bc

Competitor of Love

book_age4+
700
FOLLOW
1.8K
READ
family
love after marriage
second chance
arrogant
drama
tragedy
comedy
highschool
office/work place
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Wafa yang sudah tahu kalau akan dijodohkan menerima dengan lapang d**a, dia bahkan menolak semua laki-laki yang mencoba mendekati karena sadar dengan statusnya yang menjadi tunangan orang lain sekarang, berbeda dengan Wafa, Reza malah malah berpikiran sebaliknya, menurut Reza, sebelum dia resmi menikah, kesempatannya untuk mencintai perempuan lain masih terbuka lebar, menikah karena terpaksa dan tetap berhubungan dengan kekasihnya seperti biasa, Reza tetap seperti itu sampai akhirnya Reza mengalami sebuah kecelakaan untuk menyelamatkan sang kekasih, dalam kecelakaan tersebut, Reza kehilangan penglihatannya.

Sang kekasih bukannya meras bersalah tapi malah meninggalkannya begitu saja, kehilangan dan merasa hancur, Reza sudah sangat berputus asa sampai akhirnya kesetiaan dan kesabaran Wafa dalam mendampingi sang suami membuat Reza lulus dan mulai mencintai Wafa, disaat yang bersamaan orang tua Wafa juga tahu kalau selama ini Wafa diperlakukan tidak baik oleh Reza dan ingin mereka berpisah.

Perjuangan Reza memang tidak mudah, melakukan banyak cara untuk meyakinkan mertua lagi, ditambah kehadiran sang mantan kekasih yang kembali ingin bersama ketika tahu kalau Reza sudah bisa melihat seperti semula, bisakah Reza melepaskan bayang-bayang sang mantan dalam hidupnya? Dan akankah Reza berhasil mendapatkan kembali restu mertuanya lagi? Menjemput Wafa pulang kerumah mereka untuk hidup dan bahagia bersama.

chap-preview
Free preview
(1) Competitor of Love
Wafa Point View. "Kakak anteng banget padahal diluar sana banyak yang protes karena mereka gak mau dijodohin, Kakak sendiri yang aneh, memangnya Kakak gak keberatan dijodohin sama Ayah gitu aja? Ini hidup Kakak masa mau diatur-atur?" Tanya Daffa, Adik gue, Daffa terlihat sangat keberatan dengan perjodohan yang akan gue jalani sekarang, lebih keberatan dia malah dibandingkan gue sendiri. "Heummm, mau gimana lagi?" Dan gue menggeleng pelan, kalau ditanya apa gue keberatan dengan perjodohan yang di rancang orang tua gue sekarang, jawabannya adalah enggak! Gue mah okey okey aja, gue tahu kalau gue ini udah dijodohin juga bukan baru-baru ini, gue udah tahu dari gue kecil malah, kuping gue malah udah bosen dengernya, hafal gue soal pekara yang satu ini. "Ya ini memang hidup Kakak tapi dalam hidup, Kakak butuh restu orang tua untuk segala sesuatunya, yang dipilihkan orang tua belum tentu selalu buruk, menurut Kakak perjodohan itu cuma jalan Kakak menjemput jodoh, kalau gak jodoh ya gak bakalan jadi juga jadi kenapa harus keberatan?" Gue gak mau mempersulit keadaan gue sekarang, hidup gue udah cukup banyak masalah lain soalnya. "Serius Kakak gak nolak? Gak pernah kepikiran gitu untuk ngebatalin perjodohannya? Ayolah Kak, ini udah mau tahun 2022, masa Kakak mau nikah dengan cara begini? Siti Nurbaya aja kalau masih hidup gak mau dijodohin lagi Kak, malah Kakak yang mau pakai cara begini menjemput jodoh." Jawab Daffa asal, mulut Adik gue memang bener-bener, gak ada saringannya sama sekali. "Kamu kalau ngomong bisa jangan asal bangetkan gak Dek? Gak bisa apa kamu do'ain yang baik-baik aja, do'ain orang yang dijodohin sama Kakak itu laki-laki baik, bukannya malah ngomel gak penting begini, semangatin gitu." Untuk apa Daffa nanya hal yang menurut gue gak penting sama sekali untuk dibahas sekarang? Masalah perjodohan gue itu udah jadi pekara lama, gak ada gunanya dibahas sekarang juga, mending nanya yang lain, nanya PR misalnya, lebih bermamfaat. "Kak Reza baik kok, Daffa udah pernah ketemu dan yang terpenting, tampangnya Kak Reza bisa bikin Kakak sukses untuk memperbaiki keturunan." Gue langsung melemparkan bantal ditangan gue ke arah Daffa duduk sekarang, mulutnya itu gak bisa di kontrol sedikit apa? Asal nyeplak banget, tampang malah dibawa-bawa, kalau soal muka gue juga gak jelek, pas-pasan aja. "Bukan tampang yang terpenting tapi akhlak, baik gak? Itu yang harus kamu cari tahu kalau memang berniat membantu." Jangan cuma bisa protes dan ngomong sembarangan, kalau memang Daffa kenal sama calon suami gue nanti, lebih baik nyari tahu hal yang lebih penting, sifatnya gimana? Bukan tampangnya kaya siapa? "Kalau nyari tahu sifat mah berat Kak! Karena sifat gak akan bisa Daffa tahu cuma dengan Daffa liatin doang, untuk tahu sifat seseorang akan membutuhkan waktu, gak bisa sesingkat itu jadi kalau permintaan Kakak modelan begini, sorry, seberapa banyakpun tambahan uang jajan yang bakalan Kakak kasih, Daffa gak bisa bantu." Balas Daffa cengngesan, gue yang memperhatikan sifat Adik gue sekarang juga ikut menyunggingkan senyuman. Walaupun ucapan Daffa barusan terdengar seperti sebuah lelucon tapi yang Daffa omongin ada benarnya, untuk mengetahui sifat, prilaku dan pribadi seseorang itu gak bisa dalam waktu singkat, ada banyak proses yang harus gue lalui untuk mengetahui itu semua, ini jangankan bisa tahu sifat dan kepribadiannya, kenal aja cuma sekedar nama doang, itu orang hidup atau enggak, gue gak tahu. "Kakak gak pernah gitu suka sama orang lain? Masa udah segede ini, gak pernah gitu jatuh cinta? Jatuh cinta sampai bisa bikin Kakak berani nolak perjodohan Kakak sekarang, nikah sama orang yang gak Kakak kenal sama sekali itu bakalan kaya apa rasanya?" Pertanyaan Daffa yang lagi-lagi bikin gue oleng, gak bisa apa nanya yang bikin gue semangat, jangan malah nanya yang bikin gue maju mundur gak jelas begini, bikin Kakaknya itu makin meragu. "Suka mungkin pernah, ada saatnya Kakak tertarik dan menganggap seseorang sangat menarik tapi suka bukan berarti cinta, rasa suka Kakak belum bisa membuat Kakak bertindak sejauh itu, rasa suka Kakak belum bisa membuat Kakak punya keinginan untuk membatalkan perjodohan dan berakhir dengan mengecewakan Ayah sama Bunda." Gue perempuan normal, suka atau sekedar merasa tertarik sama lawan jenis pasti pernah tapi sekali lagi, gue terus mengingatkan diri gue sendiri kalau gue akan berakhir menikah dengan orang lain jadi jangan nyari pekara. "Ahh susah ya, Daffa gak tahu harus bersyukur atau kasian punya Kakak modelan Kakak sekarang, tapi apapun selama Kakak rela dan ikhlas-ikhlas aja ya Daffa bakalan dukung, selama Kakak gak merasa terbebani ya ikutin kata hati aja." Ck! Sejak kapan Adik gue bisa ngomong sedewasa ini? Anak SMA memang tahu apa masalah hati sama perasaan? "Kenapa gak kamu aja yang dijodohin ya Dek? Bakalan lebih seru kayanya." Gumam gue yang ternyata masih bisa didengerkan oleh Daffa. "Hush, untung anaknya temen Ayah itu laki-laki jadi nasib Daffa lebih aman, lagian ni kalau sampai Daffa yang dijodohin takutnya Ayah sama Bunda udah kecewa duluan, Daffa pasti bakalan protes dan nolak, takdir memang tepat, berhubung anak temen Ayah laki-laki jadi nyari jodoh Kakak gak jauh-jauh." Kalau udah kaya gini, gak ada yang harus gue perpanjang kayanya, takdir memang selalu mencengangkan. Takdir! Hanya mendengarkan satu kata ini gue ngerasa kalau hidup gue udah beneran berwarna, ada harapan yang gak selalu bisa menjadi kenyataan tapi gak ada jodoh yang melewatkan kata takdir didalamnya, mungkin kata takdir sekaranglah yang sangat tepat untuk menjadi alasan perjodohan gue sama laki-laki yang bernama Reza tersebut. Hidup, mati, rezeki bahkan jodoh, semuanya diikat dengan satu kata takdir, begitupun dengan pertemuan, seberapa baguspun orang tua gue menulis rencana masa depan gue tapi kalau Kak Reza bukan takdir gue, gue gak akan berakhir menikah, begitupun sebaliknya, seberapa keras gue berusaha menolak perjodohannya kalau Kak Reza yang ditakdirkan menjadi jodoh gue, kita berdua akan bertemu dengan cara tersendirinya. Menurut gue hidup itu seperti sebuah naskah, kita bisa mebayangkan berbagai macam adegan tapi tetap ada ekspetasi yang berbeda disetiap cara penulisannya, ada takdir yang sesuai dengan keinginan dan ada pula takdir yang bertentangan dengan harapan, itu hanya cara dan alur untuk mempercantik sebuah naskah akan semakin terlihat menarik. Dan sekarang, apa yang sedang gue lewati adalah jalan yang harus gue tempuh untuk menuliskan alur cerita terbaik dalam perjalanan hidup gue, tokoh pemeran utama wanitanya adalah diri gue sendiri dan siapa tokoh utama laki-laki dalam cerita hidup gue? Akan gue tunggu bagaimana takdir menghadirkan sosok tersebut dalam hidup gue nantinya.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook