Raisa Hamil Dua Bulan

1388 Words
"Rasanya sangat enak sekali, pokoknya mantap deh Mbak. Mangkannya ini aku mau pesan lagi buat acara nikahanku nanti Mbak. Satu buah kue tart susun tiga, dan mini tart sebanyak lima ratus buah. Rencanananya sih dua minggu lagi acara itu kami gelar. Gimana bisa kan, Mbak?" Raisa terdengar sangat bahagia saat mengucapkan hal ini. "Oh tentu saja bisa dong. Wah, pasti senang banget nih yang akan segera nikah. Eh tapi kok cepet banget si Mbak, kukira masih satu bulan lagi lho," kataku memancing informasi lebih banyak. "Iya lah Mbak, ngapain nunggu lama-lama. Pingin cepat-cepat juga dapat rumah baru, he-he. Jujur saja sih, Mbak, aku saat inu tengah hamil dua bulan, jadi memang aku meminta Mas Wisnu secepatnya menikahiku, sebelum perut ini semakin membesar," ucapnya tanpa malu-malu. Oh, jadi Raisa sekarang hamil. Mungkin inilah alasan Mas Chandra menikahi selingkuhannya yang satu ini. Nggak tahu malu banget sih Raisa itu, mengucap sebuah aib bagai mengucap sebuah prestasi, eh mata duitan lagi. Mungkin dia juga belum tahu kalau calon suaminya itu aslinya miskin dan juga ahli selingkuh. Sudah jadi hal yang lumrah sih, kalau sampah akan bertemu dengan sampah juga suatu saat nanti. "Maaf nih Mbak Raisa jangan tersinggung ya. Belum menikah kok sudah hamil to Mbak?Apa nggak takut dosa? He-he." Semoga saja dia tak marah ketika ku tanyakan hal ini. "Mbak Dita ini kok kayak orang jaman baheula saja sih. Sudah bukan rahasia umum kali, kalau sekarang rata-rata banyak pasangan yang menikah sudah hamil duluan, tapi ada yang pintar menutupinya gitu aja sih Mbak. Lagian ya Mbak, untuk mendapatkan mangsa yang besar, pastilah kita harus memberikan umpan yang sepadan dong. He-he. Mas Wisnu itu kan orang kaya banget Mbak, jadi aku menggunakan cara ini agar secepatnya dia mau menikahiku. Memang sih ini dosa besar, namun nanti setelah kita menikah kan dosa itu sedikit terhapus. Bukannya Tuhan itu pasti memaafkan semua kesalahan hambaNya yang mau bertobat? Jadi nanti kalau aku sudah menikah dengan Mas Wisnu dan jadi nyonya besar, aku akan bertobat dan meminta maaf kepada Tuhan. Betul nggak Mbak caraku ini?" Kukira tadi dia akan marah dengan pertanyaanku yang agak kurang ajar itu, mengingat kami pun baru saling mengenal, dan hanya sebatas hubungan jual beli saja. Tetapi jawaban yang diberikannya malah membuatku terkejut, semudah itu dia membuka aibnya sendiri pada orang yang baru saja dikenalnya. "Pemikiran setiap orang itu berbeda-beda kan Mbak Raisa. Kalau aku kurang setuju dengan perkataan kamu tadi, Mbak. Kalau menurutku sih, sebisa mungkin kita harus menjaga agar tak melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah, meski kita tahu bahwa Allah pasti memaafkan semua kesalahan jika kita bertaubat. Sebab kita tak tahu apa yang akan terjadi pada kita esok hari, misalnya nih, belum sempat kita bertaubat eh ternyata Allah sudah memanggil kita duluan menghadapNya. Gimana tuh, kalau sampai itu terjadi? Amit-amit kan ya, Naudzubillahimindzalik. Jadi kalau menurutku sih, selama kita sehat sebisa mungkin menghindari perbuatan yang hanya akan menambah dosa. Maaf lho Mbak Raisa, bukan maksud aku menggurui dan sok pintar, namun ini menurut pandanganku saja sih, he-he. Mungkin benar banget apa yang tadi kamu katakan, saya punya pemikiran seperti orang jaman baheula, kolot gitu kan, he-he." "Iya, Mbak nggak apa-apa kok Mbak Dit. Doain saja pokoknya rencana pernikahanku ini lancar tak ada halangan hingga hari H nya. Entah kenapa aku ini merasa kita ada kecocokan dan rasanya dekat banget dengan Mbak Dita, padahal kita baru kenal, tapi aku sudah cerita banyak ke kamu Mbak. Jangan lupa, aku juga mengundang Mbak Dita buat datang ke acara resepsi mewahku nanti ya, yang akan diadakan di balai kecamatan sini." Bagaimana kamu nggak merasa dekat denganku, suamiku dan calon suamimu saja orang yang sama kok Mbak. Kurasa usiaku dengan Raisa tak terpaut terlalu jauh, kutebak mungkin sekarang usianya dua puluh atau dua puluh satu tahun, tapi mengapa pemikiran kami sudah jauh berbeda ya? "Iya, aku pasti datang Mbak. Pingin banget tau wajah suami Mbak Raisa yang kaya itu. Eh tapi kok pernikahanya di balai kecamatan sih Mbak? Kenapa nggak nyewa gedung di kabupaten atau di hotel, kan calon suamimu kaya, masak iya tak bisa menyewa gedung yang lebih baik lagi?" tanyaku usil. Sebenarnya aku sudah tahu sih, apa maksud Mas Chandra hanya mengadakan resepsi pernikahanya di balai kecamatan itu, namun aku pingin dengar versi alibi dari si Raisa ini. "Nah ini yang sedikit membuat aku agak kecewa, Mbak sama dia. Aku kan pinginnya di hotel Yusri itu lho Mbak. Tapi kata Mas Wisnu, sewanya terlalu mahal, mending uangnya buat honeymoon nanti dan katanya lagi uangnya kan sudah sebagaian di pakai untuk membelikan aku rumah itu. Ya sudah akhirnya aku nurut saja, yang terpenting aku minta nanti resepsi itu dibuat super mewah. Setelahnya dia akan mengajakku honeymoon ke Singapura selama seminggu lho!" Wow, jadi Mas Chandra juga akan menghamburkan uangku untuk acara bulan madunya ke Singapura, oh tidak akan semudah itu Ferguso, langkahi dulu mayat si Marimar, eh. "Begitu ya, Mbak. Benar juga sih. Kalau kulihat sih calon suami kamu itu baik dan sayang banget sama kamu ya, Mbak." "Ya pastilah, Mbak. Dia itu baik banget, semua biaya pernikahan dia yang ngasih, pokoknya aku tahu beres saja. Ini tadi barusan juga dia dari sini sih, Mbak, ngurusin surat-surat. Rencananya kemarin sih, kami mau main dan nginep di Probolinggo, tapi batal karena katanya ada masalah di kantornya. Sebel deh padahal aku kan pingin banget main ke Gunung Bromo." Waduh maaf banget nih, kamu nggak jadi pergi jalan-jalan, karena calon suamimu takut pisisinya di sini terancam oleh kehadiranku. "Loh, kok mau jalan-jalan jauh sih Mbak? Pamali lho mau nikah malah jalan jauh, dan lagian kamu kan lagi hamil to Mbak, jangan main jauh-jauh ah." "Tuh kan pemikiran baheula-nya keluar lagi, he-he. Ini kan bayinya yang ngidam pingin maen kesono Mbak. Lagian nggak jadi juga kok. Udahan dulu ya Mbak. Jangan sampai lupa dua minggu lagi lho pesananku dan juga Mbak wajib hadir di acara resepsiku." "Siap laksanakan Bos! Nanti kubawakan hadiah spesial ya buat kalian, Mbak. Kudoakan semua lancar hingga hari H nya ya. Wasalamualaikum." "Makasih ya Mbak. Waalaikumsalam." Kemudian panggilan itu pun kami akhiri. Janjiku tak akan pernah kulupakan, diacara resepsi nanti akan kubawakan mereka kado spesial yang lasti tak akan mudah dilupakan seumur hidup mereka. Jadi semua harus kelihatan lancar dulu hingga hari pernikahan itu. Karena hal itu lula, aku tak mengambil ATM lain yang dimiliki Mas Chandra, tak mengapalah aku kehilangan sedikit uang, tapi hati ku bisa merasa lega. "Permisi Bu Dita, saya mau mengantar berkas yang Ibu minta tadi." Terlihat Pak Yahya, manager operasional berada dibalik pintu kaca itu. "Langsung masuk saja, Pak," ucapku, "silahkan duduk Pak." Kedatangan Pak Yahya disusul diikuti juga oleh Pak Johan dan juga semua manager dari berbagai divisi lainnya. Dan sekarang mereka semau telah berada di ruangan ini. "Sebenarnya kami semua disini tidak begitu suka dengan kinerja Pak Chandra, Bu. Namun kami tak berani mengatakanya. Kini kami semua sangat bahagia karena Bu Dita kembali akan menghandle semua. Kami seluruh divisi selalu siap kapan saja Bu Dita minta dan selalu mendukung setiap keputusan Bu Dita demi kemajuan perusahaan ini," ucap Pak Johan mewakili mereka. "Terima kasih semuanya atas dukunganya. Pokoknya saya minta semua urusan yang bersifat rahasia dikirim ke email saya dulu sebelum di serahkan pada Pak Chandra, juga segala keputusan tanpa tanda tangan saya, haram hukumnya. Meskipun nanti saya tak selalu kesini, tetap wajib ada laporan harian. Langsung ke email saya saja ya. Mari bersama kita majukan kembali perusahaan ini. Saya percaya Anda semua sangat profesional dalam bekerja." Sepertinya aku bisa mempercayai mereka, karena semua adalah pegawai senior yang bekerja sejak Papa masih ada dulu. Hanya ada satu orang yang membuatku sedikit ragu dengan loyalitasnya kepadaku. Namun tak masalah sih nanti aku akan kembali kesini, membawa lebih banyak kamera imut. Setelah menyerahkan semua berkas yang kuminta mereka pun pamit keluar dan istirahat makan siang. Aku pun akan segera pergi dari sini, tujuanku selanjutnya adalah ke dokter, untuk mengecek kesehatan alat reproduksiku. Setelah tahu bahwa Mas Chandra sering bergonta-ganti pasangan diluar. Semoga tak ada yang mengkhawatirkan nanti. Setelahnya aku akan kembali kesini menaruh beberapa kamera itu. **** **** Mohon maaf kalau part nya masih pendek pendek, nanti di part part terkunci bakal lebih panjang lagi. Terima kasih sudah berkenan membaca. ***** MOHON MAAF UNTUK PARA READERS SEMUANYA. Bab yang lain saya unpublish dan dihapus sebagian dulu ya kak, sampai menunggu kontrak. Karena kebijakan dari aplikasi juga. Semoga sabar menunggu ya... semoga semua sehat dan dilancarkan rejekinya selalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD