Bab 1. Pelecehan

1059 Words
“Nah pelayan, pacar saya tidak ingin makan malam. Sudah sana pergi,” ujar wanita itu pada Yuri. Tunggu, kenapa wanita itu malah mengusir Yuri seperti itu?   “Baiklah nona, kalau begitu saya permisi,” balas Yuri dengan ramah lalu pergi ke belakang untuk menyerahkan semua pesanan pada orang belakang yang bertugas khusus untuk memasak.   ***   Setelah pulang bekerja, Yuri kini tengah melangkahkan kakinya menuju arah pulang. Namun di tengah perjalanan, ia terhenti ketika melewati salah satu toko buku.   “Tidak apa kan jika aku hanya melihat-lihat?” tanya Yuri pada dirinya sendiri. Saat ini, ia benar-benar berdiri tepat di depan toko buku tersebut.   “Hm, apa yang di rumah sudah kering ya? Jika sudah, maka aku tidak perlu membelinya lagi. Sebaiknya, aku mengecek terlebih dahulu,” ujar Yuri lagi sambil mengulum senyumnya.   Akhirnya, Yuri pun memutuskan untuk kembali melangkahkan kakinya menuju arah rumah untuk mengecek keadaan sketchbook yang tengah ia keringkan tadi.   ***   “Aku pulang!” serunya saat membuka pintu rumah. Ya, itulah kebiasaan Yuri sejak dulu.   Setelah menaruh tas selempang miliknya di atas meja kecil di sudut rumah, ia pun bergegas melihat sketchbook yang tengah ia keringkan tadi di dekat jendela.   “Wah, ini sudah kering,” gumamnya antusias. Yuri, dengan perlahan membuka lembar demi lembar sketchbook tersebut. Dan ia, dibuat sedih saat melihat semua lukisannya menjadi tidak nampak akibat terendam air tadi.   “Lukisannya menjadi memudar. Hm, padahal aku selalu melukis semuanya di sini agar suatu saat aku tidak lupa. Apa aku harus melukisnya ulang? Namun jika aku menyalin dari lukisan ini, pasti tidak akan terlihat murni,” ujarnya lagi sambil menatap sendu lukisan-lukisan yang ia buat di dalam sketchbook tersebut.   “Maafkan Yuri ya semua,” lirih Yuri yang tanpa sadar tertidur dalam keadaan meringkuk sembari memeluk erat sketchbook miliknya.   ***   Pagi ini, seperti biasa Yuri tengah bersiap menuju taman kanak-kanak untuk mengajar seni lukis. Namun bedanya, hari ini ia bangun lebih pagi, sehingga nanti sebelum pergi ke tempat TK, Yuri dapat berjalan-jalan terlebih dahulu untuk sekedar refreshing.   Saat ini, lelaki manis itu tengah melangkahkan kakinya melewati sebuah universitas besar. Langkahnya, Tiba-tiba saja terhenti saat melihat gedung tersebut. Yuri sedikit miris, namun di sisi lain ia tersenyum menatap para mahasiswa dan mahasiswi yang tengah berlalu lalang di Universitas tersebut. Yuri, putus sekolah sejak SD kelas 2, ya tentu saja setelah kematian sangat nenek, Yuri tidak dapat melanjutkan studinya karena keterbatasan biaya.   Dan kini, saat Yuri melihat para remaja seusianya tengah asyik menikmati masa mereka saat ini, membuat Yuri sedikit iri. Tentu saja, Yuri sangat ingin bersekolah lagi. Tunggu, jangan berburuk sangka dulu pada Yuri, meskipun dia hanyalah tamatan SD kelas 2, namun kepintaran Yuri tidak bisa dianggap remeh. Entah, apa karena lelaki itu yang memang mempunyai kelebihan, atau Yuri memang otodidak?   “Hey lihat!” seru seseorang yang membuat Yuri sontak tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah si pemanggil.   “Cantik sekali dia,” ujar temannya yang menatap Yuri dengan sorot mata mencurigakan.   “Hey cantik! Sedang apa kau di sini?” tanya temannya yang lain saat ketiganya sudah menghampiri Yuri yang tengah kebingungan.   “T-tidak ada, aku hanya melihat-lihat saja, maaf!” jawab Yuri yang langsung menundukkan kepalanya untuk meminta maaf.   “Ah, jangan menunduk, kami jadi tidak bisa melihat wajah cantikmu ini. Lagipula, tidak masalah kok jika hanya melihat-lihat. Oh ya, kau ingin melihat yang lebih dari ini?” tanya orang yang berseru pertama tadi pada Yuri.   “Benarkah ada?” Tanya Yuri balik dengan wajah polosnya yang membuat ketiga lelaki itu menyeringai.   “Iya, ayo ikut,”   “Eh, baiklah,” balas Yuri yang benar-benar polos karena tak tahu bahwa ketiga lelaki itu ternyata mempunyai maksud lain padanya.   Yuri, dibawa ke tempat yang sepi oleh ketiganya. Yuri tidak begitu paham, ia hanya mengernyitkan dahi saat menyadari bahwa mereka berempat kini tengah berada di tempat yang sangat sepi.   “Sebelumnya, perkenalkan dulu agar nanti kau dapat menyebut nama kami dengan suara imutmu itu. Namaku Fahri, dia Dito dan yang berada di sebelahmu itu Roni. Siapa namamu manis?” tanya Fahri pada Yuri yang masih menatap ketiganya bingung.     “N-namaku Yuri,” jawab Yuri sedikit terbata karena sejujurnya ia masih mencerna apa yang terjadi saat ini.   “Yuri? Ah, namamu sangat menggairahkan,” ujar Roni yang kini mulai menghirup tengkuk Yuri dalam-dalam yang tentu membuat sang empunya merasa geli.   “Eunghh...,” lenguh Yuri tanpa sadar saat tangan Dito mulai menjamah dadanya.   “Ah, kau benar-benar membuatku terangsang Yuri,” ujar Dito dengan seringai mengerikan.   “A-apa yang kalian lakukan?!” pekik Yuri kaget saat tangan Fahri menyentuh b****g sintal miliknya.   “Tentu saja kami ingin bercinta denganmu sayang,” balas Fahri dengan sensual tepat di telinga Yuri.   “Kyaa!! L-lepas! Kalian ingin apakan Yuri?! Ah..., jangan sentuh Yuri, aku mohon,” rintih Yuri yang baru menyadari bahwa dirinya kini tengah dilecehkan oleh ketiga orang ini.   “Jangan berisik sayang, nikmati saja...,” ujar Roni sambil membuat kissmark di leher Yuri.   “T-tidak! Akh! Tolong Yuri!” pekik Yuri yang rasanya ingin menangis saat ini juga.   “Diamlah sayang, kita akan—“   Bugghh...!! Bughhh...!!! Brugh!   Ketiga lelaki yang tengah menggerayangi tubuh Yuri itu pun tersungkur setelah mendapat pukulan telak dari seseorang.   “Anda siapa ya berani memukul kami seperti itu?” tanya Fahri pada orang yang menghajarnya itu.   “Pergi,” ujar orang itu dingin.   “Heh? Berani sekali kau mengusir kami seperti itu, rasakan ini!” balas Dito yang hendak menghajar balik orang tersebut.   “Pergi. Universitas,” ujar orang itu lagi yang kini diberi penekanan di setiap kata. Namun, mendengar kata ‘Universitas’ tentu membuat ketiganya tidak berani untuk melanjutkan semua ini.   “Awas saja kau! Jika bukan karena kau mengancam tentang Universitas, maka kami tidak akan pernah mengampunimu!”  balas Fahri yang langsung pergi dari tempat itu berasama dengan kedua temannya.   “Kamu—“   Brakk...!!   Belum sempat Yuri menuntaskan kalimatnya, tubuhnya pun hilang keseimbangan. Pandangannya dengan sekejap menggelap. Yuri, tidak sadarkan diri dihadapan orang yang telah menolongnya itu.   ***   Yuri, dengan perlahan mencoba membuka matanya yang terasa sembab. Penglihatannya pun masih ia sesuaikan karena kepala yang terasa pening. Namun saat pandangannya sudah mulai stabil, dahi Yuri berkerut menyadari bahwa is tengah berada di tempat asing.   “Eunghh, aku ada dimana?” tanyanya pada diri sendiri. Setelah itu, Yuri pun berusaha untuk mendudukkan dirinya di atas ranjang sembari memegangi kepala yang belum juga mereda.   Kriett...!   Pintu kamar terbuka yang menampilkan sosok lelaki dingin yang kini tengah menatap Yuri dengan tatapan yang tak dapat Yuri jelaskan. Lelaki tersebut, melangkahkan kakinya mendekat ke arah Yuri.   “K-kamu yang sudah menyelamatkan Yuri?” tanya Yuri dengan senyum sumringah nya pada lelaki tersebut.   “Hm,”   “Terima kasih banyak! Jika kamu tidak datang tadi, Yuri pasti sudah berakhir di tangan mereka bertiga,” ujar Yuri yang benar-benar berterima kasih pada lelaki itu.   “Hm,”   “Nama kamu siapa? Namaku Yuri,” tanya Yuri lagi yang kini menanyakan perihal nama lelaki yang telah menolongnya itu. ~~Bersambung~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD