CH 06 ~ Extraordinary Love

1025 Words
Setelah acara di sekolahnya selesai. Kanaya dan Steve langsung kembali pulang. Saat keduanya sedang berada di tempat parkir mobil. Seorang laki-laki datang menghampiri Naya. Dia terlihat sebaya dengan Naya. Steve menajamkan penglihatannya kepada anak laki-laki yang terus tersenyum ketika menatap putrinya. "Bara?" ucap Naya. "Hai, Sayang," jawab Bara yang lagi-lagi selalu bertingkah sok akrab dengan Kanaya. Padahal ini kali ke lima Kanaya menolak Bara. Akan tetapi tiba-tiba Kanaya dikejutkan dengan raut wajah Steve yang berubah muram, bahkan ia terlihat agak kesal saat mendengar Bara memanggil Kanaya dengan sebutan sayang. "Naya masuk ke mobil!" pinta Steve. "Nanti dulu Dad, ada temanku," jawab Naya. Bara begitu berbunga-bunga saat Naya menyebut dirinya teman. Tentu saja itu adalah kemajuan, padahal selama ini Kanaya tidak pernah memedulikan Bara sama sekali. Jangankan menganggap teman, bahkan Naya tidak pernah menatap Bara sedikit pun. "Nay! Dengar Daddy, masuk!" tekan Steve tidak mempedulikan ucapan Kanaya. Tentu saja saat itu Kanaya merasa menang. Ia yakin kalau barusan dirinya berhasil membuat Steve merasa cemburu. Daddy. you just got jealous. I can see it from your eyes, and also from your gestures. Naya pun melanjutkan permainannya. "No! Are you alright? I want to talk to Bara." Naya menyentuh lengan Steve dengan tatapan menggoda. Steve membulatkan mata. "No! Get in the car! you have nothing to talk about." Steve begitu tegas memancarkan aura cemburu yang semakin terlihat. Kanaya terkikik dalam hatinya. "Okay, Honey," lagi-lagi Kanaya memainkan perannya dengan baik. "You're the Big bos!" Steve menghela napas panjang. "Stop ngomong dulu. Daddy pusing mikirin kamu." "Ya, karena anak daddy ini cantik, kan?" "Kanaya Lareina kamu ngerti kan kalau daddy bilang diam?" Naya cemberut. "Iya, daddy, Naya ngerti." "Bagus, kamu sekarang diam, cukup lakukan apa yang daddy bilang, kalau daddy bilang masuk, ya kamu masuk." Naya mengangguk dengan segala kepolosannya. Hingga saat ini Steve terlihat agak gugup menghadapi sikap Naya yang tidak seperti anaknya. Malah lebih mirip kekasihnya saja. Ia secepatnya menggeleng lalu tatapannya beralih kepada Bara yang sejak tadi bingung melihat Naya dan Steve yang seolah sibuk sendiri. "Kamu jangan pernah menemui Naya lagi. Jangan harap saya mengizinkan kamu berpacaran dengan anak saya," tegas Steve dan langsung menyusul Naya masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan Bara yang terbengong mendengar peringatan dari Steve barusan. "Ta-tapi, Om..." putus Bara. "Itu daddy nya atau pacarnya sih?" tambahnya bergumam pelan. Heran dengan sikap Steve yang tidak mirip seorang ayah. Naya merasa bahagia sekali. Sikap marah Steve tadi benar-benar menunjukkan rasa cemburu yang sangat terlihat, setidaknya itu yang di tangkap oleh Naya. "Nay." Steve masih fokus menatap jalanan. "Ya, Dad!" jawab Naya. "Kamu mau kuliah ke Korea?" tanya Steve. Kanaya terkejut mendengar pertanyaan Steve barusan. "Dad, kenapa Daddy tanya hal itu?" "Nay, kalau kamu mau kuliah ke Korea, atau kemana pun itu Daddy akan membiayai semuanya, kamu tidak perlu cemas. Daddy senang kalau Naya mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi," tutur Steve. "Apa maksud Daddy? Apa Daddy rela aku pergi jauh?" tanya Kanaya. Steve melirik Naya sekilas. "Naya, kamu kan pergi untuk menuntut ilmu, ini adalah waktunya kamu menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi, bukannya itu adalah impianmu?" tanya Steve. Nay menggeleng cepat. "Impian Naya adalah menempuh hidup baru bersama Daddy! Melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi, itu adalah impian Kanaya!" Gadis itu dengan lantang mengatakan hal itu. Steve terkejut bukan main, bahkan ia sampai mengerem mendadak. Kanaya terkejut saat mobil itu berhenti secara tiba-tiba. Ia mengelus dadanya yang tidak berhenti bergemuruh. Ia sadar ucapannya tadi pasti membuat Steve terkejut. "Naya? Kamu bilang apa tadi?" Steve menatap Kanaya penuh tanda tanya. Menantikan kepastian dari apa yang baru saja di dengarnya. Kanaya begitu gugup, ia tidak tahu harus mengulang kata-kata itu lagi atau tidak. "Naya! Jangan diam, katakan pada Daddy, apa yang kamu katakan tadi, maksud Naya apa?" Kanaya benar-benar gugup. "Daddy, marah?" tanyanya ragu-ragu. Steve memijat pelipisnya. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara menyikapi Kanaya. Saat ini ia mulai yakin, bahwa ucapan Kanaya tidak main-main. "Nay, Daddy mau tanya sama Naya," ucap Steve. "Nanya apa?" tanya Kanaya sambil memalingkan wajahnya. Ia takut sekali kalau Daddy-nya itu akan marah padanya. "Naya ingat Wenda?" tanya Steve dengan begitu serius kepada Naya. Naya terkesiap, kenapa Daddy-nya itu malah membawa-bawa nama wanita yang ia benci. Ya, Naya tidak suka terhadap Wenda, wanita itu selalu mencari perhatian Steve. Menurutnya juga Wenda itu terlalu genit dan suka merayu Steve di depan matanya. "Wanita genit itu, kenapa memangnya?" ketus Naya. Steve menghela napas berat. "Kanaya, Daddy dan Wenda akan menikah," Saat itu entah apa yang lebih mengejutkan dari ini. "Menikah?" Kanaya tidak percaya akan apa yang baru saja ia dengar. "Dad? Are you sure!" Steve mengangguk. "Daddy akan melamar Wenda, dan Daddy harap Naya mau menerima Wenda menjadi mama Naya nantinya." "DADDY! ITU MUSTAHIL!" Kanaya menghentak Steve. "Daddy nggak boleh menikah selain dengan Naya! Enggak boleh!" tekan gadis itu. "Naya, jangan main-main, kamu itu putri Daddy!" Steve tidak tahu bagaimana cara menghadapi putrinya itu. "Daddy bukannya tadi Daddy cemburu? Kenapa Daddy malah mau menikahi wanita itu, kenapa bukan menikahi Naya!" Gadis belia itu menangis. Ia tidak menyangka sesakit ini rasanya patah hati. Bahkan ini lebih sakit daripada saat Daddy-nya tidak menganggap serius perasaannya. "Cemburu? Kapan Daddy cemburu?" tanya Steve bingung. "Tadi waktu Bara coba dekati aku, apa itu namanya kalau bukan cemburu? Kenapa Daddy melarang Bara mendekatiku!" Sejujurnya Steve memang merasa tidak suka kalau ada pria yang dekat-dekat dengan Kanaya. Tentu saja itu wajar bagi Steve sebagai orang tua asuh Naya. Ia cemas kalau ada orang yang mengancam keamanan putri kecilnya itu. "Baby girl, I love you, because you're my daughter," Kata-kata Steve begitu mendalam. "But i love you, Dad! Not because i'm you're daughter. I love you because i'm a girl!" Naya tidak dapat menutupi perasaan itu. Entah sudah berapa kali ia mengutarakan hal itu pada Steve. Pria itu bingung, mana mungkin ia berpacaran dengan anak angkatnya sendiri. Bukankah itu gila? Batinnya terus menolak hal tersebut. "Daddy! Naya mau pulang!" Gadis itu menangis, ia ingin menenangkan dirinya. Steve terdiam lalu melajukan lagi mobilnya. Saat ini ia tidak dapat berbicara apa-apa, kepalanya terasa begitu pusing memikirkan apa yang terjadi barusan. Di satu sisi ia menyayangi Kanaya, tapi mana mungkin ia mengencani anak angkatnya sendiri. Are you crazy, Steve!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD