Bab 10 Mencari Sekutu

1174 Words
Pada hari Minggu, tepat empat hari setelah acara minum teh bersama Perdana Menteri berlangsung, Anne menghabiskan hari-harinya yang sempurna dengan rasa bosan. Dia ingin melakukan sesuatu yang baru. Ternyata menjadi boneka hidup kesayangan keluarga bangsawan Barnett membuatnya jenuh juga. "Runa, sampai kapan aku ditahan di rumah ini? Apa aku tak boleh keluar sekarang? Aku merasa bosan sekali," ucap Anne dengan ekspresi muka memelas yang dibuat-buat. Runa yang menuangkan teh ke cangkir mungil dan indah pada sore hari yang damai itu menjadi agak sedikit salah tingkah. "Maaf, nona! Saya tidak punya kewenangan menjawab pertanyaan itu. Semua hal di mansion ini diputuskan oleh nyonya sendiri," Runa tersenyum kaku, lalu melanjutkan dengan nada sedikit bersemangat dengan wajah layaknya pencuri yang tengah beraksi, "mungkin ini bisa sedikit menghibur nona," di balik seragam pelayan hitam putihnya, dia mengeluarkan sebuah buku kecil. Anne mengamati buku bersampul merah dengan ukiran dan tulisan emas tersebut yang kini berada dalam pangkuannya, dia menatap heran pada Runa yang merona merah. "Apa ini?" Runa terlihat panik saat Anne berusaha mengekspos buku itu secara terbuka ke atas meja. "Apa nona sudah gila?!" "Ada apa denganmu, Runa? Aku tidak mengerti," kata Anne kebingungan. "Ssttt! Jangan keras-keras nona! Buku ini adalah buku 'itu', loh!" Runa menutupi buku merah itu dengan nampan bawaannya. "Buku... 'itu'?" bola mata Anne memancarkan kebingungan yang jelas, kepala dimiringkan. "Nona! Apa nona juga sudah lupa dengan perintah nona sendiri?" "Eh? Perintah?" Runa tampak ingin menangis, matanya berkaca-kaca dengan mulut ditekuk bergetar. Ini membuat Anne merasa tidak enak. "Ma-maafkan aku, Runa. Sepertinya ingatanku tidak akan pernah kembali. Kamu tahu sendiri, kan, aku sudah hampir satu bulan tersadar tapi masih seperti orang asing di antara kalian. Aku seolah terlahir seperti orang baru." Anne tidak berbohong. Dia hanya menggunakan kebenaran dan fakta yang ada dengan caranya sendiri. Jadi, kenapa ia masih merasakan rasa bersalah pada pelayan pribadinya yang berdiri muram di depannya? "Jika benar begitu, maka saya sungguh akan bersedih hati," Runa tiba-tiba berlutut di rerumputan dengan siku bertumpuk pada meja, kedua tangan saling menjalin seolah tengah berdoa. Wajahnya yang kecil manis mulai sembab oleh air mata, "saya masih bisa tahan sampai sekarang nona melupakan saya dan bersikap dingin. Tapi, jika untuk selamanya, saya rasa tidak akan bisa!" "Ru-Runa! Kamu kenapa, sih? Kenapa tiba-tiba begini?" Runa tidak segera menjawab pertanyaannya, pelayanan bertubuh kecil itu pun melepas kekakuannya selama ini yang ditahan mati-matian. Kedua tangannya meraih tangan Anne, menggenggamnya dengan erat. "Nona! Nona bilang kita sudah seperti saudari sendiri! Kita sudah berteman sejak saya masuk ke keluarga ini di umur 12 tahun dan menjadi pelayan pribadi, nona! Sekarang saya sudah 17 tahun! Apakah 5 tahun hari-hari yang kita lalui bersama penuh suka duka hanya akan hilang begitu saja seperti ditiup angin lalu?" "A-apa?" "Saya berkata jujur, nona! Saya tidak berbohong!" "Ru-Runa! Kamu boleh duduk dan bercerita mulai dari awal. Tidak enak dilihat seperti ini. Aku seperti sedang menyiksamu saja! Orang bisa salah paham!" Kedua bola mata Runa membesar, ia terkejut dengan kebodohan yang dilakukannya. Bisa-bisa karena aksi semberononya itu, tuannya bisa mendapat citra yang buruk. "Maaf, kan, saya, nona!" Runa segera berdiri, membungkuk meminta maaf sejenak sebelum akhirnya duduk dengan perasaan gelisah di salah satu kursi taman Mawar. Anne yang memperhatikan kejanggalan itu, mencoba menegurnya secara halus. "Kali ini ada apa lagi, Runa? Kenapa kamu duduk terlihat tidak nyaman?" "Ah... itu... nona masih lupa ingatan, dan saya berani duduk di kursi ini, bagaimana saya bisa menjelaskannya nanti jika kepala pengurus mansion melihat saya? Apa sebaiknya saya duduk di bawah saja?" Runa secepat kilat duduk bersimpuh di rerumputan, wajahnya diatur pada mode serius. "Runa! Kalau begini, kamu makin menyusahkanku! Hanya duduk di kursi taman, apa yang salah dengan itu?" Anne buru-buru berdiri dan menarik pelayan pribadinya agar segera berdiri. "Haaaaaahh~" desahan berat dan suram keluar dari mulut Runa, satu kakinya mundur dan kedua tangannya diangkat setinggi d**a, memasang kuda-kuda. Mukanya terlihat gelap. "A-apa lagi, sih?" "No-nona benar-benar seperti bayi yang baru lahir di dunia ini!" Lah, emang begitu, kok! protes Anne dalam hati dengan perasaan gemas dan ingin menangis. Runa memperbaiki posisinya, kedua bahunya lemas tak berdaya. Kedua bola matanya yang berwarna kuning kecoklatan seolah menatap kasihan pada Anne. "Maafkan aku, Runa. Aku tak bisa mengingat bagaimana Anne yang dulu," saat mengatakan ini, Anne yang saat ini di dalamnya adalah Sayako dari dunia lain merasa harus sedikit jujur meski tersamarkan, apalagi pelayan di depannya ini sudah dianggap sebagai saudari oleh Anne yang asli. Selain harus mencari sekutu mulai sekarang, pastinya Runa adalah orang yang istimewa, jadi dengan sangat hati-hati dia menambahkan kalimatnya, "aku tak bermaksud bersikap dingin pada siapa pun, khususnya padamu! Tapi, semua hal ini terasa baru bagiku sampai tak tahu harus berbuat apa! Maukah kau memaafkanku?" Runa bergidik ngeri ketika Anne meraih dan menggenggam tangannya dengan mata berkaca-kaca. "No-nona berkata begitu seolah orang lain saja!" "Ah, maaf!" Anne segera melepas genggamannya. Sebagai gantinya dia tersenyum dan menaruh kedua tangannya di depan dengan posisi saling menjalin. Runa menghela napas berat sejenak, lalu setelah melemaskan seluruh otot-otot di tubuhnya ia berkata dengan nada sedikit sedih, "sekali lagi saya katakan, saya tidak berbohong mengenai nona yang menganggap saya sebagai saudari! Saya tak berani mempertaruhkan nyawa saya demi ketamakan semata! Jika ingatan nona tidak akan kembali seperti dulu, maka saya bisa menebak keluarga Barnett akan mendidik nona mulai dari awal! Dan... dan saya akan benar-benar kehilangan saudari untuk selamanya. Mungkin lebih baik saya berhenti saja dari keluarga ini dan bergabung dengan para pedagang pengembara...." "Men...didik?" Anne menghempaskan bokongnya ke kursi, tampak berpikir dengan satu telunjuk di dagu. Melihat reaksi Runa yang begitu parah, sepertinya ini adalah hal yang serius. "Nona! Masa nona juga lupa hal dasar mengenai aturan tata krama antara pelayan dan majikan yang ketat?! Anda seperti kerasukan jiwa orang lain yang buta akan dunia ini!" Runa setengah menggebrak meja mengatakan ini, keningnya bertaut hebat. Oh, wow! Hebat juga tebakanmu itu, Runa! Andai kamu masuk ke tim investigasi Kanagawa, pasti banyak kasus yang terpecahkan dengan cepat! batin Anne dengan perasaan memuji tapi setengah meringis. Dari tampak luar, Anne hanya bisa tersenyum kikuk dengan mata tertawa mendengar ucapan sang pelayan. "Sayangnya, dengan berat hati aku katakan, aku benar-benar tidak ingat semuanya. Aku bahkan baru tahu kalau namaku adalah Anne Barnett." Runa terlihat kecewa dan sedih, kedua bahunya merosot. "Dokter Marvin adalah dokter paling hebat di negeri ini. Jika masih saja gagal, apakah kita perlu membawa nona ke dokter kekaisaran? Saya rasa mereka pasti dengan senang hati membantu keluarga Bangsawan Barnett. Bukankah hubungan kedua pihak sangat harmonis?" "APAAA?" Anne memekik hebat mendengar ucapan santai Runa. Dari komik-komik Korea yang berlatar kerajaan mirip Eropa—di mana dia saat ini berada di dunia semacam itu, Anne tahu bahwa bersinggungan secara langsung dengan pemerintahan atau kekaisaran bukanlah ide bagus. Cukup ayahnya saja, jangan dia juga! Anne yakin dia bukanlah karakter utama seperti dalam dunia novel Korea yang dibacanya, mungkin saja dia hanyalah karakter pelengkap semata agar cerita terkesan seru! Anne menolak pemikiran ia akan terlibat cinta segitiga dan menjadi orang ketiga. Itu terlalu klise dan melelahkan! Ia hanya ingin hidup damai sampai hari tuanya di dunia itu jika ia tak bisa kembali ke dunia lamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD