bc

Garasi Waktu

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

π‘†π‘Žπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘’π‘π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘– 𝑖𝑛𝑖 π‘ π‘’β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘ π‘›π‘¦π‘Ž π‘π‘Žπ‘™π‘–π‘˜π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘‘π‘–β„Ž, π‘šπ‘’π‘›π‘Žπ‘›π‘”π‘–π‘ , π‘šπ‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žπ‘π‘– π‘›π‘Žπ‘ π‘–π‘, π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ β„Žπ‘’π‘Žπ‘™π‘–π‘›π‘” π‘˜π‘’ π‘‘π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘‘-π‘‘π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘‘ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘šπ‘’π‘›π‘ π‘’π‘π‘π‘œπ‘Ÿπ‘‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘¦π‘Ž π‘ π‘Žπ‘Žπ‘‘ 𝑖𝑛𝑖.

π‘π‘Žπ‘šπ‘’π‘› π‘π‘Žβ„Žπ‘˜π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘™π‘’π‘š π‘ π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘‘ β„Žπ‘Žπ‘‘π‘–π‘›π‘¦π‘Ž π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿ-π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿ π‘šπ‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘π‘œπ‘› π‘Žπ‘π‘Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘ π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘—π‘Žπ‘‘π‘–, π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž 𝑖𝑠𝑖 π‘˜π‘’π‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘›π‘¦π‘Ž π‘ π‘’π‘‘π‘Žβ„Ž π‘“π‘œπ‘˜π‘’π‘  π‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘’π‘π‘’π‘›π‘π‘–π‘Žπ‘›,π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘Ž π‘˜π‘’π‘ π‘Žπ‘™, π‘šπ‘Žπ‘Ÿπ‘Žβ„Ž, π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘π‘Žπ‘π‘’π‘› 𝑖𝑑𝑒 π‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ π‘’π‘ π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘” π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘Ž π‘‘π‘’π‘šπ‘’π‘–, π‘‘π‘’π‘π‘Žπ‘‘ π‘‘π‘–π‘ π‘Žπ‘Žπ‘‘ π‘‘π‘–π‘Ž π‘šπ‘’π‘™π‘–β„Žπ‘Žπ‘‘ π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘šπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘’π‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘›π‘¦π‘Ž π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘–π‘Ÿπ‘–, π‘˜π‘’π‘˜π‘Žπ‘ π‘–β„Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘ π‘’π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž 𝑖𝑛𝑖 π‘‘π‘–π‘Ž β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘π‘–π‘ π‘Ž π‘šπ‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘π‘Ž 𝑖𝑑𝑒 π‘π‘–π‘›π‘‘π‘Ž, π‘ π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘šπ‘’π‘›π‘—π‘Žπ‘™π‘–π‘› β„Žπ‘’π‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘” π‘˜π‘’π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘¦π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘¦π‘Ž.

π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘›π‘¦π‘Žπ‘‘π‘Ž, π‘π‘’π‘˜π‘Žπ‘› π‘π‘–π‘›π‘‘π‘Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘˜π‘’π‘›π‘Žπ‘™, π‘‘π‘Žπ‘π‘– π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘Ž π‘˜π‘’π‘π‘’π‘€π‘Ž π‘˜π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘Ž π‘šπ‘Žπ‘’ π‘šπ‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘Žπ‘™ π‘π‘–π‘›π‘‘π‘Ž.

chap-preview
Free preview
Senja hari ini tak seindah itu
Senin yang super sibuk akhirnya berlalu, Nalika merebahkan tubuhnya disandaran sofa, sementara 5 karyawan yang lain sudah pergi membeli makanan dan minuman sesuai perintahnya, sekedar memberikan sedikit reward pada mereka yang seharian ini telah membantunya mengurusi orderan yang menggunung sejak pagi. Dikantor tersisa dirinya dan Dodot yang baru masuk dari pantry, sambil membawa secangkir kopi dan HP di tangan kirinya, lalu ikut duduk di single sofa yang berseberangan dari tempat Nalika bersandar.. "Capek ya Mbak, reseller nggak kira-kira kalo ngorder, dikira kita ini robot yang cuma perlu di charge kalo batreinya sudah habis?!" Dodot mulai nyerocos sambil login ke Game yang biasa Dia mainkan.. "Kamu juga capek Dot?" Jawab Nalika tanpa melirik sedikitpun kearah Dodot. Sebenarnya namanya Dody, tapi karena perangainya yang lebih sering bikin lawan bicaranya naik darah, teman-temannya suka manggil Dodot, sebagai bentuk rasa kekesalan mereka.. "Alhamdulillah Mbak, saya sih masih normal, masih dianugerahi rasa capek yang nikmatnya luar biasa." Wajah Dodot sedikit berbinar, bukan karena prestasinya berani membantah Sang Bos, tapi game di HPnya sudah berhasil login. "Capek sih istirahat Dot, bukannya maen game" Nalika masih belum bergeming dari posisinya... "Jangan salah Mbak'e, ini namanya healing juga, dan dijamin lebih cepat mengembalikan kewarasan dibandingkan nongkrong dicafe seperti yang lain, ujung-ujungnya dompet menipis, pusing lagi deh pala barbie" Ujar Dodot serasa ngobrol sama adik sendiri... "Serah kamu ajalah". Nalika memilih mengakhiri perdebatan yang mustahil dapat Ia menangkan. Ia pun melanjutkan menikmati posisi yang benar-benar membuat seluruh ototnya terasa relaks, sementara Dodot sudah terbenam masuk ke dunia lain dalam genggamannya.. Tak begitu lama, HP Nalika yang dari tadi tergeletak di meja berbunyi lembut, tertera nama Rindra dilayar..... " Hallo my Biii" Sahut suara diseberang bahkan sebelum Nalika sempat menjawab. "Hallo Bii, lagi dimana?" Jawab Nalika sambil beranjak dari sofa dan mengambil air minum.. "Ini lagi di gedung X Bii, biasalah meeting sama klien" Jawab suara diseberang santai.. "Kamu masih dikantor?" Lanjut Rindra, nama Sang Penelpon.. "Iya, palingan sebentar lagi pulang". Nalika menuju cermin diatas wastafel, memastikan mukanya sudah layak dibawa keluar, sambil menyisir rambut yang baru Ia buka ikatannya.. " Mau langsung pulang atau mampir-mampir dulu?" "Kayaknya mau langsung pulang ajalah, pegel semua badan, capekkk", Kini tangan kanannya memukul-mukul pundak, seakan orang yang menelpon bisa melihat ketidakmungkinan itu. " Sudah dibilangi jangan terlalu memforsir tenaga, ingat ada Aku yang siap menafkahi kamu tanpa kamu harus banting tulang". Entah demi apa Nalika selalu merinding tiap mendengar kata-kata seperti itu, dan lebih memilih tidak menanggapinya.. "Ya udah kamu hati-hati ya nyetirnya, ini kliennya sudah datang, Love You Bii" Belum sempat Nalika merespon, sambungan telepon sudah terputus.. Nalika lalu memasukkan HP ke Tas selempangnya, meraih blazer yang dari pagi menggantung di lengan sofa kantor.. "Nanti jangan lupa gerbangnya ditutup ya Dot, jangan begadang" Pesannya pada office boy sekaligus security kesayangannya itu... "Trus nanti kalo Syifa balik suruh buat laporan?! usahakan selesai hari ini". Nalika melempar tissu kedepan Dodot, kali aja Dia terlalu sibuk sama gamenya... " Asssiiiaaap, tapi kayaknya Syifa balik malam Mbak, masa neneknya mau ditinggal begitu saja" Masih sadar rupanya, jadi Nalika tidak sedang ngobrol sama angin.. "O ya udah, kamu aja yang buat laporan kalo gitu?!" Tantangnya... "Mon maap ya Mbak, kalo saya yang ngerjain nanti yang terkirim bukan laporan, tapi daptar utang saya" Dodot meringis mirip kuda... Nalika mencibir, "Kalo memang Syifa nggak bisa ngerjain malam ini, coba nanti kamu hubungi Eva, suruh dia yang nyelesaiin". Nalika tipikal orang yang tidak bisa tidur tenang saat pekerjaan hari ini belum benar-benar terselesaikan. Meskipun usaha yang Ia miliki bukanlah usaha yang besar, tapi cukup untuk menghidupi beberapa karyawannya, Usaha yang Ia mulai sejak Ia masih kuliah, awalnya hanya cukup untuk uang jajannya, kini cukup untuk menghidupi beberapa Karyawannya. Setelah memastikan Dodot tidak akan lupa pesennya, dengan cara menanyainya berulang 3 kali, Nalikapun beranjak keluar, dengan meninggalkan satu lembar 50 ribuan, yang disambut dengan senyum sumringah oleh Dodot tanpa sungkan-sungkan. Awalnya Nalika memang berniat langsung pulang, karena badannya bener-bener terasa capek setelah membantu proses pesanan dari hari Sabtu, namun ketika Ia mulai mengendarai mobilnya menyusuri jalanan, Senja hari itu nampak begitu indah dengan gurat-gurat jingga yang menyelusup sampai ke hati Nalika. Akhirnya Nalika mengarahkan terus mobilnya kearah dimana Senja menakjubkan itu dapat terus terlihat. Sambil ditemani lagu-lagu yang

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

BΜΆuΜΆkΜΆaΜΆnΜΆ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.1K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
53.4K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook