PENJELASAN

1379 Words
“Saya menemukan dia, Ma. Gadis yang Mama bilang. Sewaktu saya berada satu lift dengannya, ada perasaan hangat yang datang dan dia membuat saya ... bahagia?” tanya Victor pada mamanya yang duduk di sofa ruangannya dan menatapnya penuh kasih. Senyuman tak pernah pergi dari bibir mamanya. “Kamu melihat matahari itu?” tanya Mama. “Matahari yang seperti membakar tubuhmu dan akan meledak di kepala?” Victor mengangguk. Dia berjalan ke arah Mama dan bersimpuh di depannya. “Saya melihatnya. Matahari itu seperti masuk ke dalam tubuh dan membakar saya dari dalam.” Dia menunjukkan kedua lengannya yang tadinya sangat hangat. “Sayangnya sekarang semuanya dingin lagi. Gadis itu pergi dan semuanya hilang,” katanya sambil tertunduk sedih. “Kamu akan menemukannya. Kamu harus mendapatkan gadis itu, Sayang. Dia yang akan mengajarkan kamu bagaimana memiliki perasaan, jatuh cinta, menangis dan hal-hal indah lainnya. Kamu tidak boleh melepaskan gadis itu!” “Leon sedang mengusutnya. Saya yakin, wajahnya tertangkat CCTV gedung.” Victor duduk di samping Mama dan memegang kedua tangan perempuan yang telah melahirkannya itu. “Bagaimana Mama tahu kalau saat ini akan datang?” tanyanya. Sejak dulu dia merasa kalau cerita ini hanya kisah yang diucapkan Mama untuk membesarkan hatinya. Sebenarnya tidka akan ada gadis yang datang. Mama hanya membesarkan hatinya supaya tidak putus asa dan dia lebih bersabar. Hingga hari ini, dia baru percaya sepenuhnya cerita Mama. “Mama tahu kamu pikir omongan Mama itu cuma omongan untuk membesarkan hatimu. Kamu salah ... Itu kenyataan. Mama mengatakan yang sesungguhnya.” Victor masih memandang mamanya, menunggu penjelasan tentang kondisi sebenarnya. “Mama sama seperti kamu Victor. Mama juga tidak punya perasaan sebelum ketemu papamu. Hanya saja, Mama bertemu Papa jauh lebih awal dari kamu bertemu gadis itu. Waktu itu umur Mama enam belas dan Mama bertemu Papa di SMA. Sejak saat itu Mama tidak melepas Papa.” Victor memandang mamanya tak percaya. Ternyata Mama menyembunyikan rahasia yang sangat penting selama ini. “Jadi kondisi ini menurun dalam keluarga kita? Mama juga? Tapi Papa ....” “Papa tidak pernah tahu kondisi Mama. Dan Mama pikir keadaan Mama tidak akan menurun kepada anak-anak Mama. Jadi Mama merahasiakannya kepada kalian. Mama takut Papa membenci Mama. Kamu mengalaminya sendiri hari ini. Kalau sampai orang yang kita cintai pergi, akan jadi apa perasaaan kita?” Mama tertunduk sedih. Namun tidak ada air mata keluar. Apa ini artinya Mama juga tanpa perasaan ketika berjauhan dari Papa? Victor menggenggam kedua jemari Mama. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Namun logikanya mengatakan dia harus memahami kondisi Mama dan tidak bisa menyalahkan dia atas kondisinya. Mama juga dulu pasti sama menderita seperti dia. “Nenekmu tidak tahu. Mama memendam semua kondisi ini sendiri. Nenek dan kakekmu serta semua orang di sekitar Mama hanya menganggap Mama anak nakal dan aneh. Mereka tidak berpikir kalau Mama punya kelainan,” lanjutnya. Victor mengingat kembali semua perjuangan Mama untuk memanusiakan dia. Juga perjuangan Papa sebelum akhirnya dia menyerah. “Terima kasih Mama sudah selalu ada buat saya. Kalau bukan kerena Mama, entah akan tumbuh seperti apa saya.” Victor merangkul Mama dan mengecup kepala perempuan terkasihnya. Seseorang mengetuk pintu dan Victor mempersilakannya masuk. Wajah Leon muncul dari pintu yang tertutup. Semringah di wajahnya membuat Victor yakin kalau lelaki kepercayaannya membawa berita baik. “Saya menemukan gadis itu,” katanya sambil menyodorkan selembar kertas dan foto print out sebuah wajah. “Namanya Bella. Dia bukan karyawan kantor di gedung ini. Dia seorang kasir minimarket di gedung seberang jalan. Dia kemari untuk menemui kekasihnya yang bekerja di salah satu kantor di sini. Sepertinya mereka habis putus karena kekasihnya ketahuan selingkuh dengan rekan sekantor.” Victor membaca cepat informasi yang ada di kertas yang dia pegang. Lalu dia memandang Leon. Dari mana Leon bisa mendapat info selengkap itu? Dia tahu orang kepercayaannya itu bisa diandalkan, tapi dia tidak sadar kalau Leon sehebat ini dalam mengumpulkan informasi. Bahkan info yang seperti gosip murahan. Menyadari pandangan ingin tahu atasannya, Leon memberi penjelasan. “Saya memperoleh informasi ini dari resepsionis gedung. Dia sudah seperti googlenya gedung ini. Hampir semua info di ruangan kantor diketahuinya. Saat ini berita selingkuh mantannya Bella sedang hangat-hangatnya dibahas.” Mata Victor memicing. “Maksudnya? Satu gedung tahu kalau mantannya Bella selingkuh?” Leon mengangguk. “Nama mantannya Bella, Anton. Dia kerja di lantai dua belas.” Victor tahu itu. Di lantai dua belas Bella naik lift. “Bella sedang berusaha menemui Anton karena dia memutuskan hubungan mereka melalui pesan WA. Sayangnya bukan Anton yang dia temui tadi tapi selingkuhannya. Dan menurut kabar yang beredar, selingkuhan Anton menghina Bella.” Itu sebabnya Bella menangis ketika tadi bertemu dengannya di lift. “Anton dan Bella bertemu sewaktu Anton sedang membeli barang di minimarket tempatnya bekerja. Bella sangat manis dan periang, saya rasa Anton merayunya sehingga Bella jatuh hati padanya. Dan mereka berhubungan. Sayangnya banyak rekan Anton yang memandang miring profesi Bella. Seorang engineer berhubungan dengan kasir, membuat Anton sedikit tertekan dan akhirnya dia selingkuh.” “Apa yang salah dengan kasir?” tanya Victor. Di matanya terlihat kilatan yang sangat dikenal Leon dan dia tidak menyukai kilatan seperti itu. “Tidak ada yang salah dengan profesi itu,” kata mamanya lembut. Dia mengusap punggung Victor yang sedikit menegang. “Yang salah itu penghakiman publik tentang hubungan pribadi seseorang. Seperti tidak ada hal lain saja untuk digunjingkan.” Mama mengusap pipi Victor untuk menghilangkan gurat kekesalan di wajahnya. “Ma ....” Mamanya mengangguk seperti tahu apa yang akan diutarakan putra tersayangnya. “Kamu harus melindungi gadis itu dan jangan biarkan siapa pun menyakitinya. Dia sumber kebahagiaanmu, Sayang. Dia harta berhargamu saat ini.” Victor meraih kedua tangan mamanya dan mengecup punggung tangan mamanya yang mulai kehilangan elastisitasnya. “Victor akan bawa dia sebagai menantu Mama.” *_* Minimarket di gedung ini sangat sepi. Mungkin karena ini jam kantor dan semua orang sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya. Di minimarket itu hanya ada seorang kasir dan seorang pelayan yang sedang sibuk mengatur barang di rak pajangan. Kasir minimarket sedang mencocokkan daftar barang dengan barang yang diantar supplier ke minimarket hari ini. Meski kecil, minimarket ini lumayan lengkap. Rata-rata barang yang dijual sesuai kebutuhan pekerja kantor di gedung sekitarnya. Seperti snack, rokok, minuman ringan, pembalut, peralatan kantor dan juga kue dan roti serta mi instan pengganjal perut ketika tanggal tua atau sedang lembur. Meski harganya lebih tinggi dari minimarket pada umumnya, tapi keberadaannya cukup membantu terutama di saat darurat. Lonceng di atas pintu minimarket berdentang ketika seorang pembeli masuk. Wanita separuh abad lebih dengan penampilan yang menunjukkan kelas sosialnya, masuk ke dalm minimarket dan melihat-lihat barang di rak pajangan. Kasir sedikit mendongak dan memperhatikannya sebentar lalu melirik layar CCTV di sampingnya. Perempuan kaya seperti dia pasti tidak akan melakukan hal-hal yang aneh. Kecuali jika dia hanya pura-pura kaya. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dan juga sesuai prosedur minimarket, kasir menutup laci uang yang tadi terbuka dan mengunci otomatis. “Selamat siang,” tegur kasir ketika wanita itu membawa dua buah minuman kaleng dan meletakkannya di meja kasir. “Hanya ini saja belanjaannya, Bu? Mungkin mau ditambah makanan ringannya, sedang ada promo potongan harga,” tunjuknya pada makanan ringan yang terpajang di meja kasir sembari tersenyum ramah. “Kalau kamu menyarankan demikian, akan saya ambil.” Wanita itu mengambil dua kantong keripik kentang dan meletakknya di dekat minuman kaleng. “Semuanya dua puluh lima ribu lima ratus rupiah.” Kasir memasukkan barang ke dalam tas plastik. Wanita di hadapan kasir menyodorkan selembar uang seratus ribu rupiah. Kasir menerima uang dan menghitung kembalian. “Ini barangnya dan ini kembaliannya, Bu,” katanya lagi tak lupa sambil tersenyum ramah. “Simpan saja kembaliannya. Untuk makan siang,” ujar wanita itu sambil membalas senyum sang kasir dan mengambil kantong belanjaannya. “Tapi, Bu ....” Kasir berusaha menolak. Kembaliannya terlalu besar untuknya. “Sudah terima saja. Karena saya sangat menyukai kamu,” kata wanita tadi sambil melirik name tag di d**a kasir. “Bella ... semoga hari baik selalu menyertaimu dan kamu selalu bahagia.” Wanita itu meninggalkan Bella yang tertegun dengan ucapan-ucapannya. Dia sering menemui pembeli yang aneh, tapi pembeli kali ini yang paling aneh dari semuanya. Dia menggelengkan kepalanya dan memasukan uang pemberian wanita tadi ke dalam saku. Semoga doa wanita baik tadi terkabul, karena dia memang butuh bahagia setelah apa yang dialaminya pagi tadi. (*)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD