CH 10 ~ Kiss Mark

1022 Words
Setelah dengan susah payah Steve mengendalikan hawa nafsunyaa. Ia segera kembali mengendarai mobil meski dengan jantung yang berdentum kencang, entah kenapa. Apakah sebegitu gugupnya di dekat Naya? SIAL!! maki Steve dalam hati merasa aneh dengan perasaannya sendiri. Steve harus segera membawa Kanaya pulang, walaupun dengan tubuh gemetaran, Steve merasakan hawa panas itu masih menyergapnya. “Naya, maafkan Daddy. Sungguh, tadi Daddy hanya berusaha membantumu sebisa Daddy. Aku sudah melecehkan putriku sendiri, aku benar-benar bodoh! You jerk! Stevano!” Walaupun begitu ia tidak menampik bahwa tadi ia sempat ingin menuntaskan gairahnya. Tapi melihat wajah Kanaya yang tertidur, ia teringat lagi sosok Kanaya kecil yang selalu bermanja-manja kepadanya. Gadis itu begitu riang, berlarian ke arahnya. Memeluk dan memanggilnya malaikat. Steve begitu hancur, ia membenci perbuatan tadi, tapi kalau dia tidak melakukan hal itu, maka Kanaya tetap tersiksa karena gairahnya tak terselesaikan. Akhirnya mereka sampai juga di halaman rumah Steve. Kala itu Steve dikejutkan oleh mobil BMW yang terparkir di depan halaman rumah. “Bukankah itu mobil Wenda?” gumamnya. Tapi ia tidak punya waktu memikirkan hal itu. Steve langsung menggendong tubuh Kanaya, membawanya masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu rumahnya, Bi Mer dan Pak Bas masih terlihat cemas menunggu kedatangan Steve dan Kanaya. Begitu juga sosok wanita yang tidak lain adalah Wenda Pamela, kekasih Steve saat ini. Ia terlihat kaget, saat mengetahui Steve sedang menggendong seorang gadis yang sejujurnya tidak ia sukai. Ya, Wenda merasa gadis kecil itu selalu menguntit hubungan keduanya. Wenda juga tidak suka kalau Steve masih menampuang anak tidak berguna seperti Kanaya, itu yang ada di dalam pikiran Wenda. Namun rasa cintanya pada Steve membuat dia terpaksa harus bersikap manis kepada Kanaya, karena ia tahu bahwa Steve sangat menyayangi gadis itu. “Ya Tuhan, Non Kanaya!” Bi Mer kaget, ia langsung menghampiri Steve dan melihat kondisi Kanaya. “Bi Mer, aku harus membawa Kanaya ke kamarnya. Tolong bantu bukakan pintu,” ucap Steve. Dengan segera, Bi Mer pun mengikuti langkah kaki Steve menaiki anak tangga menuju ke kamar Kanaya. Setelah Bi Mer membukakan pintu, Steve langsung membaringkan tubuh Kanaya ke atas kasur. Ia juga meminta bantuan Bi Mer untuk membersihkan tubuh Kanaya dan mengganti pakaian Kanaya dengan pakaian tidur. Bi Mer menuruti semua perintah Steve. Ia begitu sedih melihat keadaan Naya yang tidak biasanya seperti ini. Bi Mer merasa heran, kenapa Kanaya bisa sampai sebegitu sedihnya, hingga ia mabuk-mabukan. Padahal apa buruknya kalau Steve menikahi Wenda? Bi Mer jadi curiga, jangan-jangan Naya mengetahui keburukan Wenda, karena itu ia tidak menyukai Wenda. Ya, itu yang ada di dalam pikiran Bi Mer saat ini. Ia sama sekali tidak mengetahui kalau Naya seperti itu karena Naya mencintai Daddy-nya. Setelah memastikan keadaan Kanaya sudah aman. Ia langsung menemui Wenda yang menunggunya di ruang tamu. Pria itu duduk di samping Wenda lalu menatap wanita itu dengan perasaan yang tidak menentu. Steve merasa aneh dengan dirinya sendiri. Kenapa saat berada di dekat Wenda, perasaannya tidak sama saat dia berdebar ketika berada di sisi Kanaya. Detak jantungnya juga relatif stabil dan biasa-biasa saja. Sedangkan saat berada begitu dekat dengan Kanaya, ia merasa jantungnya nyaris copot. Wenda memperhatikan wajah Steve yang sepertinya terlihat sedang banyak pikiran. Tapi mendadak tatapannya teralihkan ke leher Steve yang memerah. Bekas merah tersebut terlihat mencurigakan bagi Wenda. “Steve, apa ini di lehermu? Kenapa banyak sekali bekas cupang?” ucap Wenda sambil membulatkan matanya kaget. Tentu saja Steve juga kaget. Ia menyadari bahwa itu adalah kissmark yang di berikan Kanaya padanya. Steve mengusap kasar wajahnya, lalu menoleh ke arah Wenda. Wanita yang sudah di janjikan olehnya, bahwa bulan depan ia akan melamarnya. Tapi, saat ini hatinya kacau, Steve tidak yakin dapat melanjutkan hubungan dengan Wenda. Perasan Steve mulai teralihka pada sosok Kanaya. Pria itu sepertinya mulai bergetar ketika berada di dekat Naya, putri angkatnya. “Wen, maaf. Tapi sepertinya aku tidak dapat melanjutkan hubungan kita. Kamu lihat sendiri kan, aku sudah mengkhianatimu. Tanda ini, pacarku yang membuatnya tadi,” ucap Steve yang tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa pada wanita di sebelahnya. “Apa? Kamu gila Steve! Apa pacar yang kamu maksud itu adalah anak angkat mu?” sentak Wenda mengejutkan Steve. Tentu saja Steve mengatakan hal itu agar Wenda marah dan menerima keputusannya untuk putus. “Itu bukan urusanmu, Wenda. Intinya aku sudah tidak dapat melanjutkan hubungan ini, kuharap kamu menerima keputusanku! Sudah malah, sebaiknya kamu pulang,” ucap Steve yang saat ini benar-benar merasa kepalanya berdenyut pusing. Otaknya masih dipenuhi wajah Kanaya, telinganya masih terngiang-ngiang suara desahan Kanaya saat di mobil tadi. Tentu saja perkataan Steve itu melukai harga diri Wenda. Dia merasa tidak dihargai oleh Steve. Dia tidak mungkin mengalah pada gadis kecil seperti Kanaya. “Steve, aku mengerti tentang dirimu yang sangat menyayangi gadis itu. Tapi, kamu tidak bisa semudah itu memutuskan hubungan denganku, kan?” ucap Wenda sambil memegangi telapak tangan Steve. Perlahan Steve melepaskan genggaman tangan Wenda. Lalu menggeleng. “Maaf, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Dan semuanya tidak perlu dibahas lagi, Wenda. Aku harap kamu menerimanya dengan lapang. Silakan kamu pulang ke rumahmu, aku begitu lelah, ingin istirahat.” Steve pun segera beranjak dari duduknya. Lalu ia pergi meninggalkan Wenda yang masih shock. “Stevano, kamu tidak dapat melakukan ini padaku,” teriak Wenda. “Pulanglah, Wenda!” tegas Steve. Setelah menyelesaikan urusannya dengan Wenda. Steve langsung masuk ke dalam kamar putrinya. Saat itu Bi Mer baru saja selesai mengganti pakaian tidur Naya. Bi Mer pun langsung meninggalkan Steve bersama Kanaya. Sebelum itu tak lupa Steve mengucapkan terima kasih pada wanita paruh baya tersebut. Pria itu duduk di samping putrinya yang terlelap. Di elusnya kening Naya dengan sangat lembut. Saat ini dapat ia pastikan bahwa jantungnya kembali berdegup dengan sangat kencang. Steve tidak memungkiri bahwa ia telah berdesir karena Naya. “Naya, kamu adalah gadis kecil yang selalu memanggilku malaikat, lalu bagaimana caranya aku bisa memulai sebuah hubungan denganmu? Kita tidak bisa melakukan hal itu, Kanaya. Daddy harus bagaimana?” ucap Steve sambil membaringkan tubuhnya di samping Kanaya, ia memeluk tubuh putrinya yang masih terpejam. ________ kalau mau di lanjut, sempatkan tulis komentar ya :) Cerita ini udah pernah di publish di platform lain dan dibaca kurang lebih 2juta kali. semoga kalian terhibur, ya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD