Pertemuan pertama

2511 Words
setelah Anggun mendapatkan uang dari hasil catering nya, Dia memutuskan untuk membeli obat-obatan untuk ibunya. Saat ini Anggun sedang berada di sebuah apotek yang tidak jauh dari rumah nya, Anggun membeli vitamin dan juga obat yang sering di minum oleh ibu nya. Ibu Anggun sedang meminum berbagai macam obat-obatan yang didapatnya dari Dokter "Maaf mbak, kalau obat xx ada yang dosis rendah dan dosis tinggi, biasanya memakai dosis yang mana? Sudah berapa lama obat ini di minum mbak" apoteker itu menanyakannya kepada Anggun setelah Anggun menyerahkan bungkus obat yang biasa diminum ibunya "Maaf ya mbak,kalau boleh tau ini obat buat apa? Ibu saya meminumnya sudah 4 bulan lamanya" Anggun memegang bungkus obat yang ada di atas etalase "Ini untuk menghilangkan rasa sakit mbak, kebanyakan yang memakai obat ini,orang yang mengidap penyakit kanker atau tumor" apoteker menjelaskan kegunaan obat yang akan di beli Anggun "Apa,Ibu saya meminum ini bukan karena sedang sakit kanker atau tumor kan Mbak" air mata Anggun membasahi pipinya, penyakit yang sama sekali tidak dia tau bersarang di tubuh ibunya "Saya sarankan jangan sampai mengkonsumsi obat ini dalam jangka waktu panjang,ini hanya menghilangkan rasa sakitnya bukan untuk menyembuhkan" apoteker itu memberikan dosis yang rendah karena Anggun baru mendapat pesan dari caca dosis obat yang diminum ibunya "Terimakasih mbak, boleh saya tanya, makanan apa yang tidak boleh dimakan ibu saya,maaf mbak saya tidak punya uang untuk konsultasi ke dokter" Anggun berharap apoteker itu mau memberikan sedikit ilmunya untuk merawat ibunya "Mbak bisa memberikan makanan yang sedikit saja mengandung minyak,buah buahan,dan usahakan untuk mengurangi gula" apoteker itu tersenyum ramah pada Anggun "Terimakasih mbak" Anggun berjalan dengan lemas meninggalkan apotek menggunakan sepeda motor nya "Ibu kenapa diam saja, Anggun akan melakukan apa saja untuk kesehatan ibu" Anggun mengendarai sepeda motornya menuju pasar untuk membelikan sayuran segar dan buah buahan untuk ibu nya. Anggun akan melakukan apa saja untuk ibu nya,rasa sayang Anggun pada keluarganya memang tidak bisa dinilai dengan apapun. Pikirannya terus memikirkan penyakit apa yang telah membuat ibu nya sampai harus meminum obat yang di belinya tadi meskipun tadi apoteker sudah mengatakan obat itu untuk orang yang mengidap kanker atau tumor "Kenapa diam saja kalau sakit, Anggun akan melakukan apapun untuk ibu" Anggun terus mengulangi kata-kata itu, seperti menyesali sikap ibunya yang hanya diam saja,tidak memberitahukan kepada mereka tentang sakit apa yang di deritanya selama ini Air mata Anggun tak berhenti membasahi pipi cantiknya, jika mengingat obat yang di belinya tadi. Saat Anggun menuju jalan pulang ke rumahnya,ada penjual es dawet yang sangat di gemari oleh kedua adiknya Caca dan Oki "Pasti mereka senang dibelikan ini, aku belikan dulu untuk dua adik kesayangan aku" Anggun berhenti untuk membeli es dawet "Mas bungkus 2, satu minum di sini seperti biasa ya mas harus manis" Anggun tersenyum mengusili penjual es dawet langganan nya "Nanti kamu tambah manis loh" tawa penjual es dawet, sambil menyiapkan pesanan Anggun. Duduk di kursi yang disiapkan oleh penjual es dawet membuat Anggun termenung kembali. tak lama ada sebuah mobil tepat berhenti di depan penjual es dawet. Gino dan Rangga pun turun dari mobil "Masih ada es dawet ini ya,ini kesukaan aku" Rangga turun dengan semangat menggunakan kaca mata hitam nya sedangkan Gino harus menepikan mobilnya agar Rangga bisa menikmati es dawet kesukaan nya itu tanpa harus mengganggu pengguna jalan lainnya "Mas,minum sini dua ya" Rangga sangat senang sekali bisa menikmati jajanan sd nya dulu, itu seolah mengobati rasa rindu kepada papanya "Baik mas, silakan duduk dulu" penjual es dawet pun mengantarkan es dawet Anggun terlebih dahulu "Ini loh mbak, jangan melamun terus nanti tambah cantiknya" penjual es membuat Anggun tertawa, sifat ramahnya Anggun membuat siapa saja akan mudah kompak dengan nya Gino duduk di samping Anggun, sekilas matanya membaca nama catering Yuni yang tertera di sepeda motornya Anggun "Mas, ini motor siapa ya" Gino seperti mendapatkan harta Karun, karena nenek kesayangan nya sangat ingin menikmati catering Yuni "Itu gadis cantik yang di samping mas" penjual es dawet memberikan es milik Rangga dan Gino "Maaf mbak,ini catering nya mbak ya" Gino menyeruput es dawet nya sedangkan Rangga tidak mengacuhkan pembicaraan Gino dan Anggun "Iya mas, itu catering milik ibu saya" Anggun tersenyum pada Gino "Maaf mbak,bisa pesan makanan untuk acara nenek saya" Gino berharap agar Anggun mau menerima permintaan nya "Bisa dong mas, untuk kapan" Anggun sangat bahagia sekali rasanya mendapatkan rezeki lagi "2 hari lagi,nenek saya katanya sering makan catering ini,dia makan dimana ya sampai tidak mau mengganti catering yang lain" Gino memiliki nenek yang menyukai makanan rumahan ketimbang makan di restoran mewah "saya sering mengatur catering juga ke perusahaan-perusahaan di jalan xx, mungkin nenek nenek mas pernah merasakannya.Kalua saya boleh tau untuk berapa orang mas" Anggun mengeluarkan pena dan kertas dari tas nya untuk mencetak pesanan Gino "Buat 50 kotak saja, kata keluarga aku sering catering ini tiap minggu" Gino takut salah pesan makanan apalagi jika sampai bukan itu catering nya "Emmmmmmm,,, saya sering masak untuk perusahaan EBA mas, tiap Minggu pasti pesan makanan saya" Anggun mengeluarkan kartu nama catering nya "Iya ini dia" Gino menyenggolnya Rangga,yang tidak sama sekali terlibat dengan pembicaraan mereka berdua "Pesan saja" Rangga tidak memperhatikan Anggun sama sekali, begitupun Anggun yang cuek saja pada Rangga akhirnya Gino dan Anggun sepakat untuk kerjasama mereka berdua, Anggun tampak bahagia sekali.Gino memberikan uang muka agar Anggun bisa belanja bahan untuk makanannya "Aku dp 1 juta ya" Gino mengeluarkan uang cash nya dan memberikannya pada Anggun "Terimakasih mas, saya terima uangnya ya, ini kwitansinya,Oh ya Mas boleh catat nomor hp nya disini agar saya gampang nyari tempatnya kalau sudah sampai" Anggun merobekan kertas itu dan memberikannya pada Gino "Untung ketemu di sini" Gino sangat lega akhirnya selesai sudah urusan catering makanan untuk neneknya, kemudian dia memberikan no hp nya pada Anggun "Berapa semuanya" tanya Rangga setelah puas menikmati es dawet kesukaan nya "20 mas" jawab penjual es dawet "Sekalian sama punya mbak ini" Gino menikmati es dawet nya setelah memesan makanan untuk neneknya "Jadi 50 mas, mbak nya bungkus 2" penjual es dawet menyerahkan bungkusan nya pada Anggun "Nggak usah mas, aku ada uangnya kok" Anggun mengeluarkan uang 30 ribu, tapi Rangga sudah membayar semuanya tanpa banyak bicara, baginya uang 30.000 tidak terlalu banyak "Mas ini uangnya" Anggun memberikan uang nya pada Rangga, setelah Rangga menerima nya,dia meletakkan nya di atas meja dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Anggun "Udah mbak,jangan nolak rezeki" Gino pergi pamit pada Anggun dan masuk kedalam mobil meninggalkan Anggun yang tampak bingung "Orang kaya kenapa sombongnya kebangetan ya,semoga saja nanti kalau aku menikah tidak menemui suami yang sombong seperti dia" Anggun mengambil lagi uangnya, kemudian meninggalkan penjual es dawet Gino yang mengendarai mobil bertanya pada Rangga apa saja syarat yang diajukan Niko padanya, karena dia belum sempat menanyakannya "Om Niko memberikan 2 syarat, untuk mengambil alih perusahaan papa. aku akan diberikan anak perusahaan dan harus mengembangkan nya sendiri sampai perusahaan itu berkembang, yang kedua aku harus menikah dan punya anak, gila juga ya dia, segitunya tidak mau menyerahkan perusahaan papa" Rangga kembali meradang jika mengingat perjanjian itu lagi, perjanjian gila bahkan sangat gila menurutnya. "mungkin ini cara agar Rangga bisa menghormati tante Jeslin, aku yakin om Niko tidak akan sembarangan mengambil keputusan" Gino bergumam dalam hati nya "ya Bagus dong, kamu tinggal bawa saja pacar kamu" Gino yakin Rangga memiliki wanita yang dicintainya "Aku tidak pernah kepikiran memiliki wanita selama aku mengejar mimpi ku" Rangga pria yang sangat memiliki sikap dingin dan tidak banyak bicara.Rangga hanya menjalin komunikasi yang baik dengan orang dipercaya nya seperti Gino. Gino mengendarai mobilnya membawa Rangga untuk menjemput Jelita adik tirinya di sekolah ternama di kotanya "mau ngapain Kita ke sini" rangga tampak bingung ketika Gino berhenti tepat di sekolah SMA xx "aku mau jemput Jelita, dia pulang sebentar lagi" Gino sibuk memperhatikan gerbang sekolah untuk menunggu jelita keluar dari sekolahnya "terserah kamu saja" Rangga sama sekali tidak mau tahu apa yang akan dilakukan Gino tak berapa lama bel sekolah berbunyi menandakan jika waktu pelajaran telah selesai, tapi kelas Jelita ada tambahan pelajaran melukis. Jelita berjalan dengan cepat karena dia selalu diganggu oleh teman-teman sekelasnya. "kapan mereka akan berhenti menggangguku, memang aku sejelek itu ya" jelita tampak mencari-cari di mana mobil Gino berada. Gino melambaikan tangannya sebagai pertanda kepada jelita kalau sudah datang menjemput nya "pasti dia di bully lagi" Gino yakin karena wajah Jelita sangat murung.Gino membukakan pintu mobil, Jelita langsung masuk dan menangis lagi "mereka masih membully kamu" Gino sangat kesal rasanya melihat Jelita yang menangis, sedangkan Rangga tidak memperdulikannya "mama bilang Jeli punya mas, tapi dimana dia coba, Jeli mau dibela di depan mereka semua" jelita menangis sambil berteriak meluapkan emosi nya "sayang,kamu tidak melawan mereka, sehingga itu sangat membuat mereka senang" Gino menenangkan jelita yang bersedih "mas Rangga dimana,jeli mau dibela juga sama mas, Jeli takut mas" jelita tidak sadar akan kehadiran Rangga di dalam mobil, Gino terenyuh mendengarnya sementara Rangga masih diam saja seolah olah bukan namanya yang disebut jelita "kan ada mas Gino dek" Gino tidak mau Sampai Rangga membenci jelita karena menyebut namanya "kata mama mas Rangga sudah di sini, tapi kenapa dia tidak ke rumah,kan Jeli mau tunjukkan kalau jeli ada saudara laki laki yang bisa lindungi jeli" jelita tertunduk sedih, mata Rangga melihat jelita dari spion kaca mobil Rangga tidak benci kepada Jelita karena dia tidak bersalah sama sekali. ada rasa bahagia dalam hatinya dia memiliki adik perempuan "nama kamu siapa" tanya Rangga tanpa membalikan badannya seperti Gino "Jelita Camelia Malik" jelita tidak mau juga menatap wajah Rangga "kalau mas kamu ada, apa yang akan kamu lakukan" Rangga angkat bicara melihat Jelita menangis dia sangat marah apalagi jika dia di bully sampai menangis " Jeli mau bawa dia kedalam, untuk ancam anak anak nakal yang suka robekan Tugas rumah yang susah payah Jeli kerjakan,bekal makanan jeli juga sering di makan sama mereka, Jeli benci mereka" teriak jelita yang membuat Rangga semakin emosi "turun" Rangga membuka pintu mobilnya dan membuka pintu mobil Jelita "mau ngapaen" Jelita melihat Rangga dengan mata kesal nya "tunjukkan mata mengancam mu itu pada mereka,jangan kepada saya" Rangga menarik tangan jelita untuk turun "Jeli nggak mau, mas Rangga dimana tolong Jeli" Jelita berteriak memanggil nama pria yang ada dihadapan nya "Saya Rangga Hamid" akhirnya Rangga menyebutkan nama lengkapnya "pasti bohong,mas Gino juga suka bawa temannya untuk ngaku ngaku sebagai mas Rangga" jelita tidak mau percaya pada Rangga "tapi saya memang Rangga,anak dari nyonya Jeslin Camelia Malik dan papa Erik Hamid,saya baru pulang dari negara SG,Rangga membujuk jelita agar mau turun dan menunjukan mana orang yang membully nya "mas Gino,ini benar mas Rangga?" Jelita meminta jawaban pada Gino "ya dek,itu mas Rangga yang tinggal di SG,baru balik kemarin" Gino tersenyum pada Rangga, yang masih bersikap dingin pada jelita. "mas Rangga, kenapa baru kembali. Jeli mau di sayang sama mas Rangga" jelita menangis dipelukan Rangga "jangan peluk saya, tunjukkan dulu mana orang yang membully kamu" Rangga menarik tangan Jelita dan Gino mengikutinya dari belakang "Jeli, nggak takut lagi kalau ada mas Rangga" jelita dan Rangga bergandengan tangan memasuki halaman sekolah. Rangga tersenyum tipis mendengar Jelita berlindung kepada-nya Gino diam diam melakukan vc kepada Jeslin untuk melihat keakraban Rangga dan jelita. Gino memakai earphone kecil nya "itu benaran Rangga" Jeslin sangat bahagia sekali melihatnya kedua anaknya sedang bergandengan tangan "iya" bisik Gino, agar Rangga tidak mendengar dia menelfon Jeslin "terimakasih ya nak" Jeslin menangis bahagia melihat anak nya bisa berjalan bersama sama. Gino memutuskan sambungan telefon nya karena Rangga membawa Jelita ke ruang kepala sekolah "mas bukan di sini" jelita menarik tangan Rangga dan menunjukkan kelasnya "sudah ikut saja" Rangga masuk kedalam ruang kepala sekolah setelah di izinkan masuk ke dalam, Jelita bersembunyi di belakang Rangga dan Gino "Selamat siang buk, maaf mengganggu waktunya, boleh saya bicara sebentar mengenai pembullyan pada adik saya?" Rangga dan Gino masih berdiri di depan pintu kepala sekolah yang bertulisan nama Sukmawati S.Pd "silahkan masuk pak, dan silahkan duduk" Lisa kepala sekolah yang masih sangat muda sekitar 25 tahun,usia nya tidak menjadi acuan sehingga dia bisa menjadi kepala sekolah yang disegani kepala sekolah karena sikap tegas, disiplin dan dia banyak membuat terobosan untuk sekolah. "maaf kalau saya boleh tau, pembullyan apa yang dialami oleh jelita" Lisa membaca nama jelita di baju sekolah nya, sedangkan Jelita bersembunyi di badan Rangga, takut gurunya tidak percaya "begini buk,selama ini adik saya selalu mendapat bully dari teman sekelasnya,ini sangat mempengaruhi mental adik saya,dia setiap hari takut ke sekolah karena selalu di bully, bukankah itu sudah kelewatan, pembullyan yang bisa membuat adik saya tidak bisa melawan mereka" Gino tersulut emosi, Rangga memeluk jelita, tampak dari wajah adik nya dia sangat ketakutan untuk bicara tentang perbuatan teman sekelasnya "kenapa kamu tidak melaporkan kepada wali kelas atau langsung ke ibu nak" Lisa tampak kecewa dengan perlakuan anak didiknya "bagaimana dia bisa melaporkan tindak pembullyan,jika dia selalu diancam atau mungkin perbuatan mereka semakin memberikan dampak buruk kepadanya" Rangga akhirnya buka mulut, terlihat kemarahan dari matanya "kamu kelas berapa nak" tanya Lisa lembut "aku kelas 2A buk,wali kelas pak Haris" Jelita langsung menyebutkan nama wali kelasnya "tapi dari jadwal pelajaran kamu,ini belum jam pulang sekolah jelita" Lisa tampak marah jika ada murid yang membolos "memang belum, bagaimana Jelita bisa belajar,lihat buk apa yang mereka lakukan" jelita membuka tas nya dan banyak sampah makanan di dalam tas Jelita, sehingga buku pelajaran nya semua kotor bahkan kanvas putihnya untuk lomba melukis nanti sudah tidak bisa digunakan "bisa anda selesaikan ini ibu kepala sekolah? tugas rumah adik saya juga mereka robek,bekal makanan adik saya juga di isi pasir, tempat ini sekolah atau terminal? anda diam saja adik saya diperlakukan seperti itu" Rangga berteriak kepada Lisa, perbuatan mereka sudah sangat arogan. "saya akan menindak tegas mereka pak, kita ke kelas jelita sekarang" Lisa memeluk Jelita yang menangis ketakutan membayangkan bagaimana akan menghadapi mereka besok harinya "kelewatan" Gino geram sekali ingin rasanya menghajar wajah para orang yang membully jelita Lisa, Rangga, Gino dan jelita masuk ke dalam kelas 2a,semuanya menunduk takut melihat wajah kepala sekolah yang sedang marah "siapa saja yang membully jelita,kalian semua maju ke depan" teriak Lisa yang membuat murid tertunduk takut "saya hitung sampai 3, lihatlah kalau tidak ada yang maju, kalian semua akan saya do dari sekolah ini,sayang tidak mau ada bibit preman di sekolah ini" Lisa menatap tajam anak murid yang berjumlah 30 orang "sebutkan nama mereka jelita" Rangga melihat satu persatu wajah teman sekelas jelita "takut mas" jelita yakin besok akan di bully lagi oleh temannya "kamu akan mas pindahkan ke sekolah Yz, sekolah mas dulu sangat bagus dan berkompeten ,kamu bisa melukis sesuka hati mu, kita beri mereka pelajaran dulu" Rangga berbisik pada Jelita "semuanya mas" jawab Elisa bersembunyi di badan Rangga. "kalian semua keluar dari kelas ini,lari di lapangan basket 5 kali,setelah itu kalian berdiri di lapangan sampai saya datang memberikan surat skorsing buat kalian semua" semua murid sudah keluar untuk berlari mengelilingi lapangan "dimana meja kamu" tanya Rangga "di sini mas" jelita menunjuk meja yang di depannya, Rangga sangat kesal melihat meja dan kursi Jelita sangat kotor,bahkan di laci mejanya ada banyak sampah kertas "keterlaluan,ini sekolah atau terminal" Rangga menendang meja itu hingga terjatuh, Lisa sangat terkejut melihat bagaimana Rangga marah tau adiknya diperlakukan buruk "maaf pak,saya akan memberikan hukuman yang pantas buat mereka" Lisa tertunduk malu,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD