"Dasar alien...!"
"Dasar sinting!
Umpat mereka lagi secara bersamaan ketika sudah berada di dalam kamar masing-masing.
Keduanya membuka pakaian luar mereka lalu membersihkan diri di dalam kamar mandi sebelum menaiki ranjang masing-masing untuk dapat segera beristirahat dengan nyaman.
Ketika hendak tidur Aya merasa sulit sekali membuat matanya untuk dapat terpejam lelap, wajah dan kata-kata laki-laki itu sangat mengganggu. Ayana teriak lalu menenggelamkan dirinya di dalam selimut. Menyumpal kedua telinga dengan earphone kemudian mendengarkan play list lagu favorit di handphone.
__
Alexis mengambil buku catatannya, ia tak suka menyebut buku kesayangannya itu sebagai diary walau mungkin saja fungsinya tak ada beda. Tapi tunggu, dia tidak menemukan buku berwarna coklat yang selalu ia bawa.
"Apa ketinggalan ya?" gumamnya. "Aish, sial!" dia lalu naik ke ranjang, tetap ingin menuliskan kata-kata di kepalanya untuk menghilangkan kebisingan di dalamnya. Handphone, akhirnya menjadi pilihannya untuk menyimpan kata-kata. Dia tidak terbiasa atau bahkan tidak akan pernah menuangkan isi kepalanya pada sosial media meski hanya sekadar melegakan pikiran, dia tidak akan melakukan itu dengan alasan apa pun. Tidak akan pernah.
... Malam tak selalu pekat, embun tak berarti kabut. Kadang embun hanya membasahi dedaunan dan mendinginkan udara.
... Pagi tak selalu bersama embun, tapi pagi membutuhkan kesejukkan.
... Aku tak selalu melihat pekat kala malam dan embun ketika pagi, tapi hatiku berkata aku membutuhkan kedua hal yang tak selalu kulihat itu. Aku butuh pekat untuk terpejam memeluk malam. Aku butuh embun membentangkan tangan menghirup kesejukkan.
Ya, aku membutuhkan apa yang belum tentu mata melihat namun hati ... selalu memanggil.
__
Ketika pagi, Ayana sibuk dengan telepon genggamnya untuk menghubungi sekretarisnya.
"Pastikan saham kita stabil."
"Aman bu, saham PT. Suryana Soedrajad berada di posisi terbaik. Tapi..."
"Tapi apa?" tanya Aya, ia khawatir.
"Kita punya rival berat."
"Siapa?" desaknya, sangat penasaran.
"Sanjaya Grup."
"Bagaimana bisa?"
"Sepertinya mereka punya pemimpin baru, dan membeli saham lebih banyak dari biasanya."
"Sanjaya Grup, mereka bergerak di bidang yang sama dengan perusahaan kita, kan?" tanya Aya, menyelidik.
"Benar Bu, dan belakangan semakin sering melakukan inovasi baru dengan produk-produknya melalui iklan-iklan yang berkelas, dan meningkatkan kualitas."
"Tidak peduli pada apa pun yang telah dan akan mereka lakukan! Oke, kamu pantau terus saham kita. Aku masih ada urusan di Bali." Melempar ponsel ke tempat tidur. Menekan kepala kemudian pergi ke balkon.
Alex terus memelototi layar laptopnya. Ia sedang memperhatikan grafik saham yang tidak berhasil memuaskan dirinya. Ponselnya berbunyi. "Ya?"
"Pak, saham kita belum bisa mencapai target yang bapak inginkan. Saya sudah kehabisan cara."
"Aku sudah melihatnya. Siapa rival kita?" dia mengernyit
"PT. Suryana Soedrajad."
"Mereka lagi? Lakukan apa yang aku perintahkan!"
"Baik, pak!"
Alexis Sanjaya, meletakkan ponsel asal saja lalu pergi ke balkon untuk menghirup udara pagi dan sedikit meregangkan otot-ototnya yang tegang.
Ayana Soedrajad dan Alexis Sanjaya, dua orang yang baru saja memimpin perusahaan orang tua mereka dan sedang sangat ambisius memajukan perusahaan ketika itu menjadi tanggung jawab mereka.
Ayana mengeratkan lengannya merasakan dinginnya pagi. Bersandar di pagar balkon. Mengembuskan napas kemudian menekan pelipisnya dengan kedua tangan.
Alexis bersandar di pagar balkon, memejamkan mata menyesap udara pagi yang sejuk.
Ayana berbalik hendak kembali ke dalam kamar, namun pandangannya terhenti ketika melihat, "alien?" gumamnya. Ganteng sih kalo lagi diem gitu, tapi sayang nyebelin banget," batinnya.
"Selamat pagi Alien," ucap Aya dengan lembut namun menusuk. Laki-laki itu lalu membuka lebar kelopak matanya, Aya menjulurkan lidahnya kemudian berlari menghambur ke dalam kamar.
"Cewek sinting," gumamnya. "Ganggu ketenangan orang aja."
Mereka kemudian menikmati sarapan di kamar masing-masing.
Setelah pukul 09.30, mereka bersiap untuk menghadiri pertemuan tahunan para pengusaha.
Tepat pada pukul 10.00 sebuah gedung pertemuan sudah dipenuhi oleh para tamu undangan dari berbagai daerah. Mewakili perusahaan masing-masing. Itu artinya para CEO berkumpul untuk kemajuan perusahaan masing-masing. Untuk memajukan perekonomian bangsa. Serta dapat meluaskan lapangan pekerjaan.
Pembukaan acara diisi oleh perwakilan dari Kementerian Perekonomian. Dengan membahas kunci daya saing sektor industri makanan dan minuman adalah food innovation and security.
Pertemuan bisnis dan promosi investasi di sektor industri makanan dan minuman tersebut bertujuan untuk menarik investor dan memperluas akses ekspor bagi industri makanan dan minuman yang ada di Indonesia.
Alexis Sanjaya dan Ayana Soedrajad tak menyadari bahwa mereka berdua telah disatukan oleh tempat yang sama. Mereka sibuk dengan kolega masing-masing. Dan semua orang tahu perusahaan mereka berdua adalah yang terbesar di Indonesia. Dua orang pewaris tunggal perusahaan raksasa yang selalu bersaing ketat sejak awal berdiri.
***