Happy reading.
*
Malam semakin larut, jarum jam terus menunjukkan angka yang berbeda. Hujan deras dan Sambaran petir semakin terdengar menggelegar. Katakutan mendera siapapun saat mendengar suara petir tersebut.
Didalam ruangan kecil yang menjadi gudang dari Kirin ART School terlihat berantakan dengan keadaan yang bisa dibilang kacau. Gadis muda dengan pakaian acak-acakan terlihat meringkuk dipojokan ruangan tersebut. Tak jauh darinya ada seorang Namja dengan keadaan toples terlihat meraih kemejanya yang tergeletak dilantai, Namja itu menunjukkan wajah dingin saat melihat gadis tersebut.
Dengan langkah santai Namja itu mendekati gadis tersebut. Meraih kasar rok pendek yang tergeletak tak jauh darinya dan melemparkannya pada gadis tersebut.
"Itulah akibatnya jika kau membantahku" desisan Namja itu membuatnya gentar dan mencengkram kuat kemeja sekolahnya yang robek. Menggigit kuat bibir bawahnya agar suara tangisnya tidak pecah.
"Jangan main-main denganku" decih Namja tersebut.
"Kau jahat" Namja tersebut menyeringai sinis dan menunduk untuk menyamakan posisinya pada gadis itu.
"Bukankah sudah kukatakan dari awal jika aku kejam. Seharusnya kau tidak main-main denganku" Aliya nama gadis itu terisak pelan dan memegangi kemejanya.
"Hiks aku masih SMA" Jimin laki-laki itu menyeringai sinis dan menarik wajah Aliya untuk menatapnya.
"Lalu apa peduliku?" Aliya menatap terluka pada Jimin yang tampak terlihat puas.
"Aku membencimu" Jimin tersenyum iblis dan mengecup bibir Aliya.
"Aku tidak peduli. Tapi yang pasti kau tidak akan pernah bisa lari. Kau milikku seutuhnya Aliya Kim. Ah aniya Aliya Park Jimin" Aliya hanya bisa menunduk dan menghindari tatapan Jimin.
"Kenapa kau memperkosaku?" Tanyanya lirih.
"Bagaimana bisa disebut memperkosa jika kau adalah istriku" Aliya memejamkan matanya dengan erat saat mendengar suara mengerikan Jimin.
"Kau bisa tidur dengan jalang" lirih Aliya.
"Sayangnya aku tidak mau. Tubuhmu lebih nikmat dari pada tubuh mereka" balas Jimin sinis.
"Hiks tapi aku masih sekolah, bagaimana jika aku hamil?" Isak Aliya pelan.
"Kau tinggal berhenti sekolah. Bereskan?" Cetus Jimin dingin.
"Hiks kau b******k" Jimin tersenyum dan kembali mengecup bibir Aliya pelan.
"Pakai bajumu. Kita akan segera keluar dari gudang ini" Aliya mengusap kasar air matanya dan meraih pelan roknya dan memakainya cepat.
"Hiks kau merobek dalaman ku" Jimin melirik datar Aliya dan kembalinya mengancing kemejanya. Tanpa banyak bicara Jimin langsung meraih Aliya dalam gendongannya. Jimin tidak mau dengar keluhan Aliya.
"Kau Jahat, aku benci padamu. Aku tidak mau melihatmu. Kau maniak" Isak Aliya yang memukul d**a Jimin.
"Diamlah gadis kecil" desis Jimin.
"Eommaa~~~"
*
Jimin menatap iblis para kumpulan penjaganya. Para pesuruh tidak berguna.
"Jika sampai kalian kecolongan lagi. Kepala kalian akan terpisah dengan tubuh kalian. Ingat itu" pera penjaga tersebut tampak gentar mendengar ucapan Jimin.
Park Jimin putra Bungsu dari Park Jung Soo ketua dari JS Group perusahaan terbesar di Asia dan paling di segani diseluruh Dunia. Jelas setiap ucapannya bukan sebuah kata-kata biasa.
"Pergilah" para penjaga tersebut membungkuk hormat dan berlalu dari hadapan Jimin.
"Tuan, Nona Park menolak makananya" Jimin melirik datar Ahjumma Ah yang melaporkan apa yang Aliya lakukan. Gadis kecil pembuat masalah.
"Biarkan saja. Jika dia lapar nanti pasti makan" desis Jimin dan langsung berlalu. Sepeninggalan Jimin, Ahjumma Ah hanya mampu menghela nafas panjang.
"Kapan Nona Aliya akan berhenti membuat masalah" gumamnya lelah.
Aliya memang menikah dengan Jimin dengan usia yang bisa dibilang dini. Usia Aliya baru menginjak 17 tahun dan Jimin 25 tahun. Pernikahan mereka hanya pernikahan perjodohan. Dua penguasa Dunia Bisnis menikahkan kedua anaknya. Saling mengikat hubungan dan memperkuat kekuatan masing-masing. Ya pernikahan mainan yang dijalani keduanya pasti akan membawa banyak masalah.
"Andai Nona Aliya tau" gumam Ahjumma Ah pelan.
*
Jimin memasuki Casino keluarganya dengan angkuh. Wajahnya terlihat dingin dan datar. Para pegawai Casino membungkuk hormat pada Jimin dan memberi jalan lebar pada sang penguasa.
"Dimana dia?" Tanya Jimin dingin pada Manager Casino.
"Uhm dia ada diruang VIP lantai dua Tuan" Jimin mendesis pelan dan meraih pistolnya. Melemparkannya pada seorang bodyguard kekar yang berdiri tak jauh darinya.
"Selesaikan dia dan buang mayatnya kekandang Leo" Bodyguard tersebut mengangguk dan pergi keruangan yang dimaksud Jimin.
"Hyung-ku kemari?" Tanya Jimin datar.
"Tidak Tuan" Jimin mengangguk dan berjalan keluar.
"Anda tidak mampir?" Jimin mendecih dan meneruskan langkahnya.
*
Jimin masuk kedalam kamarnya saat jam sudah menunjukkan pukul tengah malam. Wajahnya terlihat datar saat melihat Aliya yang masih meringkuk diatas ranjang dengan pakaian yang sama sebelum ia tinggalkan tadi.
Mendecih pelan dan masuk kedalam kamar mandi. 15 menit Jimin keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya. Berjalan kearah lemari dan mengambil baju tidurnya. Melepaskan handuknya dengan santai dan memakai pakaiannya.
"Jika kau ingin mati lebih baik lompat dari balkon dari pada tidak makan seharian. Itu jauh lebih cepat dan lebih baik" ketus Jimin lalu membaringkan tubuhnya keranjang dan mulai tidur.
Sementara Aliya mendengus pelan dan meremas perutnya. Ia lapar dari tadi pagi ia tidak menyentuh apapun dan perutnya sudah tidak bisa menahan lagi. Tapi Aliya juga gengsi jika makan. Aliya kan sedang mogok makan.
"Aku lapar" Jimin mendengar ucapan lirih Aliya. Dasar bocah keras kepala. Umpat Jimin kesal.
"Hiks Eomma" Jimin mendesis pelan dan bangkit dari tidurnya.
"Ahjumma" Aliya terkejut saat Jimin berteriak keras.
"Kau mau apa?" Jimin menatap tajam Aliya yang bertanya padanya.
"Dasar bocah bodoh" desis Jimin ketus.
"Tuan memanggil saya?" Tanya Ahjumma Ah yang sudah sampai dikamar Jimin.
"Bawa bocah ini keluar dan beri dia makan. Aku mau istirahat" Aliya merenggut mendengar ucapan Jimin sedangkan Ahjumma Ah tersenyum tipis dan menghampiri Aliya lalu membawanya turun ke dapur untuk makan.
"Dasar bocah sialan" umpat Jimin kesal.
"Kau yang sialan Park Jimin" teriak Aliya yang mendengar umpatan Jimin untuknya.
*
Aliya merenggut saat Jimin yang mengantarkannya ke sekolah. Aliya ingin berangkat sendiri.
"Pulang kau naik Taxi" cetus Jimin datar dan membuat Aliya kaget.
"Naik Taxi? Shireo" pekiknya tidak setuju.
"Aku tidak peduli. Tidak ada yang akan menjemputmu nanti. Jika kau tidak mau naik Taxi kau bisa jalan kaki atau menginap disekolah" Aliya mendengus mendengar ucapan Jimin.
Wajar jika Aliya tidak mau naik Taxi dari kecil hidupnya sudah sempurna bahkan Aliya sudah diperlakukan seperti putri istana dan naik Taxi bukanlah hal yang tidak akan Aliya lakukan.
"Turun" kata Jimin saat mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah.
"Siapa nanti yang menjemputku?" Tanya Aliya merengek.
"Sudah kukatakan kau akan naik Taxi bocah" ketus Jimin.
"Aku tidak mau Jim. Jemput aku saja ya?" Jimin melirik datar Aliya dan membuka pintunya.
"Turun sekarang" Aliya mendengus dan turun dari mobil mewah Jimin, menghentakkan kakinya kesal saat Jimin berlalu dengan cepat begitu saja.
"Dasar i***t. Namja gila" umpatnya kesal.
"Huh dasar Namja menyebalkan"
*
"Apa Aliya merepotkanmu?" Tanya Jin pada Jimin.
"Sedikit" jawab Jimin datar.
"Tolong kau maklumi dia Jim" ujar Taehyung.
"Aku mengerti Tae. Kau tidak perlu memperjelasnya" ketus Jimin.
"Hah sudahlah. Kajja kita pergi" ajak Jin pada keduanya.
*
Aliya mencegat Jimin yang akan masuk kekamar mereka. Wajahnya merah padam dengan baju sekolah yang masih melekat pada tubuhnya.
"Apa lagi?" Tanya Jimin jengah.
"Kenapa kau tidak menjemputku?" Teriak Aliya kesal.
"Aku sibuk" ketus Jimin.
"Yakh kau tidak bisa meluangkan waktumu hanya beberapa menit untuk menjemputku?" Tanya Aliya emosi.
"Tidak! Kau puas?" Aliya yang kesal sontak memukul d**a Jimin dan reaksi Jimin hanya diam saja.
"Kau Jahat Hiks" inilah yang Jimin kesalkan dari Aliya. Saat tidak dapat apa yang dia inginkan pasti akan berakhir tangisan. Dan Jimin harus mau mendengarnya.
"Hais sudahlah jangan menangis. Kau tidak lelah menangis terus setiap hari?" Aliya masih menangis dan memukul d**a Jimin tapi tidak sekencang tadi.
"Tapi kau jahat" Jimin mendengus dan menarik Aliya masuk kekamar mereka.
"Kau mau apa?" Tanya Jimin jengah dan benar saja Aliya langsung menghentikan tangisannya.
"Apapun boleh?" Benarkan. Aliya pasti akan memanfaatkan tawarannya kali ini.
"Hem cepat katakan" jawab Jimin datar dan benar saja mata Aliya langsung berbinar mendengar ucapan Jimin.
"Aku mau mobil baru dan kau tidak perlu mengantarku sekolah lagi. Otte?" Jimin mendesis mendengar permintaan Aliya.
"Kenapa tidak sekalian kau minta tas, sepatu, baju terbaru segudang sekalian?" Ketus Jimin sebal.
"Tidak usah. Dua itu saja" Jimin merogoh ponselnya dan melemparkannya pada Aliya.
"Ambil yang kau mau" Aliya memekik senang dan mencium pipi Jimin lalu berlari kearah ranjang. Sementara Jimin yang dapat serangan tiba-tiba hanya memutar bola matanya jengah.
"Dasar gadis kecil" gumamnya melihat Aliya yang terlihat senang memainkan ponsel miliknya.
*
Flashback.
Suasana tegang tampak terjadi diruang keluarga Park. Semuanya berkumpul jadi satu disini. Wajah Jung Soo terlihat keras setelah mendengar ucapan Putra Bungsunya sedangkan Taeyeon khawatir akan kejadian selanjutnya.
"Bukankah kau ingin menikahinya?" Tanya Jung Soo dingin.
"Memang tapi tidak untuk saat ini. Dia masih terlalu kecil Appa" jawab Jimin tegas.
"Apa bedanya Jim?" Tanya Taeyeon lembut.
"Jelas beda Eomma. Aku mau menunggunya dewasa dulu" jawab Jimin yakin.
"Sama saja. Mau usianya 17 atau 25 dia tetap Aliya" kata Jung Soo final.
"Lalu Appa fikir dia mau menikah diusia dini?" Tanya Jimin jengah.
"Tidak perlu fikirkan itu. Yang penting kau setuju" ucapan Jung Soo membuat Jimin menghela nafas pasrah dan akhirnya menyetujui ide ayahnya. Sialan Jimin kalah lagi berdebat dengan ayahnya.
"Eomma akan siapkan semuanya" itu Taeyeon.
Flashback end.
*
Pagi harinya dihari Minggu Aliya terlihat santai dirumah. Jimin juga libur dan keduanya juga dirumah.
"Buatkan aku teh" kata Jimin pada Aliya.
"Buat sendiri atau suruh Ahjumma Ah membuatkannya" jawab Aliya enteng dan meraih ponselnya.
"Belajarlah jadi istri yang baik" cetus Jimin ketus.
"Cih dasar laki-laki cerewet" mendengar ucapan Aliya, Jimin jadi kesal dan meraih kasar ponsel yang Aliya pegang lalu membuangnya.
"Yakh emph~~" sebelum Aliya berteriak Jimin lebih dulu menyumpal bibir Aliya dengan ciuman ganas.
"Emph" Aliya memukul d**a Jimin dengan keras saat Jimin semakin memperdalam ciuman mereka dan membaringkan tubuhnya keatas ranjang.
"Akan kuajari cara menjadi istri yang baik" desis Jimin dan melucuti pakaian Aliya.
"Jhimmmm~~~~" Aliya mencoba meronta dari ciuman Jimin, tapi dirasa percuma. Ini terlalu kuat. Tenaganya tidak sebanding dengan Jimin. Bagaimana ini?
T.bc.
.