4. Alexis

722 Words
   Alexis, dan Ayana, dua orang yang sedang bersiteru itu sedang menikmati hidangan makan malam di meja masing-masing di antara para tamu hotel lainnya.    Seorang wanita berpakaian rapi yang merupakan asisten manajer Diamond hotel datang menghampiri.    "Selamat malam Pak Alexis. Saya di perintahkan manajer hotel kami untuk mengantar Bapak ke private dining, karena kami menyiapkan makan malam romantis sebagai hadiah bulan madu kalian persembahan dari hotel kami untuk pelanggan spesial Diamond hotel."    "Bulan madu? Kalian?" pria itu mengulang dua pertanyaan yang ia terima dan menatap tegas. Membersihkan mulut lalu mengangkat gelasnya untuk minum sebelum ia mengeluarkan kemarahannya. "Saya-tidak-mengerti-maksud-kamu apa?" runtutnya dengan gigi yang mengatub rapat.    "Iya, maksud saya Tuan Alexis dan Nyonya Ayana di belakang. Sepertinya kalian masih perang dingin," gumam wanita anggun itu, "mungkin cara ini bisa membuat kalian berbaikkan dan menikmati bulan madu," katanya lagi dengan menjaga volume suara. Dia sangat mengerti ketika dua orang yang sama-sama keras jika sedang dikuasai amarah akan seperti apa. Seolah lupa mereka saling mencintai, tapi ketika berbaikkan, seolah lupa bahwa di dunia ini bukan hanya mereka penghuninya.    Pria itu menyemburkan air di mulutnya karena tersedak ketika mendengar nama gadis sinting itu. Membanting gelas di meja. Memelototi si asisten manajer yang tertunduk kali ini. Melirik ke kursi belakang.    "Katakan kepada manajer kamu, saya tidak akan pernah punya istri tidak tahu malu seperti dia! Siapa pun itu namanya saya tidak ingin tahu," kata Alex lagi-lagi dengan sombongnya.     Ayana menyadari atas keributan yang telah terjadi di belakangnya.    Alex dan Ayana, keduanya tak sadar telah duduk saling membelakangi di kursi yang tinggi itu.    "Ehm!" Aya berdeham kemudian melirik ke belakang. "Bilang pada manajermu itu, laki-laki  sombong ini sudah tidak ada hubungan dengan aku lagi setelah hari ini. Hubungan kami hanya siang tadi saja!" balas Ayana. "... Siapa juga yang mau jadi istri Alien!" dumalnya lagi. Tetap saja si Alien itu mendengar kata-katanya meski tak terima.    Mereka saling sindir dan saling lirik tanpa melihat ke arah asisten manajer yang mulai takut dan bingung menghadapi perseteruan mereka.     "Baik akan saya sampaikan kepada Pak Jeremi. Maaf telah mengganggu makan malam kalian. " Wanita itu lalu membungkuk, "permisi...!" kemudian ia menggeleng pelan ketika berjalan meninggalkan dua tamu spesial bin aneh di hotelnya.    Suasana menjadi hening sesaat. Kedua makhluk itu saling lirik yang hanya sampai menjatuhkan pandangan mereka ke lantai saja. Deburan perasaan kesal seolah seperti dua ombak yang berlawanan arah yang ingin saling menerjang.    "Lebih baik saya melajang untuk seumur hidup dari pada menyimpan perempuan seperti Anda di dalam kamar saya." Alexis berdiri dari duduknya kemudian merekatkan kedua sisi jasnya dengan sangat angkuh.     Ayana Soedrajad, membanting sendok di piring hingga suara berisik mencuri perhatian tamu di sana. Berdiri kasar kemudian berbalik, memandang kepergian pria paling sombong yang pernah ia temui selama 32 tahun hidupnya.    "... Kamu pikir saya tertarik hidup satu kamar dengan pria yang memakai hot pants terlalu ketat seperti kamu!" makinya tak peduli pandangan semua orang yang kini menilai mereka pasangan yang sedang bertengkar.    Alexis si angkuh mematung dari langkahnya, kemudian berbalik dan berkata, "kamu pikir saya senang satu kamar dengan wanita yang tidur hanya dengan lingeri tipisnya? Kamu pikir itu seksi? Itu sangat menjijikkan." Alexis cukup memelankan suaranya, namun para tamu yang sudah niat mendengarkan tetap saja mendengar dengan jelas setiap kata-katanya yang menusuk tajam.     Mereka saling menarik tatapan garang kemudian berbalik badan secara bersamaan. Dan segera pergi dari tatapan keramain saksi pertengkaran mereka.    Sepertinya mereka lupa bahwa akan bertemu pada satu lift, tentu saja akan memasuki lift yang sama sebab mereka bersebelahan kamar, 32 dan 33. Datang dari arah yang berbeda kemudian memasuki lift yang sama tanpa ada yang mau mengalah atau memang terlambat menyadari hingga tak ingin mengalah.    Bersikeras tidak saling bicara, melirik, apalagi menatap. Tidak. Jangan berharap mereka saling tatap di scene ini apalagi berharap mereka saling dekat karena hanya berdua di dalam lift.    Pintu lift membuka. Kedua orang yang tak mau saling mengalah itu tersangkut di pintu lift  yang belum membuka sepenuhnya. Ayana menabrak lengan Alexis ketika berjalan mendahuluinya.    Sampai di pintu kamar 32 dan 33, pintu yang tak berdosa itu dibanting dengan begitu kerasnya hingga mengejutkan tamu yang ada di kamar berhadapan dengan kamar mereka.    Keduanya kemudian sama-sama saling membuka kembali pintu kamar demi untuk mrneriaki umpatan masing-masing.    "Dasar alien...!"   "Dasar sinting!"    Alex dan Aya mulai hari ini adalah dua orang yang saling membenci dan bermusuhan meski kamar mereka bersebelahan.      ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD