Part 2

1094 Words
Moya sudah siap bekerja pagi ini, ia berdandan cantik dan seksi seperti sekretaris pada umumnya. Moya menggunakan setelan kemeja putih dengan blazer hitam dan rok pendek di atas lutut, bersepatu dengan heels 9cm membuat Moya terlihat lebih tinggi dan seksi. Moya berjalan sambil membawa kopi dan sandwich ,ia berjalan santai karena masih terlalu pagi untuk buru-buru. Dimana lainnya masih di jalan dengan macetnya jalanan kota, tidak untuk Moya yang hanya perlu berjalan santai tanpa memikirkan macetnya jalan. " Segarnya pagi ini... ", gumam Moya di jalan Sampai didepan kantor Moya di sapa security yang membukakan pintu. " Pagi Non, baru ya disini? lantai berapa nih?", tanya security itu dengan genit "Pagi pak, saya di lantai 17, depan ruangan pak Ray", jelas Moya " Wah semoga betah ya ,Non. Yang sabar juga... kalo ga sabar nanti kasihan Non nya ", Pernyataan security itu membuat Moya bertanya tanya, memang kenapa?. Moya hanya tersenyum pada security itu dan berlalu ke arah lift. Moya ingat kata-kata Kepala Hrd soal lift yang ia gunakan kemarin. Dan sekarang Moya tak akan menggunakannya lagi, ia berdiri di lift karyawan seperti yang lain. Namun tiba-tiba seseorang berkata. " Apa yang kau lakukan disitu?", " Sedang menunggu lift ini terbuka tentunya dan aku akan naik menggunakan lift ini, apa ada masalah Tuan?", Moya menoleh dan terkejut seseorang itu seperti gak asing baginya "Pakai lift itu, naik bersamaku!", pinta lelaki itu sedikit memaksa " Tidak, terima kasih. Aku bukan orang yang lancang menggunakan lift CEO disini", "Apa kau belum pernah bertemu dengan CEO itu?", " Tentu belum, karena hari ini adalah hari pertamaku masuk di perusahaan ini ", " Baiklah, aku tunjukkan siapa CEO itu, ikut aku!", lelaki itu menarik tangan Moya dan masuk ke lift CEO "Hei apa-apaan kau! akan ku adukan kau pada boss mu! ,aku adalah sekertaris ceo yang baru, dan aku bisa saja melaporkanmu pada ceo disini!", " Oh ya?, laporkan! aku tak takut", Wajah lelaki itu mendekat ke arah Moya, hingga ia terpojok di sisi lift. Moya mencoba mendorong lelaki itu namun ia tak kuat karena badan lelaki itu lebih besar. "Apa yang kau lakukan, cepat menyingkir!", " Mari kita berkenalan, namaku Rayhan Yasa Gavin ", Mata Moya terbelalak dan sekarang ia tertunduk malu. Wajahnya memerah dan ia menjadi salah tingkah. Ray melihat Moya dengan senyum kemenangan, hingga ia berfikir jika hari ini adalah hari dimana Ray pertama kali tersenyum semenjak ia memimpin perusahaan itu. Ray adalah CEO yang terkenak dingin dan tanpa ampun, setiap gender pasti akan ia menangkan dan tak pernah ia mengalah pada perusahaan lain. Itulah kenapa Perusahaan Ray melaju dengan pesat. " Hai! kenapa kau mendadak bisu?", "Maafkan aku Boss, aku sungguh tak tau jika itu kau", " Sudahlah, aku senang dengan sikapmu. Tapi jangan kau ulangi!, kau bisa memakai lift ini setiap hari, jadi kau tak harus antri dengan karyawan lainnya!", " Benarkah itu Boss?, terima kasih!", "Yuan akan melatihmu selama seminggu, ikuti Yuan kemanapun ia pergi, kecuali ke toilet!. Yuan akan menjelaskan semuanya!", " Baik Boss! ", Moya sangat terkejut dengan sikap yang 180° terbalik dengan apa yang diucapkan karyawan disini. Dimana sisi dingin dan tanpa ampun itu?, dasar karyawan disini pasti tak suka kalau aku menjadi sekretarisnya. Batin Moya. Lift sampai di lantai 17, mereka keluar lift bersamaan. Ray menunjuk ke meja kerja Moya, dan didepanya adalah meja kerja Yuan. sedangkan Ray masuk ke dalam ruangnya di balik pintu yang tertutup antara meja kerja Moya dan Yuan. Moya melihat meja kerja Yuan masih kosong, ia duduk di kursi dan menata meja kerjanya. Aroma lavender di ruangan itu sangat menenangkan pikiran. Membuat Moya sangat nyaman saat bekerja. Suara Ray keluar dari telepon di sebelah Moya, Ray menyuruh Moya untuk masuk keruangannya. "Permisi Boss, ada yang bisa saya bantu?", " Kemari, bawa berkas ini, cek ulang, lalu serahkan ke Yuan, jangan ada kesalahan. Itu adalah tender yang akan aku menangkan hari ini!", "Baik Boss", Moya keluar ruangan Pertama kali yang Moya pahami mengenai sifat Boss nya adalah ambisinya yang tinggi. Moya mulai mengerti bagaimana bisa perusahaan itu memenangkan setiap tender yang di inginkan CEO nya. Semua laporan yang Moya cek sangat sempurna dan tanpa celah sedikitpun. Meski lawannya perusahaan besar, namun Moya sendiri yakin hanya dengan melihat isi proposal itu Boss nya akan menang tender. Dilantai 17 hanya ruangan besar memiliki 1 sekat yang membedakan ruangan sekretaris dengan CEO. Yuan datang dengan tergesa-gesa, ia melirik ke arah meja Moya. " Hi, ketemu lagi. Kamu yang kemarin kan?", tanya Yuan "Hi ,iya. Aku Moya sekretaris baru disini ,anda pasti pak Yuan kan?", " Iya benar, apa Boss sudah ada di dalam?", "Sudah dari 30 menit yang lalu, ah dan ini ada berkas yang harus anda bawa, katanya Boss akan mendapatkan tender itu hari ini. Sudah aku cek semua, dan sangat sempurna", jelas Moya pada Yuan " Wah, terima kasih. Aku temui Boss dulu ,okay?!", Moya hanya mengangguk. Ketika Moya sedang sibuk mengotak atik isi komputer didepannya, tiba-tiba ruangan Bossnya terbuka dan dua orang lelaki keluar dengan menatap Moya secara bersamaan. " Ayo ikut meeting untuk tender di perusahaan Eliot, Boss menyuruhmu untuk ikut!", jelas Yuan " Perusahaan Eliot ?, sekarang? ,apa tak ada pekerjaan lain untukku?", Moya ingin menolak untuk ikut, namun hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Eliot adalah nama Ayah Moya, Moya sedang kabur dari rumah tapi sekarang ia harus berhadapan dengan Ayahnya sebagai Sekretaris perusahaan Gavin. Mau tak mau akhirnya Moya mengekor di belakang Yuan dan Ray. " Bagaimana hari pertamamu?, ehm aku panggil Oya saja bagaimana?", Yuan mencoba memecahkan keheningan di lift "Boleh, hari pertama yang menyenangkan. Namun aku belum mengenal siapapun disini", ujar Moya " Hmm aneh juga kalau kau bicara seperti itu, jadi Aku dan Boss tak masuk dalam daftar orang yang kau kenal?", Yuan mencoba menggoda Moya "Ah bukan begitu maksudku, selain penghuni lantai 17, aku belum menyapa siapapun", " Hahahahaha, kau lucu sekali. Pantas Ray menyukaimu!, benarkan Ray?", Moya bingung dengan perkataan Yuan, sedangkan Ray hanya diam memasang wajah dingin yang siap membunuh. "Shut up, Boy! kau terlalu banyak bicara hari ini! Apa kau mau aku buat tak bisa bicara lagi?", Ray berkata dengan tegas dan membuat Yuan diam begitu saja. Sekarang mereka didalam mobil menuju perusahaan Eliot. Yuan mengecek ulang berkas yang di berikan oleh Moya tadi pagi, sedangkan Ray sibuk dengan laptop kecil di pangkuannya. Moya hanya diam melihat keduanya sibuk sendiri. "Kau!, catat setiap kata saat meeting nanti. Lalu minta Jadwalku ke Yuan, besok kau yang mengatur jadwalku. Dan ini simpan nomorku di ponselmu, begitu sebaliknya!, Yuan juga!", Ray sangat tegas saat bekerja, dan Moya mengerti lagi tentang sifat Ray yang serius dan disiplin saat kerja " Baik Boss.. ", jawab Moya Moya terpikir oleh kata-kata dari Yuan, yang menyatakan bahwa Ray menyukainya. Tanpa sadar ia menepuk kedua pipinya, dan hal itu di saksikan oleh Ray dan Yuan. Mereka sama-sama tersenyum hingga akhirnya Moya tersadar dan diam karena malunya setengah mati. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD