“Sudah tau Puput itu anak kamu, dia alergi udang kenapa kamu kasih makanan itu? Kamu memang bukan ayah dia. Aku benci kamu. Pergi dari sini!” teriak Iza meluapkan kekecewaannya. Air mata terus menerus mengalir di pipinya. “Maaf,” lirihku menyesal. “Pergi!” “Tolong, jangan bertengkar di rumah sakit!” kata Dokter dengan cepat menyela. “Dok, di mana anak saya?” “Di dalam. Silakan Ibu ikut saya!” Aku hendak masuk tapi ditarik oleh Mama. “Di sini saja dulu! Iza sangat marah karena kamu tidak becus mengurus Puput. Biar Mama yang masuk dan memberi pengertian padanya.” Aku berdesis menyandarkan tubuh di dinding. Mengusap wajah kasar meratapi kesalahanku. “Bodoh.” Aku merutuk diriku sendiri. Meremas rambut, menyesali kebodohanku. Harusnya tak begini, sekarang aku malah menciptakan jarak de

