Part 02

1036 Words
Kepala Kila terasa menabrak sesuatu. Gadis itu memegangi kepala nya dengan tatapan tajam, dia mendongak. Raut wajahnya yang tadi nya kesal seketika berubah menjadi sumringah melihat wajah tampan laki-laki yang ada di hadapannya. Mata mereka saling bertemu. "Ekhemm" Dania berdeham membuat mereka berdua buyar. "Maaf ya, gue nggak sengaja." Kila merasa konyol! Dia baru pertama kali merasakan jantung nya berdegup kencang. Tatapan laki-laki itu terasa nyaman bagi Kila. Mungkin kah dia jatuh cinta pandangan pertama? "Nggakpapa." ucap laki-laki itu kemudian berlalu begitu saja. Kila menarik Dania untuk menuju ke suatu tempat. "Apaan sih lo narik-narik gue." protes Dania. "Pokoknya ikutin aja!" Kila baru melepaskan genggaman tangannya setelah sampai di depan pintu kamar mandi. Suasana di sekitarnya sepi dan tidak ada satu orangpun selain mereka berdua. "Kyaaaa! Tadi jantung gue deg-deg an. Na... gue suka sama cowok tadi. Dia murid baru kelas 11 Ipa kan? Mukanya itu teduh dan nyaman saat gue pandang da .... Aduh! Kenapa lo jitak gue!" Dongkol Kila setelah keningnya dipukul oleh Dania. "Kaya orang gila lo jadinya terpaksa gue jitak biar lo sadar," jawab Dania dengan enteng. "Nih liat! Jidat gue merah." kesal Sasa. Telapak tangannya terkepal erat. Dania mesem tak berdosa. "Maaf, nanti gue obatin" "Oh ya, cowok yang tadi tabrakan sama lo namanya Abian. Dia udah punya pacar dan sebentar lagi akan tunangan," jelas Dania. Kila melongo sampai-sampai mulutnya menganga. "A-apa? Dia udah punya cewek?" bagaikan disinetron, Kila tersungkur. Air matanya mengalir, telapak tangannya menutupi mulutnya. "Ku menangis... membayangkan betapa kejamnya dirimu pada diriku... si Abian ternyata sudah punya cewek, tapi si kilut udah terlanjur suka~~" Dania bersenandung meledek Kila yang sedang menangis dramatis. Namun tiba-tiba.... "Adu-duh!" pekik Dania ketika daun telinganya serasa ditarik oleh seseorang. Dania menoleh ternyata Pak Aji lah yang sedang menjewernya. Kila tertawa melihat ekspresi Dania yang gecul. "Korban sinetron! Kalian berdua ngapain di sini, hah?! Cepet masuk ke kelas masing-masing SEKARANG!"bentak Pak Aji menggelegar membuat Kila bangkit, sedangkan Dania berlari setelah Pak Aji melepaskan jewerannya. "Gilak! Itu Pak Aji waktu kecilnya dikasih asupan apa ya suaranya gede banget," kata Kila sambil berlari di samping Dania. "Mungkin dikasih makan speker waktu kecil." ****** Saat Kila dan Dania berjalan menuju kantin, kedua mata Kila tiba-tiba terpusat pada seorang laki-laki perawakan tinggi. Siapa lagi kalau bukan Abian, cowok yang membuat Kila merasa takjub. "Dia lewat tuh! Aduh gue deg-degan. Gue udah cantik belum? Semuanya udah sempurna kan?" kata Kila menggebu-gebu ketika Abian akan melintas di dekatnya. "Iya. Udah cantik. Sadar dia udah punya cewek woy," jawab Dania dengan malas. "Bodoamat! Yang penting ceweknya nggak ada di sini." acuh Kila. 1 langkah... 2 langkah... 3 langkah... Akhirnya Abian melintas tepat di depan Kila. Walaupun dari sisi samping, aura ketampanan Abian tetap saja bersinar. "Kila..." panggil seseorang. Kila tidak mendengar karena dirinya fokus memperhatikan Abian. Sampai akhirnya seseorang menyentuh pundaknya membuat gadis itu refleks menoleh. "Lo?" pandangan Kila bertanya-tanya melihat Naufal sedang berada di belakangnya sekarang. "Ikut gue. Sekarang udah waktunya belajar." tanpa ba-bi-bu, Naufal menarik lengan Kila membuat semua mata berpusat pada mereka berdua. Tak percaya bahwa Naufal yang selama ini tidak pernah dekat dengan Kila, sekarang malah kebalikannya. Entah apa yang merasuki Naufal sampai mau menjadi guru privat Kila. *FlashBack ON* Mendengar namanya disebut oleh Dania, Naufal berusaha untuk acuh. Dia tahu bahwa 2 anak perempuan itu suka berbuat ulah di sekolah. Setelah Dania dan Kila sudah pergi tidak kelihatan lagi, Bu Lauren tiba-tiba datang membuat seisi kelas merasa heran. "Maaf bu. Bukannya ini pelajarannya Bu Jihan?" tanya murid cewek berambut bob yang duduk dibarisan paling depan. "Iya, saya tau. Ibu kesini buat ketemu Naufal" ucap Bu Lauren dengan tegas. "Ada apa, Bu?" tanya Naufal setelah berdiri dari duduknya. "Kita bicara di luar." perintah Bu Lauren. Naufal menurut. "Ada apa, Bu?" Naufal mengulang pertanyaannya setelah mereka berdua berada di depan kelas. Para murid yang penasaran menyembulkan kepalanya di jendela, berusaha untuk mendengar pembicaraan antara Naufal dan Bu Lauren. "Kamu jadi guru privatnya Kila." jawab Bu Lauren. Naufal terbelalak. "Ntar kamu dibayar. Tenang aja," Bu Lauren menepuk sekali pundak Naufal, kemudian pergi ke kelas 10 untuk mengajar. "Yaah... saya enggak mau, Bu." lirih Naufal sembari memandang Bu Lauren yang berlalu. Ddrrrttt Drrrttt Merasa ponselnya bergetar, Naufal merogoh sakunya. Tertera nama kakaknya, Hani. Naufal segera membuka isi pesan tersebut. Pulang sekolah lo ke rumah sakit soalnya ayah penyakit jantungnya kambuh lagi Setelah melihat pesan itu, Naufal sadar. Ada baiknya dia menjadi guru privat Kila karena bayaranya bisa membantu biaya rumah sakit ayahnya sekaligus biaya sekolahnya. *FlashBack Off* "Hot news guys! Sebarin ke semua murid" bisik Lovi yang merupakan biang rumpi se SMA Sebum. "Ashiiaap" Lusi menatap heran Lovi yang berada tepat di belakangnya. "Hot news apa, Vi?" Lovi menengok. "Si Naufal jadi guru privatnya Kila!" jawabnya dengan heboh. "Guru privat?" Lusi terkejut bukan main. "Iyaa" ***** Sudah hampir 1 jam Naufal menjelaskan materi panjang lebar membuat Kila ingin sekali tidur. "Lo dari tadi dengerin gue nggak sih?" Naufal jengkel. Sudah lejar mulutnya menjelaskan, tapi Kila seolah-olah acuh kepadanya. "Iya iya. Gue dengerin lo kok," jawab Kila dengan ayal. "Coba lo kerjain soal ini." titah Naufal. "Eh kok tiba-tiba ngerjain soal? Kan materinya belum dijelasin sama sekali." tolak Kila. "Tadi kan gue udah jelasin." "Iya gue tau, tapi suara lo lirih nggak kedengeran." enteng Kila sembari melipatkan tangannya didada. "Tadi katanya lo udah dengerin gue." Naufal menahan kata-kata u*****n agar tidak keluar dari mulutnya. "Iya dengerin, tapi kan suara lo pelan jadinya pelajaran yang lo jelasin dari tadi nggak masuk ke otak gue!" jawab Kila merasa tak berdosa. Jelas-jelas suara Naufal keras sekaligus berat. Naufal bangkit, menggebrakan meja. "Budeg!" Kila memicingkan mata, kesal. "Minus!" "Budeg!!" "Minus! "Budeg!" "Minus!" Naufal menaikan kacamata bulat yang sudah turun dari kedua matanya, dia menatap jengah gadis yang ada di depannya ini. "Pengin tak... Hihh!" Naufal gemas. Gemas untuk memukul gadis yang ada di hadapannya ini. "Cieee... cieee... tatap-tatapan kaya gitu," sorak murid perempuan yang baru saja melintas di dekat mereka. Baik Kila maupun Naufal, kedua netra mereka menatap gadis yang bersorak tadi. Dengan tatapan jengkel. Murid perempuan itu terhenti. Giginya berderetan sembari mengusap lehernya yang tak gatal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD