya hanya ditinggali oleh dua orang, rumah keluarga Sadajiwa memiliki ruang makan yang cukup besar. Terdapat sebuah meja makan panjang dengan sepuluh kursi disana, yang mana jumlahnya dua kali lipat anggota keluarga Sadajiwa. Tapi, Melvin rasa keluarga Sadajiwa tidak terlalu sering makan bersama di meja makan itu, terlebih jika yang tinggal disana hanya lah Hermadi Sadajiwa dan anak bungsunya, Poppy Sadajiwa. Mungkin, mereka lebih sering menggunakan ruang makan ini untuk jamuan seperti sekarang. Walau ruang makannya cukup besar, namun Melvin bisa bilang jika ruang makan di rumah utama keluarga Wiratmaja terlihat lebih mewah karena adanya marmer mengkilat dimana-mana. Sementara ruang makan di rumah ini masih mengusung tema modern rustic, sama dengan keseluruhan tema interior rumah, sehingga furniturnya didominasi oleh kayu dan warna-warna gelap. Meski begitu, seperti yang dikatakan oleh Abby tadi, rumah ini terkesan lebih homey. Lebih hidup dan terasa hangat dibanding rumah keluarga Melvin yang mewah, tapi terasa dingin. Berbagai macam makanan sudah terhidang di meja makan yang terbuat dari kayu mahogany itu. Sepertinya keluarga Sadajiwa sengaja menyiapkan chinese food untuk makan siang mereka hari ini. Bukan sembarang chinese food, tentu saja semuanya berkualitas premium dan dimasak langsung oleh seorang chef terpercaya. Bebek peking di meja itu langsung jadi idola semua orang disana, kecuali Melvin. Berbeda dengan yang lainnya yang makan dengan santai dan nikmat, Melvin justru tidak nafsu makan sama sekali. Ia muak dengan pembicaraan yang ada di antara mereka siang ini. Apalagi kalau bukan membahas perihal perjodohannya dan Lea. Yang paling memuakkan, Melvin harus berpura-pura antusias dengan pembicaraan ini. Karena jika ia menunjukkan sedikit saja perasaannya yang sebenarnya, tidak hanya keluarganya yang akan tidak suka, tapi juga keluarga Lea. Sudah cukup Melvin diberikan tatapan tajam yang judgemental oleh calon saudara-saudara iparnya. Ia tidak butuh sesuatu yang lebih daripada itu, sehingga memilih mempertahankan sikap sopannya. "Nah, jadi kapan kira-kira waktu yang tepat untuk Melvin dan Lea melangsungkan pertunangan?" Pertanyaan tersebut ditanyakan oleh Hermadi di sela-sela makan siang mereka, tepat setelah ia dan juga orangtua Melvin memamerkan kelebihan anak mereka masing-masing dan berkali-kali berkata jika Melvin dan Lea sangat lah cocok. Pernyataan yang sebenarnya membuat Melvin bertanya-tanya, dari mana cocoknya? Arthur yang duduk di baris sisi kiri Hermadi menjawab pertanyaan itu. "Kalau bisa di bulan ini, supaya pernikahan mereka juga bisa cepat dilangsungkan." Hermadi tersenyum, kemudian ia beralih menatap Melvin dan Lea yang ada di baris sisi kanannya. "Kalau kalian berdua maunya gimana?" Sesaat Melvin tertegun, agak tidak siap karena pertanyaan tersebut dibalikkan padanya dan Lea. Sejujurnya, Melvin tidak mau apa-apa. Jika bisa, ia mau perjodohan ini dibatalkan saja, tapi tentunya ia tidak bisa menjawab begitu. Lea justru mendahului Melvin untuk menjawab. "Bulan ini boleh," ujarnya. "Tapi, sebelum itu, lebih baik kalau aku sama Melvin muncul ke publik sebagai pasangan dulu supaya orang-orang tau. Gimana menurut kamu, Melvin?" Melvin memaksakan senyum menanggapi saran dari Lea yang duduk di sebelahnya. "Iya, aku setuju. Lebih baik begitu." Padahal, kenyataannya Melvin tidak benar-benar setuju. Ia tidak bisa menebak bagaimana reaksi orang-orang jika tahu ia akan menikah dengan salah satu anggota keluarga Sadajiwa yang terkenal penuh rumor buruk. Mungkin, keluarga Melvin akan ikut ditakuti seperti keluarga Sadajiwa, tapi tidak menutup kemungkinan juga jika keluarga mereka akan mendapat cibiran dari berbagai pihak yang bisa saja memengaruhi perusahaan mereka. "Wah, kebetulan banget, minggu ini ada banyak pesta yang bisa kalian datengin berdua." Letta, saudara tertua Lea yang sedari tadi hanya diam, akhirnya buka suara. "Ada pesta ulang tahun Brian Wangsa, perayaan anniversary salah satu perusahaan keluarga Danuarji, dan...pesta pertunangan Emily Darmono." Melvin mendelik pada Letta yang duduk beberapa kursi di depannya. Berani sumpah, ia melihat kalau perempuan itu menyeringai kecil usai menyebut nama Emily Darmono yang merupakan mantan tunangan Melvin. Seolah ia memang sengaja menyebutnya, entah tujuannya apa. Mungkin Letta ingin menyindir Melvin karena tahu jika pertunangannya dan Emily batal karena ia yang membatalkannya. Jujur saja, Melvin jadi agak tersinggung dan tanpa sadar ia menggenggam garpu di tangannya dengan lebih erat. "Datang ke pesta tunangannya Emily Darmono aja kalau gitu." Ella, saudara Lea yang lain ikut-ikutan. "Momentumnya pas. Melvin datang ke pesta pertunangan mantan tunangannya, dengan pasangan tunangan yang baru. Orang-orang pasti bakal langsung heboh, jadi kabarnya cepat menyebar." Poppy si bungsu tertawa. "That's so messed up," ujarnya. Mungkin pendapat Ella itu memang benar. Di kalangan mereka, mengumumkan sesuatu secara tersirat bisa dilakukan di sebuah pesta. Karena disana, ada banyak relasi yang berkumpul sehingga mereka semua bisa mengetahui apa saja yang terjadi. Jika memang Melvin datang ke acara pertunangan Emily Darmono bersama Lea, kabar hubungannya dan Lea pasti akan lebih cepat menyebar dibanding jika ia datang ke pesta lain. Sebab semua orang tahu, Melvin dan Emily memiliki masa lalu yang tidak bagus sehingga mereka pun bisa jadi topik gosip hangat. Tapi tetap saja, Melvin merasa diejek oleh saudara-saudara Lea. Sekali pun mereka membicarakan sesuatu yang masuk akal, ia tetap merasa tidak suka. Tapi ketika melirik anggota keluarganya yang lain, mereka biasa saja dan tidak terlihat tersinggung sama sekali. Bahkan, Abby pun ikut tertawa bersama Poppy. Hermadi berdeham, membuat Poppy dan yang lainnya seketika berhenti tertawa, dan pusat perhatian kembali terarah padanya. "Lebih baik kalau kalian memunculkan diri sebagai pasangan di pesta keluarga Danuarji dulu," ujarnya. Arthur mengangguk setuju. "Ada banyak relasi bisnis disana. Sekalian juga, Melvin dan Lea datang untuk mewakilkan saya, supaya orang-orang juga tahu kalau sebentar lagi Melvin akan menggantikan posisi saya di perusahaan." Melvin hanya memandangi ayahnya selama beberapa saat dan berusaha keras menahan diri agar tidak memutar bola mata. Ia masih tidak suka dengan pembicaraan mengenai dirinya menjadi yang digadang-gadang untuk menjadi pengganti Arthur sebentar lagi. Sampai sekarang, Melvin masih belum tahu apa alasan pastinya. Obrolan pun berlanjut mengenai rencana pernikahan Melvin dan Lea. Melvin lebih banyak diam dan menanggapi seperlunya saja, namun tetap sopan dan terlihat antusias. Meski diam-diam, ia sangat muak dan ingin pertemuan ini cepat berakhir. Ia pun menyantap makan siangnya tanpa nafsu sama sekali. Melvin sedikit tersentak ketika tiba-tiba saja, Lea yang duduk di sebelahnya meletakkan satu tangan di paha Melvin, membuatnya langsung menoleh pada perempuan itu yang masih bersikap tenang dan ceria. Tanpa sepengetahuan yang lain, Lea mendekat ke arah Melvin dan berbisik, "Kasian bebek di piring kamu." Melvin berdecak pelan, baru sadar jika sedari tadi ia hanya menusuk-nusuk bebek peking di piringnya dengan garpu, melampiaskan rasa kesalnya. *** Melvin lega ketika makan siang mereka selesai. Meski masih berada di kediaman keluarga Sadajiwa, tapi setidaknya ia sudah tidak berada di antara semua orang lagi. Keluarga Melvin dan Lea membiarkannya dan Lea untuk memisahkan diri, sementara mereka semua mengobrol di ruang tamu rumah keluarga Sadajiwa yang luasnya. Lagi-lagi, Melvin dan Lea ditinggal berdua supaya mereka bisa mengakrabkan diri. Terserah mereka mau berpikir seperti apa, Melvin sendiri hanya akan menganggapnya sebagai jalan keluar dari kemuakan yang telah dihadapinya selama makan siang tadi. Lea mengajak Melvin pergi ke salah satu balkon yang ada di rumahnya, yang menurut tebakan Melvin kerap dijadikan ruang duduk bagi keluarga Lea bersantai. Balkon itu berhadapan langsung dengan bagian samping rumah keluarga Sadajiwa sehingga hamparan hijau kebun teh pun menjadi pemandangan yang terlihat disana. Cukup refreshing. Setidaknya bisa membuat Melvin lebih tenang dibanding tadi ketika ia berada di tengah-tengah keluarganya dan juga keluarga Lea. Yah, walau Melvin sendiri belum merasa sepenuhnya nyaman, karena masih ada Lea di sebelahnya, tapi sekarang sudah jauh lebih baik lagi. Keduanya berdiri di dekat pagar pembatas balkon yang terbuat dari kayu mahogany yang mengkilat. Rumah ini benar-benar didominasi oleh kayu sehingga kontras sekali berada di tengah kebun teh seperti ini. Melvin melirik ke samping, pada Lea yang sejak beberapa menit lalu berada di sebelahnya. Rambutnya sedikit berkibar karena diterbangkan oleh angin sejuk yang ada di perkebunan ini. Harus Melvin akui, Lea tampak manis. Tapi tetap saja, ia tidak memiliki rasa tertarik sama sekali pada perempuan itu. "Saudara-saudara kamu jelas nggak suka banget sama aku," ujar Melvin. Memecah keheningan setelah sekian menit mereka berada di balkon ini. "Enggak juga," jawab Lea tanpa menoleh pada Melvin. "Mereka emang kayak gitu kok, jangan terlalu diambil hati." "Mereka jelas-jelas ngejek aku dengan bahas-bahas Emily." Kali ini Lea tertawa dan menoleh pada Melvin. "Chill, okay? Nggak perlu sesensitif itu. Lagian, semua orang juga tau kok kalau kamu ngebatalin tunangan sama Emily. Kalau pun kita datang ke acara tunangannya Emily, yang ada juga keluarga dia yang bakal tersinggung." Melvin mendengus kasar. Ia tidak pernah suka membahas tentang Emily, karena masalah ketika ia memutuskan pertunangannya dengan perempuan itu bisa dikategorikan sebagai masalah yang cukup besar. Melvin pun cukup lama bersitegang dengan orangtuanya karena masalah Emily ini. Dan Melvin rasa, Lea maupun keluarganya bisa menebak itu, tapi mereka tetap membahasnya. Karena itu, Melvin mengulang sekali lagi. "Saudara-saudara kamu nggak suka banget sama aku." "Terserah kalau mau mikirnya begitu," ujar Lea santai. "Kan udah kubilang juga, kamu pun nggak terlalu likeable." "Oh, you don't like me too then?" Sudut bibir Lea tertarik sedikit, menciptakan sebuah senyum miring. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi Melvin sehingga menyebabkan laki-laki itu berjengit. "I like your handsome face," ujar Lea manis. "Tapi dari segi sikap, enggak." Melvin tertawa sinis. Ditepisnya pelan tangan Lea dari wajahnya, dan tatapannya pada perempuan itu pun menajam. "Yaudah, sama. You're pretty too, but I don't like you." "Itu sih karena hati kamu masih untuk Gemani Artanya Danakitri, penyanyi yang lagi naik daun dan sekarang udah nikah sama salah satu artis terkenal itu. Iya, kan?" Melvin tertegun sejenak, agak tidak menyangka Lea akan membawa Gema dalam percakapan mereka. "Mami kasih tau kamu tentang Gema?" tanya Melvin tidak senang. Selama ini, ia selalu menjaga hubungannya dan Gema secara eksklusif sehingga hanya orang terdekatnya saja yang tahu. Terlebih lagi, Melvin dan Gema menatap di Australia selama mereka masih menjalin hubungan sehingga kabar hubungan mereka pun tidak mudah terendus. Jika Lea sampai tahu, ia hanya bisa menebak kalau orangtuanya lah yang memberitahu Lea tentang ini. Namun, gelengan kepala Lea justru membuat Melvin bingung. "Aku tau sendiri," ujarnya. "Soalnya aku cukup jago cari informasi yang nggak banyak orang lain tahu. Bahkan, aku juga tau kalau kamu sempat terobsesi sama mantan kamu itu, did something dirty to her dengan menyebarkan rumor buruk perihal pernikahan kontrak antara dia dan suaminya, being her stalker, dan akhirnya dia juga yang jadi alasan kamu mutusin pertunangan sama Emily Darmono." Melvin nyaris menganga karena Lea yang menjelaskan semua itu dengan cukup detail. Ia tidak mengerti bagaimana Lea bisa mendapatkan semua informasi itu jika memang keluarga Melvin tidak memberitahunya. Tidak, tidak. Informasi itu jelas bukan dari keluarganya. Karena keluarga Melvin pun tidak tahu jika Melvin pernah beberapa kali membuntuti Gema. "You did background check on me?" Melvin bertanya dengan nada yang sarat akan protes. Lea mengangguk tenang. "Jangan nggak terima gitu. Kamu juga pasti ngelakuin hal yang sama, kan?" tanyanya diiringi tawa kecil yang terkesan mengejek. "Berhasil dapat informasi yang menarik tentang aku nggak?" Melvin tersinggung sekali rasanya. Lea seolah mengejeknya karena tahu kalau Melvin tidak berhasil mendapatkan informasi apapun mengenai Lea dan keluarganya. Informasi mereka sesulit itu untuk dicari, entah bagaimana mereka bisa menutupinya dengan pandai. Melvin jadi merasa kalah telak. Sepertinya Lea sudah tahu banyak hal tentangnya, sedangkan Melvin tidak tahu apa-apa. Lagi-lagi, bicara dengan Lea hanya membuat Melvin kesal. Melvin rasa, orangtuanya sudah gila karena menganggap mereka berdua cocok. Melvin bahkan tidak senang sama sekali bicara dengan Lea, jadi dari mana cocoknya? Kini Lea sudah kembali menghadap ke depan, pada hamparan kebun teh milik keluarganya, membuat Melvin kembali tersuguhi dengan figurnya dari samping. Kedua tangan Melvin terkepal erat menahan kesal karena ia tidak mampu menjawab pertanyaan Lea tadi. Cukup lama Melvin memandangi Lea dengan tatapan penuh permusuhan, hingga ia menyadari, Lea yang semula terlihat santai, perlahan ekspresinya jadi menegang ketika melihat pada satu arah. Melvin hendak mengikuti arah pandangan Lea, namun belum sempat ia melakukannya, perempuan itu sudah membuatnya membalikkan tubuh dan mendorongnya untuk kembali masuk ke dalam rumah dan Lea menutupi arah pandang Melvin ke titik yang dilihatnya tadi dengan tubuhnya. "Ayo masuk, Papa kayaknya mau ngobrol juga sama kamu." Lea benar-benar tidak mengizinkan Melvin lagi untuk menoleh ke arah kebun teh karena ia terus mendorong Melvin hingga masuk ke dalam rumah. "What the hell, Lea? Kenapa tiba-tiba nyuruh masuk begini? Apa yang kamu liat tadi dan aku nggak boleh liat?" protes Melvin yang tentu saja tidak bodoh. Ia tahu, gelagat Lea ini pasti karena ia ingin menyembunyikan sesuatu. Lea tidak menjawab dan menutup pintu balkon setelah mereka sudah masuk ke dalam rumah. Tanpa bicara apa-apa, Lea menarik Melvin menjauh dari sana. Tapi, dari kaca yang ada di pintu, sekilas Melvin melihat ada seorang pria yang berjalan terseok-seok di tengah kebun teh. Dan jika Melvin tidak salah lihat, darah mengaliri kepala hingga leher pria itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD