3. Kavian Zeferino Adhitama

2301 Words
Bab 3 Kavian Zeferino Adhitama Suara deringan ponsel kembali lagi terdengar entah untuk keberapa kalinya, si empu ponsel hanya melirik ponselnya sekilas dan memilih kembali bergelung diatas sofa bed tanpa ada niatan untuk mengangkat ponselnya yang terus berdering. “Kenapa gak diangkat, yang?” Tanya seseorang yang bergelung di sofa yang sama dengannya. “Palingan mama yang nyuruh aku pulang…” jawabnya malas. “Tante Ava mungkin khawatir sama kamu, karena kamu belum juga pulang ke rumah orangtuamu padahal sudah 3 hari kamu pulang ke sini.” “Aku malas pulang dan mendengar rengekan mama yang minta cucu padaku.” keluh Kavian kesal. Arvind terkekeh mendengar keluhan Kavian, dia bangkit dari posisi nyamannya dan menegakan duduknya. Tangan putihnya mengelus rahang Kavian yang di tumbuhi bulu-bulu halus dan mengecupnya singkat. “Pulanglah sebelum tante Ava nekat mendatangi apartemen kita…” pinta Arvind. “Apa kamu tidak merindukanku? Kita baru bisa memiliki quality time 3 hari ini karena sebelumnya kita sangat sibuk bekerja. Kalau aku pulang mau tak mau kita akan sibuk lagi karena aku harus masuk kantor dan disibukkan dengan segala jadwal yang tidak pernah berhenti.” “For your information Mr Kavian, kita ada di kantor yang sama karena aku ini sekertarismu jadi otomatis kita bersama selama 24 jam sayang. Kamu tidak lupakan jika kantor sedang sibuk-sibuknya dengan koleksi musim baru, semua ini tidak akan berjalan dengan baik kalau kita terus mendekam disini.” “Aku tahu karena itulah aku malas ke kantor, kamu juga tahu sendirikan aku tidak bisa memelukmu seperti ini kalau kita di luar…” ucap Kavi. Arvind menjatuhkan tubuhnya di pelukan Kavian, tubuhnya memang terbilang kecil jika dibandingkan dengan tubuh Kavian, Arvin juga memiliki kulit yang sangat halus mengalahkan kulit para wanita. Jika wanita melihat Arvind, mereka akan berteriak iri karena Arvind sangat cantik untuk ukuran laki-laki. Dengan wajah oriental mendekati kesempurnaan personil EXO, Arvind memiliki segala hal yang diidamkan para perempuan. Sayangnya Arvind tidak tertarik pada makhluk berisik sejenis perempuan karena sudah sejak 10 tahun lalu dia memutuskan untuk mencintai Kavian. Seniornya saat masa sekolah dulu, pahlawannya sekaligus satu-satunya pemilik hatinya. “Kita sudah melalui banyak hal bersama sayang, aku tidak keberatan untuk menunggu lebih lama lagi sampai kita saling memiliki seutuhnya. Kamu tahukan apapun yang dikatakan dunia tentang kita aku sama sekali tidak peduli, bagiku kamu tetaplah satu-satunya orang yang aku cintai, satu-satunya tujuan hidupku.” Ucap Arvind. Kavian membalas pelukan Arvind dan mengecup kening Arvind dengan sayang, dia tidak tahu hubungannya dengan Arvind tidaklah dibenarkan. Sejak kecil meskipun terlahir dari ayah seorang mualaf tapi dia diajari dasar-dasar agama oleh kedua orangtuanya. Dia tahu dan menyadari tidak ada satupun agama yang membenarkan hubungan mereka tapi satu hal yang Kavian yakini, jika hanya Arvind yang bisa membuatnya sangat nyaman terlepas dari judge orang ketika melihat kedekatan mereka. Hanya Arvind, yang bisa membuatnya tenang, yang mengerti dirinya dan hanya Arvind yang tidak mungkin meninggalkannya. “Tante Ava sepertinya pantang menyerah, angkat saja kasihan mama kamu.” Pinta Arvind terganggu dengan getaran ponsel yang tak kunjung berhenti. Kavian menarik nafas berat dan membawa ponselnya, berjalan kearah balkon untuk mengangkat telepon dari mamanya. “KAVIAN ZEFERINO ADHITAMA…” suara teriakan sang ibu langsung menyambutnya ketika Kavian menjawab panggilan telepon dari sang ibu. “Vian, gak tuli ma, gak usah teriak-teriak…” ucap Kavian kesal. “Kalau kamu gak tuli, kenapa kamu tidak mengangkat telepon sejak panggilan pertama? Dan malah baru mengangkatnya setelah panggilan ke 30 hah?” tuntut Ava kesal. “Vian sibuk ma…” ucap Kavian beralasan. “Pembohong, papa kamu bilang kamu belum mulai masuk kantor, sibuk apa kamu?” Tanya Ava sinis. “Vian sudah dewasa ma, jadi banyak hal yang harus Vian urus.” Ucap Kavian berusaha sabar. “Apa kamu sesibuk itu hingga tidak punya waktu untuk menemui ibu kandungmu sendiri? Kau tidak ingat jika wanita cerewet inilah ibumu, yang mengandungmu, melahirkanmu dan membesarkanmu selama ini. Kamu lupa, kalau wanita yang dulunya seksi setara dengan model victoria secret ini lah yang dengan rela hati mendapatkan selulit di perutnya karena mengandungmu yang gondrong sejak dari kandungan.” Omel Ava kesak Kavian memutar bola matanya jengah mendengar omelan ibunya yang selalu mampir ke telinganya setiap sang ibu kesal padanya. “Vian pulang besok ma, jadi mama jangan ngomel terus nanti darah tinggi mama kumat…” ucap Kavian terpaksa. “Yeey…gitu dong baru anak mama, cepet pulang yah mama punya tamu istimewa untuk kamu. And for your information mamamu ini masih sehat walafiat dan gak punya darah tinggi” “Ma, Vian gak jadi pulang kalau mama berniat menjodohkan Vian. Vian bisa cari jodoh sendiri dan mama gak usah repot-repot merencenakan perjodohan segala.” Larang Kavi. “Enak aja, siapa yng mu jodohin kamu? Emang anak mama segitu gak lakunya yah sampe mama jodohin segala? Cepatan pulang kalau bisa malam ini juga mama gak mau denger alasen kamu lagi.” Ucap sang ibu final. “Iya ma, Vian pulang sekarang.” ucap Kavian terpaksa. “Tante Ava bilang apa?” Tanya Arvind sambil memeluk Kavian dari belakang. “Mama nyuruh aku pulang.” Ucap Kavian lesu. Arvind tidak bicara apa-apa tapi dia mengeratkan pelukannya dan menyandar pada punggung Kavian yang memang jauh lebih tinggi daripada dirinya. Dari cara Arvind mengeratkan pelukannya, dia seakan menyampaikan jika dia belum rela jika Kavian pulang ke rumah orangtuanya. Arvind sadar hubungannya dengan Kavian pasti dianggap aneh atau bahkan hal yang haram oleh sebagian orang termasuk keluarga Kavian. Apalagi keluarga Kavian lumayan dekat dengan agama, ibunya seorang wanita keturunan arab yang kental dengan agama, ayahnya meskipun seorang mualaf tapi juga sangat tegas dalam bidang agama. Arvind tahu tidak ada agama manapun yang membenarkan hubungan mereka, tapi jika hati sudah bicara salahkah dia memilih pilihan ini? lagipula dia dan Kavian saling mencintai, lalu apa yang salah dengan cinta mereka? “Mama nyuruh aku pulang malam ini juga, kamu gak apa-apa kau tinggal?” Tanya Kavian pada sang kekasih. “Baiklah, pulanglah,,,” ucap Arvind pelan. Kavian melepaskan pelukan Arvind dan berbalik menghadap pria cantik itu, Kavian memeluk erat tubuh Arvind dan mencium puncak kepala Arvind sayang selama beberapa saat. “Sampai jumpa besok di kantor, aku pulang yah…” pamit Kavian. Arvind mengangguk dan mengantar sang kekasih hingga pintu keluar, setelah Kavian pergi Arvind merasa perasaannya sedikit tidak nyaman. Memang hanya Kavian obat yang dia butuhkan untuk mengatasi rasa tidak nyaman dihatinya yang sering bercangkol tak kenal waktu. Hah,,, baru saja dia berpisah dengan sang kekasih tapi Arvind sudah sangat merindukan Kavian.     **********   Kavian berjalan santai menuruni tangga rumahnya, karena mengamati gadis aneh yang tidur di samping kamarnya, Kavian sedikit terlambatat bangun. Sialnya dia berada di rumah orangtuanya sehingga dia harus menghadapi kuliah subuh dari mamanya karena bangun kesiangan. Padahal kalau di apartemen jika dia dan Arvind bangun kesiangan mereka meravel sholat subuh mereka esoknya dan tak perlu ribet seperti di rumah orangtuanya. Kavian melihat kearah dapur dan mendapati ibunya yang masih cantik meskipun sudah menginjak kepala 5 sedang asyik membuat sarapan dengan gadis yang tidur di samping kamarnya. Kavian memperhatikan gadis berambut merah yang mengepang rambutnya itu. Dilihat sekilas saja Kavian bisa tahu jika gadis itu pastilah gadis keturunan asing, dari kulit pucatnya dan juga rambut menyalanya yang sangat kontras jika dibandingkan dengan kulit dan rambut ibunya. Sepertinya ibunya sangat menyukai gadis itu karena ibunya yang sedikit pemilih bila bergaul dengan orang asing, dengan santainya mengobrol dan tertawa dengan gadis itu. Ibunya selalu mengeluh karena tidak memiliki teman bercengkrama didapur karena meskipun ada Abila yang notabene anak perempuan di keluarga ini, adiknya itu sangat anti menyentuh peralatan dapur, dengan alasan takut merusak kuku cantik yang selalu dia rawat katanya. Apalagi setelah Abila kuliah 3 tahun lalu, mama pasti sangat kesepian karena harus sendirian di rumah mengingat dia dan sang ayah sibuk mengurus perusahaaan keluarga mereka. “Pagi ma…” sapa Kavian pada ibunya karena sang ibu tak juga menyadari kehadirannya. “Pagi Vian sayang…” ucap ibunya ceria. Kavian memilih untuk duduk di meja makan sambil menyaksikan ibunya dan wanita itu membawa masakan yang sukses membuat cacing di perutnya berdemo ke meja makan. Tak berapa lama Faridan Adhitama, sang ayah juga ikut bergabung di meja makan. “Oh iya kalian belum saling kenalkan, meskipun waktu kalian kecil, kalian sering main bersama atau lebih tepatnya Vian yang jagain Nara.” Ucap Ava memulia pembicaraan sambil tanganya sibuk mengambil nasi goreng, telur mata sapi dan sosis goreng untuk suaminya. “Nara sayang kenalin si ganteng di sampingmu, dia Kavian anak sulung tante panggil saja Vian atau mau Ian seperti waktu kamu kecil juga boleh.” Ucap Ava pada Naraya. Naraya menengok pada orang yang duduk disampingnya dan tersenyum sebagai tanda kesopanan dengan sedikit kikuk, yang di balas anggukan datar dari pria itu. Secara fisik Naraya bisa memberi point 8 dari 10 pada Kavian, perpaduan wajah arab dan oriental dari ayah ibunya tercampur sempurna di wajah Kavian yang membuatnya terlihat unik. Di mata Naraya yang selama 7 tahun hanya di manjakan oleh orang berwajah bule selama di Australia, wajah KAvian jelas wajah baru baginya. Sepertinya gen tante Ava dan om Farid benar-benar bekerja sama dengan baik sehingga menghasilkan anak serupawan Vian. Tapi, sayangnya saat di lahirkan sepertinya di rumah ini kekurangan gula, sehingga Vian menjadi sosok yang jauh dari kata ramah menurut Naraya. Memang Naraya juga bukan orang yang ramah dan suka basa-basi tapi melihat bagaimana cara Vian menanggapi perkenalan darinya yang datar-datar saja bawaannya kok kesel yah? “Dulu Vian seneng banget liat kamu saat kecil bahkan saat Abil lahir 1 tahun lebih muda darimu, Vian minta tante tuker adiknya sama kamu. Katanya dia pingin punya adik yang rambutnya merah dan matanya biru kayak kamu. Dia juga suka marah kalau denger papanya dipanggil Ian juga sama kamu, dia bilang Cuma dia Iannya kamu.” Ucap tante Ava mengenang masa lalu. Naraya hanya tersenyum sekilas mendengar cerita Ava sedangkan Vian tidak menanggapi apapun bahkan untuk melirik kearah ibunya saja tidak. Sepertinya nasi goreng yang dipenuhi oleh sosis goreng di atas piringnya lebih menarik ketimbnag melihat wajah ibunya yang sedang berbicara. Tante Ava terus bercerita tentang masa kecil Kavian dan Naraya yang sama sekali tidak diingat Naraya. Entah apa tujuan tante Ava melakukan semua itu tapi om Farid juga sepertinya tidak keberatan mendengar cerita nostalgia istrinya. “Aku sudah selesai.” Ucap Kavian membuat tante Ava yang sedang asyik bercerita langsung terdiam. “Sekalian anterin Nara cari kerja yah sayang, kalau bisa jadiin Naraya pegawai di kantor kamu.”  Pinta tante Ava. “Eh gak usah tante, Nara bisa pergi sendiri kok lagipula Nara akan kerja di kantor temen Nara, kantornya gak jauh dari sini kok.” Ucap Naraya menolak halus. Tante Ava langsung cemberut mendengar penolakan Naraya, siasatnya untuk mendekatkan Naraya dengan Kavian terancam batal jika begini. Ava sudah jatuh cinta pada Naraya saat pertama melihat gadis itu lahir dan dia bertekad untuk menjadikan Naraya sebagai mantunya demi keunikan wajah cucunya nanti. Bayangkan saja betapa unikya perpaduan 4 suku di tubuh cucunya nanti. “Vian berangkat ma…”ucap Kavian sambil mencium tangan ibu dan ayahnya sebelum ibunya merajuk memintanya untuk  mengantarkan gadis itu.     **********     Kavian dan Arvind sama-sama sibuk dengan berkas-berkas di hadapan mereka, sesekali wajah keduanya mendongak dan saling melempar senyum ketika tanpa sengaja mata mereka saling memandang. Mungkin bagi mereka yang melihat tingkah dua pria berwajah tampan itu, mereka berpikir tindakan keduanya pastilah hal yang wajar saja tapi pada kenyataannya tidak. Jika mereka tahu hubungan apa yang terjalin diantara mereka berdua, tentu mereka akan sangat ngeri melihat tingkah kedua pria itu. Jangan berpikir jika hubungan Kavian dan Arvind itu seperti pasangan gay di luar negeri yang berbagi cinta juga berbagi hasrat bersama. Hubungan mereka tidak sekotor itu, mereka hanya dua orang yang saling jatuh cinta dan memiliki rasa saling memiliki murni karena ikatan cinta bukan hanya sekedar hasrat atau nafsu belaka. Bisa dibilang jika di samakan dengan hubungan heterogen, mereka menjalani pacaran sehat meskipun terkadang mereka juga suka khilap, tapi tidak terlalu sering juga. Hubungan mereka lebih berpusat pada saling mengisi satu sama lain dan juga saling mendukung. “Peluncuran busana musim kali ini menjadi tanggung jawabku sepenuhnya, jika kita bisa melampaui target musim lalu, papa berencana pensiun dan menyerahkan kepemimpinannya padaku.” ucap Kavian mengalihkan  perhatian dari berkas yang ada di hadapannya. “Selamat kalau begitu sebentar lagi gelarmu menjadi pak presdir…” ucap Arvind memuji. Kavian mendengus mendengar ucapan Arvind, menjadi pewaris dari perusahaan ayahanya bukanlah mimpi Kavian. Tapi sebagai anak tertua sekaligus anak laki-laki di keluarga, dia tidak sampai hati melepaskan tanggung jawabnya dan membiarkan Abil, adik perempuannya yang mengambil alih tanggung jawab. “Aku tahu ini berat untukmu sayang, tapi kita bisa melewatinya bersama… aku selalu di sini, dan akan selalu di sisimu apapun pilihan yang kamu ambil. Kamu tidak sendirian sayang karena aku akan selalu jadi tongkat untukmu.” Ucap Arvind sambil beranjak dari duduknya. Kavian menarik Arvind mendekat kearahnya dan memeluk tubuh  pria itu dan menenggelamkan kepalanya di perut Arvind. “terima kasih karena selalu ada untukku, aku tidak akan bisa sejauh ini tanpamu.” Bisik Kavian lirih Arvind mengusap-usap rambut Kavian dengan lembut dan mengecupi puncak kepala pria yang sangat berarti di hidupnya itu. Sejoli itu terlarut dalam moment mereka tanpa menyadari jika ruang kerja Kavian tidak benar-benar tertutup dan seseorang sedang melotot syok melihat apa yang Kavian dan Arvind lakukan. Tak biasanya mereka menunjukan tanda kasih sayang di kantor, tapi karena pikiran Kavian sedang kalut karena pikulan tanggung jawab besar yang ayahnya berikan padanya, dia seolah lupa jika dia dan Arvind bukanlah pasangan heterogen yang dapat dimaklumi jika menunjukan kasih sayang didepan umum. Dia lupa jika hubungan cintanya dengan Arvind bukanlah hubungan antara sekertaris dan bos seperti di novel-novel yang membuat wanita-wanita penggila kisah romance menjerit iri. Karena hubungan mereka justru akan membuat semua orang memalingkan muka dari mereka seolah mereka adalah manusia pendosa paling menjijikan di dunia ini.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD