Happy Reading.
*
Aliya berjalan dengan kesal kearah kamar mandi dengan hanya berbalutkan selimut. Menghentakkan kakinya kesal dan menutup kasar pintu kamar mandi. Sedangkan Jimin hanya menatap datar pintu yang baru saja ditutup kasar oleh Aliya.
"Salah sendiri membuatku kesal pagi-pagi" desis Jimin dan menyamankan posisi tidurnya dan baru saja Jimin akan menutup kedua matanya suara teriakan Aliya membuatnya kaget.
"Yakh Jim bagaimana bisa kau membuat Kiss Mark sebanyak ini? Hei ini lama hilangnya dan besok aku harus sekolah. Bagaimana caranya aku menutupi ini?" Jimin mendengus dan menutupi wajahnya dengan bantal.
"Park Jimin kemari kau" Jimin melempar kesal bantalnya kearah pintu dan mengambil kasar trunk-nya lalu berjalan kearah kamar mandi.
"Bisakah kau tidak berisik?" Ujar Jimin kesal dan menghampiri Aliya.
"Lihat ini! Bagaimana cara menghilangkannya?" Ujar Aliya dan menunjukkan lehernya. Jimin akui jika Kiss Mark yang ia buat sangat banyak dan Jimin juga tidak tau bagaimana menghilangkanya. Salah sendiri Aliya sangat menggoda dan terus mendesah tadi, wajarkan jika Jimin kehilangan kendali pada dirinya dan terus mencumbu tubuh Aliya.
"Yakh jangan diam saja" teriak Aliya kesal dan membuat Jimin mendengus.
"Jika kau kesulitan menutupinya atau takut malu karena ditertawakan temanmu kau tidak usah sekolah saja. Toh kau sekolah atau tidak juga tidak berefek apapun. Kau itu mau sekolah seumur hidup pun tetap saja bodoh" ejekan Jimin membuat Aliya sangat kesal. Dengan cepat Aliya berlari kearah Jimin dan mencubit perut berotot Jimin dengan keras hingga Jimin memekik kesakitan.
"Hoi sakit" teriak Jimin mencoba melepaskan tangan Aliya yang ada diperutnya.
"Bagaimana cara menghilangkan ini?" Tanya Aliya frustasi dan Jimin jadi semakin kesal.
"Aku bisa gila jika terus mendengar keluhanmu. Sini kubuat biar tidak bisa hilang sekalian dan kau tidak usah pergi sekolah selamanya" kesal Jimin dan meraih Aliya dalam pelukannya dan kembali mencumbu Aliya.
"Emph~~~" Jimin gila. Sudah tau tubuh Aliya sudah banyak jejak cintanya tapi masih saja ditambah. Jika begini Aliya tidak akan bisa pergi sekolah selama 1 Minggu.
"Eugh! Jim!" Jimin semakin kepanasan karena desahan Aliya. Bagaimana bisa Jimin menahan dirinya untuk tidak menggauli istrinya ini. Tubuh tinggi semampai dengan wajah bulat yang sangat menggoda apalagi dengan Aliya yang selalu berpakaian minim saat tidur. Hei Jimin pria normal dan tentu saja Jimin akan langsung tunduk dan ingin langsung menelanjangi Aliya lalu menungganginya saat itu juga.
"Ah!" Gadis belia yang tidak tahu apapun tentang hubungan s*x. Dan hanya bisa mendesah dibawah kendali suaminya.
"Uh!"
*
"Hus pergi yang jauh dan yang lama sekalian. Aku malas terus melihat wajah bodohmu" Usir Aliya pada Jimin yang akan pergi ke Bangkok untuk perjalanan bisnis.
"Jaga ucapanmu Aliya. Apa Eomma pernah mengajarkanmu untuk bersikap kurang ajar pada suami?" Aliya menunduk saat Yuri menghardiknya. Salah sendiri Aliya mengumpat dan tidak memperhatikan kondisi sekitar.
"Minta maaf pada suamimu" perintah Yuri mutlak dan Aliya hanya bisa mendengus kesal. Aliya memang tidak akan bilang tidak pada ibunya. Walaupun Aliya sangat manja tapi Aliya juga anak yang penurut.
"Mian Jim" kata Aliya setengah hati dan membuat Jimin menatap sebal kearah Aliya.
"Jangan ulangi lagi. Kau faham?" Aliya mengangguk faham dan berlari kekamarnya.
"Maaf untuk sikap Aliya, Jim" Jimin menatap lembut ibu mertuanya dan mengangguk.
"Aku maklum Eommaniem. Lagi pula Aliya masih terlalu kecil" Yuri tersenyum lembut pada menantunya.
"Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa makan"
*
Aliya tersenyum manis pada seorang laki-laki yang memberinya bunga mawar. Entah apa yang akan diucapkan laki-laki itu, tapi Aliya tau jika laki-laki itu sangat gugup. Aliya tidak mengenalnya yang Aliya tau laki-laki itu seangkatan dengannya.
"Kau tahu namaku?" Tanya laki-laki tersebut dan dibalas gelengan polos dari Aliya.
"Ah baiklah. Mari kita berkenalan, aku Ten dan kau pasti Aliya?" Aliya mengangguk antusias mendengar ucapan laki-laki bernama Ten tersebut.
"Kau tau namaku?" Ten tersenyum manis dan mengangguk.
"Tidak mungkin aku tidak mengenal gadis yang paling cantik disini" Aliya tersenyum malu mendengar pujian Ten.
"Kau terlalu memuji Ten-shi" Ten hanya menunjukkan senyum manisnya dan memberikan bunga yang ia pegang dari tadi pada Aliya.
"Mau jadi Chingu-ku?"
*
Aliya hanya tersenyum bodoh saat Jimin membawa banyak oleh-oleh dari perjalanan bisnisnya. Tumben pria ini mengingatnya?
"Kau puas?" Aliya tersenyum manis dan mengangguk. Sebenarnya Jimin tidak suka membawa apapun dari perjalanan bisnisnya tapi karena malas mendengar omelan Aliya yang mengatakan jika Jimin pria yang tidak peduli pada istri membuat Jimin jadi risih sendiri.
Jika ada maunya pasti Aliya akan mengatakan hal yang manis dan Jimin sudah cukup hafal dengan semua kosa kata Aliya. Jimin malas mendengar suara tangisan Aliya yang seperti bayi.
"Tumben kau ingat aku? Kesurupan iblis dari Bangkok?" Jimin mendengus mendengar ucapan Aliya yang begitu menyebalkan.
"Jika kau tidak mau buang saja" kesal Jimin dan berjalan kearah kamar mandi. Ia bosan mendengar ocehan Aliya yang tidak berguna. Hanya menghancurkan mood dan membuat Jimin semakin jengkel.
"Dia boleh juga" Aliya tersenyum girang dan meraih beberapa paper bag pemberian Jimin lalu membawanya keranjang.
"Hah oleh-oleh dari Bangkok. Tidak buruk"
*
"Kau gila~~~" cetus Yuta yang melihat Ten terus tersenyum.
"Diamlah" ketus Yuta dan kembali tersenyum.
"Kau seperti orang sinting" Ten menatap jengkel kearah sahabat.
"Jika kau merasa terganggu lebih baik kau pergi dari pada kupukul kau dengan tongkat baseball ini" cetus Ten yang menahan kekesalannya.
"Ara aku tidak akan mengataimu lagi. Tapi ngomong-ngomong kau sudah kenal dengan Aliya?" Senyum diwajahnya Ten kembali terlihat saat Yuta menyebut nama Aliya.
"Nde! Dia semakin cantik jika dilihat dari dekat" Yuta hanya mengangguk tau. Aliya memang cantik, dulu Yuta juga pernah tertarik dengan Aliya tapi saat tau Ten juga menaruh perasaan pada Aliya, Yuta langsung mundur.
Yuta tidak akan bersaing dengan temannya hanya karena seorang gadis. Lagi pula Yuta sudah menganggap Ten sebagai saudaranya sendiri.
"Lalu apa lagi yang akan kau lakukan?" Tanya Yuta ingin tau.
"Tentu saja mendekatinya" jawab Ten yakin.
"Dan?" Ten tersenyum dan menerawang kedepan.
"Menjadikan dia milikku"
*
Malam harinya Aliya dan Jimin terlihat akur makan bersama disatukan meja. Biasanya Aliya akan mengomel jika Jimin makan bersamanya tapi kali ini hanya diam. Tentu saja alasannya karena oleh-oleh tadi.
"Mana kunci mobilmu?" Tanya Jimin yang menyelesaikan makanannya.
"Wae?" Tanya Aliya menatap curiga kearah Jimin.
"Aku pinjam. Besok kau diantar Ajuhshi Bong saja" jawab Jimin datar.
"Kenapa mobilmu?" Tanya Aliya tidak suka.
"Jangan banyak tanya. Cepat berikan saja atau kuantar kau dan berakhir tidak menjemputmu lagi" Aliya mendengus mendengar ancaman Jimin. Dasar tukang ancam!
"Dilaci meja rias" jawab Aliya setengah hati.
"Aku berangkat pagi jadi jangan teriak-teriak besok" kata Jimin dan meninggalkan Aliya sendirian dimeja makan.
"Dasar menyebalkan. Dia itu kaya, kenapa mobil saja pinjam? Apa perusahaannya bangkrut?" Dumel Aliya yang tidak rela.
*
"Ahhh kesini~~~" Aliya merengek saat Jimin menyembunyikan ponselnya.
"Tidak kau harus belajar. Kau lupa jika kau masih sekolah?" Aliya masih merengek dan mencoba meraih ponselnya.
"Pinjam dulu ponselku. Nanti pasti aku belajar" rengek Aliya yang masih mencoba meraih ponselnya.
"Belajar baru kuberikan" Aliya mendudukkan kasar tubuhnya diatas ranjang dan menunjukkan wajah cemberutnya. Jimin memang akan crewet jika Aliya tidak belajar dan sibuk dengan ponselnya saja.
"Ayolah" Jimin menggeleng kekeh dan melemparkan ponsel Aliya kesofa.
"Belajar" kata Jimin dan meletakkan buku pelajaran dipangkuan Aliya.
"Aish menyebalkan" mau tidak mau Aliya harus menuruti perintah Jimin. Aliya masih mau ponsel dan apapun dari Jimin.
"Susah~~~" tentu saja susah karena Aliya tidak fokus pada pelajarannya, ia fokus pada ponselnya yang ada disofa.
"Dasar otak udang" Jimin melempar kesal buku Aliya dan membuat Aliya menunduk.
"Kau bilang aku harus belajar?" Cetus Aliya pelan.
"Belajar apa? Kau bahkan tidak fokus pada pelajaranmu" ketus Jimin dan bangkit dari posisinya.
"Besok aku ulangan. Buatkan contekannya nde?" Jimin mendesis kesal dan manatap jengah kearah Aliya.
"Tidak. Pakai otakmu sendiri" Aliya mendongak menatap mata Jimin dengan pandangan memelas.
"Please Jim" Aliya menarik tangan Jimin dan Jimin jadi kesal lalu menghempaskan tangan Aliya, tapi Aliya kembali menariknya dan mereka jadi tarik-menarik tangan.
"Lepas" karena kesal dengan Jimin yang terus menghempaskan tangannya akhirnya Aliya menarik kasar tangan Jimin hingga Jimin jatuh menindihnya.
"Neo~~~" Aliya tidak tau jika ini akan berakhir saling menindih. Matanya menatap bodoh kemata Jimin yang mulai berubah warna.
"Wae?"
Jimin POV.
Gadis ini benar-benar tidak tahu aturan. Apa dengan seperti ini aku tidak akan terangsang. Sial matanya itu kenapa sangat cantik. Dia bahkan tidak menggunakan lensa kotak kenapa matanya bisa secantik itu?
Dan kenapa dadanya sangat padat? Oh Park Jimin sadarlah, dia gadis kecil yang menyebalkan itu. Tapi jika terus begini aku juga tidak akan bisa menolak.
"I Want Touch You" ujarku lirih dan memanggut bibirnya dengan lembut dan dia hanya diam saja.
"Eugh~~~" sial kenapa dia bisa mendesah hanya karena ciuman ini. Dan kau Park Jimin junior kenapa harus bangun dulu? Ini masih awal.
"Jhim~~~" desahanya membuatku gila dan menyamankan posisi kami lalu menelanjangi tubuhnya. Aku tidak akan tahan jika tidak menggaulinya, dia sangat menggoda dan menyia-nyiakan kesempatan seperti ini maka aku akan jadi orang bodoh. Aliya bersiaplah untuk tidak bisa berjalan besok.
Jimin POV end.
*
Aliya mencoba menahan kantuk yang terus menderanya. Dalam hati Aliya benar-benar menyumpah serapah Jimin yang menyerangnya sampai jam 3 dini hari. Aliya sedang ulangan saat ini dan belum ada satupun soal yang ia jawab. Kertasnya masih kosong.
Kepalanya selalu ingin jatuh kemeja tapi Aliya harus menyelesaikan ini dulu. "Nona Kim~~~" Aliya tersentak saat mendengar teriakkan melengking dari gurunya.
"Nde saem?" Tanya Aliya takut.
"Keluar dari kelasku" Aliya menatap memelas pada gurunya tapi pak tua itu justru menatap tajam kearah Aliya dan yang Aliya lakukan tentu saja keluar.
"Kau akan kuberi nilai E" Aliya semakin kesal mendengar ucapan gurunya. Ini semua karena Park Jimin.
"Awas kau Sialan" desis Aliya yang menahan kekesalannya. Jimin pasti akan dapat balasan darinya nanti.
Tbc.
Afandima, 06-12-2018.