Cinta Pertama Sang Ceo

1.PERTEMUAN PERTAMA

Setelah sampai di dekat Rumah Sela, di dalam mobil Sela menunjuk 1 Rumah dari dalam Mobil.

“Vit, yang itu Rumah Ridwan, cat rumah warna hijau.“

“Beneran yang itu Rumahnya Sel, itu Rumah apa Hotel gede amat.“ sahut Vita.

“Ia bener Rumah Vit, Loe tu ada – ada aja,“ kata Sela.

“Loe masuk kerja Hari apa Vit?“

“Hari Senin Sel, besok Loe ajak Gue jalan- jalan keliling Kampung ya, biar Gue tau Daerah sini.“

“Ok, besok Pagi kita jalan – jalan, lagian Loe belum liat mess Loe kan?“

“Kalo untuk mess kata HRD Gue harus lapor ke Kantor dulu besok, setelah itu baru di kasih tau yang mana untuk di tempati.“ jelas vita.

Setelah melewati Rumah Ridwan akhirnya mereka sampai di Rumah Sela, Di depan pintu sudah ada Ibu dan bapak Sela yang menunggu kedatangan mereka

Sela dan Vita pun turun dari Mobil dan berjalan menuju Kedua Orang Tua Sela,

“Gimana nak Vita apa Perjalannya melelahkan ?” sahut Ibu Tika.

“Enggak kok Bu, ini perjalanan yang seru, Aku baru kali ini naik Kapal Penumpang dan melihat Kampung ini yang begitu bagus Pemandangannya.“ balas Vita.

Ibu Tika adalah Ibu nya Sela yang berusia 48 Tahun, Beliau sudah lama membuka Klinik Bersalin di Kampung ini dan hanya Satu-Satunya yang ada di Kampung ini, kecuali Puskesmas Desa.

Sedangkan Ayah Sela berjabat Kepala Desa semenjak 2 Tahun yang lalu, Ayahnya berumur 50 Tahun dan Sela adalah Anak semata wayang di Keluarga ini, Jadi wajar saja jika Sela selalu di manja oleh Orang Tuanya.

Sela mengajak masuk Vita ke dalam Rumah, Ibu Tika sudah menyajikan berbagai macam masakan untuk Vita.

Vita berkata di dalam hati nya “Ya ampun enak sekali melihat Keluarga ini sangat nyaman di liat oleh Mata,“ bagaimana tidak Vita yang tumbuh dari Keluarga yang sederhana,

Jika menginginkan sesuatu pasti harus usaha sendiri untuk memilikinya Dan Keluarga yang tidak lengkap karna Orang Tua Vita sudah berpisah sejak ia Usia 13 Tahun, karna Bapak Vita melakukan KDRT kepada Ibu Vita.

Vita merupakan Anak Pertama dari 3 Bersaudara,Vita memiliki 2 Adik Laki - Laki yaitu Tito dan Andres, semenjak Ayah dan Ibu nya berpisah Vita selalu jadi tulang punggung keluarganya, bahkan tak jarang saat Sekolah ia Berjualan Makanan untuk membantu Ibunya menghidupi Adik – Adiknya, saat itu Vita selalu berfikir untuk membahagiakan Ibu dan Adik- Adiknya.

“Vit kok ngelamum aja sih, ayok kita makan dulu, habis itu Loe istirahat di kamar Gue aja.“ ucap Sela.

“Oh ia, Gue juga lapar.“ sahut Vita.

Keesokan harinya Vita di temani Sela berangkat ke Kantor Vita, untuk melapor kedatangan Vita.

pada saat Melintasi depan Rumah Ridwan,Vita melihat Ridwan dari atas Motor Sela.

“Sel, bukan nya itu Ridwan ya?“ ucap Vita.

“Ia bener itu Ridwan, Ganteng ya!, sayang dingin banget orang nya, dia itu jarang bergaul kalo disini Vit, main atau keluar cuman sama Keluarganya aja, sama Pemuda – Pemuda sini gak ada yang dekat sama dia,“ jelas Sela.

“Oh gitu, beda banget ya waktu Gue Satu Sekolah sama dia, orangnya baik enak juga di ajak bicara, gak yang seperti Loe jelasin tadi Sel.” ucap Vita.

“Nanti Loe di kantor ketemu sama siapa Vit?”

“Kata Orang Pusat Gue harus cari Pak Agus Sel,Gue juga gak kenal Pak Agus yang mana orang nya.“

“Apaaaaa! pak Agus, ihh serem,“ Dangan wajah sedikit terkejut.

“Loh kok serem, memang nya Pak Agus Setan Sel?“ jawab Vita Polos

“Loe tu ada – ada aja kalo ngomong.“

“Ehh berarti Loe kenal dong sama Pak Agus ?”

“Ia kenal lah Gue, gak mungkin gak kenal, Satu Kampung juga kenal dia, siapa yang gak kenal dia, dia itu judes orangnya Vit, Loe harus hati – hati kalo udah masuk Kerja besok, pasti dia sering ngomelin Loe nanti.”

Pak Agus adalah Karyawan HRD dari Perusahaan Vita bekerja, dikenal judes dan cerewet, Karyawan yang lain juga sangat tidak senang dengannya. Sesampainya mereka di kantor, Sela memilih duduk di Ruang Tunggu, Vita langsung menuju Resepsionis,

“Selamat siang Mbak saya Vita Karyawan baru, ingin bertemu dengan Pak Agus, apakah Pak Agus ada di kantor?“ ucap Vita kepada Resepsionis,

“Sebentar ya saya kabarin Pak Agus dulu, Mbak silahkan duduk dulu ya.“ ucap Resepsionis.

Resepsionis pun, berjalan menuju Ruangan Pak Agus, sampai di ruangan Pak Agus Resepsionis pun menyampaikan kedatangan Vita

“Pagi Pak Agus, ada Mbak Vita mau bertemu Bapak,“ info Resepsionis.

“Pagi, suruh dia masuk saja, saya kira dia datang kemaren untuk melaporkan kedatangannya, kenapa baru pagi ini dia datang, dasar Pemalas!“ Celoteh Pak Agus.

“baik Pak akan saya sampaikan ke Mbak Vita nya.“ Sahut Resepsionis.

Tak lama Vita melihat- lihat Kantor barunya, Resepsionis pun datang untuk menyuruh Vita masuk ke Ruangan Pak Agus.

“Mbak Vita silahkan masuk ke Ruangan Pak Agus sudah ditunggu, mari saya antar,” ucap Resepsionis.

“Baik Mbak, sudah lama kerja di sini Mbak? saya dengar Pak Agus orang nya cerewet ya Mbak?” Tanya Vita.

“Sudah 3 Tahun Mbak saya Kerja disini, memang cerewet Mbak tapi sebenarnya baik kok, hehe Mbak takut ya?, bawa santai aja Mbak, nah ini Ruangan Pak Agus, saya antar sampai sini ya Mbak, saya pamit dulu.“ penjelasan Resepsionis.

“Baik Mbak terimakasih ya.“ sahut Vita.

Tok Tok Tok, pintu diketuk oleh Vita, terdengar suara dari dalam

“ Ia masuk saja,“ Sahut Pak Agus, Dalam hati Vita sudah menduga – duga bagaimana sebenarnya sifat Pak Agus

“Permisi, perkenalkan Saya Vita Saraswati.“ Ucap Vita, belum selesai Vita melanjutkan perkataannya, tapi Pak Agus sudah memotong nya.

“Ia Saya sudah tau, kenapa Kamu baru datang hari ini?, kenapa tidak kemaren Sore?“ sahut Pak Agus.

“Maaf Pak Saya kira Kantor tutup karna Saya sampai Hari Minggu Sore, jadi Saya beristirahat di Rumah Sahabat Saya kemaren.“ jelas Vita.

“Kamu dengar ya! di sini Perkebunan bukan Kantor Pusat, jadi walaupun Hari Libur kalo Kamu ada urusan mendesak Kamu harus masuk, termasuk Saya juga dan Kamu tau disini tidak ada Villa, Hotel dan Penginapan, setiap Karyawan baru, yang baru datang walaupun Hari Libur tetap Hari itu juga melapor kedatangannya, kalo tidak mau tidur dimana dia, paham Kamu!“ jelas Pak Agus panjang lebar.

Dalam hati Vita benar-benar orang ini sangat mengerikan, bagaimana tidak baru datang saja sudah di omelin, ”Huff ! sangat