1

1577 Words
Sebuah mobil berhenti di tepi tebing bebatuan. Seorang pria keluar dari mobil itu dengan wajah dingin, kemudian pria itu membuka pintu penumpang dan menarik paksa seorang wanita keluar dari sana. Suara deburan ombak yang menyapu tebing menyambut mereka. "Kenapa kau membawaku ke sini?!" Wanita yang mengenakan dress bermotif bunga menatap pria berpakaian rapi di depannya dengan tajam. Matanya yang berair menunjukan bahwa ia tengah menahan tangis. Tangan wanita itu mengepal, menandakan bahwa amarah tengah menguasainya saat ini. "Karena kau sudah mengetahui tentangku dan Briella, maka kau harus mati." Pria itu menjawab dengan nada dingin yang menusuk. Mata sang wanita melebar. Menatap tak percaya pria di depannya yang tak lain adalah suaminya. "Setelah menyelingkuhiku, sekarang kau ingin membunuhku?! Kau benar-benar kejam, Calvin!" Pria yang bernama Calvin itu tak peduli dengan makian istrinya. "Tidakkah seharusnya kalian bersujud meminta maaf padaku setelah mengkhianatiku!" seru wanita itu lagi. Calvin mendengus sinis. "Meminta maaf?" Tatapan mata Calvin tampak mencemooh istrinya. "Kaulah yang harusnya meminta maaf, Aletta! Kau yang sudah merusak kebahagiaanku dan Briella. Karena statusmu sebagai putri sulung keluarga Evangellyn maka aku harus menikahimu meski aku sangat enggan. Aku sudah cukup baik membiarkan kau hidup sampai hari ini." Aletta tidak percaya bahwa kalimat mengerikan itu akan keluar dari mulut pria yang setengah mati ia cintai. Pria yang selalu ia agungkan bagai dewa. Pria yang ia pikir mencintainya dengan tulus. Ke mana larinya suami yang menatapnya dengan hangat dan lembut? Sungguh ironi, ia tertipu sekian tahun lamanya dan baru beberapa hari terakhir ini melihat wajah asli suaminya. "Baguslah akhirnya kau tahu tentang hubunganku dengan Briella. Aku sudah muak hidup denganmu. Kau adalah aib untukku. Jika bukan karena kau adalah putri sah keluarga Evangellyn maka aku tidak akan pernah menikahi wanita menjijikan sepertimu." Calvin memandang Aletta muak. Baginya Aletta tak lebih dari sekedar alat untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Selama ini ia bertahan dengan Aletta karena Aletta berguna baginya. Akan tetapi, sekarang sudah berbeda. Aletta sudah tidak berguna lagi baginya. Ditambah semua harta warisan Aletta yang Calvin inginkan juga akan jatuh pada Meisie —putrinya. Dan sebagai satu-satunya keluarga yang tersisa tentu saja Calvin lah yang menjadi wali Meisie. Hati Aletta terasa seperti ditikam ribuan pisau. Seburuk itukah dirinya di mata Calvin? Ia telah menemani Calvin selama 7 tahun. Membantu Calvin dalam segala hal. Ia telah memberikan ide serta sebagian uangnya demi menyelamatkan perusahaan keluarga Calvin yang berada diambang kehancuran. Bukan hanya itu, ia juga telah menjadi istri dan juga keluarga yang sangat baik untuk Calvin serta orangtua Calvin. Lebih memperhatikan Calvin daripada dirinya sendiri. Ia bahkan lupa untuk mengurusi dirinya sendiri karena memprioritaskan Calvin dan keluarga Calvin. Dan inikah balasan yang harus ia terima setelah semua yang telah ia perbuat untuk Calvin dan keluarga Calvin. Sebuah mobil lain berhenti di belakang mobil Calvin. Wanita cantik berambut ikal dengan warna coklat cerah turun dari sana. Wanita itu mengenakan dress ketat berwarna hitam. Tidak membuatnya terlihat murahan melainkan elegan. Dia adalah Briella —adik tiri Aletta. Jika dilihat tak akan ada seorangpun yang bisa mengabaikan kecantikan Briella. Kecantikan yang memang tidak bisa dibandingkan dengan Aletta yang biasa saja. Pria mana pun yang Briella inginkan tentu saja tidak akan mampu menolak Briella, berbeda dengan Aletta yang demi untuk bisa mendapatkan suami yang baik harus dicarikan oleh ayahnya. Briella adalah kecantikan yang bahkan membuat sinar rembulan saat ini terlihat tak ada apa-apanya. Tanpa rasa berdosa, Briella berdiri di sebelah Calvin. Dadanya yang tertutupi oleh pakaian menempel di lengan Calvin. Aletta semakin tertikam. Bahkan sekarang Briella tak segan-segan menunjukan seberapa jalang adik tirinya itu. "Ah, akhirnya aku bisa berdekatan dengan kekasihku tanpa harus bersembunyi darimu, Aletta." Briella tersenyum congkak, seolah ia tengah menunggu hari ini sangat lama. "Kau wanita menjijikan, Briella! Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti ini pada saudarimu sendiri." Mata Aletta menatap tajam Briella. Adik tiri yang ia anggap seperti adik kandungnya tak ubah serigala berbulu domba. Di depannya, Briella berlaku seperti adik tiri yang sangat baik, tapi di belakangnya Briella menusuknya tanpa ampun. Menggoda suaminya, bermain gila tanpa memikirkan seberapa banyak kasih sayang yang sudah ia berikan pada adik tirinya itu. "Saudari?" Briella terkekeh geli. "Aku tidak memiliki saudari, Aletta." "Jadi, selama ini kau tidak pernah menganggapku sebagai saudarimu?" Aletta jelas bodoh karena mempertanyakan hal itu. Kata-kata Briella sudah cukup jelas. Briella tidak memiliki saudari, yang artinya ia tidak menganggap Aletta seperti Aletta menganggap Briella ada. "Bagiku kau hanya perusak kebahagiaanku, Aletta. Harusnya aku yang hidup mewah sepertimu. Harusnya aku yang menjadi istri Calvin, bukan wanita bodoh sepertimu." Malam ini semua terlihat semakin jelas di mata Aletta. Suami dan adik tirinya yang telah melakukan pengkhianatan tidak menyesal sama sekali. Bahkan mereka memamerkan cinta menjijikan mereka di depan dirinya yang telah terbakar hancur. Aletta tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa sampai air matanya menetes deras. Rasa sakit yang membelenggunya tak mampu lagi ia tanggung. Jari telunjuk Aletta terangkat, menunjuk Calvin dan Briella tajam. "Kalian berdua adalah pemain drama yang sangat hebat. Kalian berhasil menipuku selama bertahun-tahun. Membuatku menjadi orang paling t***l di dunia ini. Suami yang aku anggap sempurna tidak lebih dari sampah yang harusnya tidak aku lihat sama sekali. Dan adik yang aku sayangi sepenuh hati tidak lebih dari lintah penghisap darah. Ya, kalian memang pasangan serasi. Sama-sama tidak berperasaan dan menjijikan." Plak! Wajah pucat Aletta yang basah ditampar keras oleh Calvin. Kini darah mengalir dari sudut bibir Aletta. Rasanya sakit, tapi tidak sesakit hati Aletta saat ini. "Tutup mulutmu. Kaulah yang menjijikan di sini. Dasar wanita tidak berguna!" maki Calvin kejam. Aletta lagi-lagi tertawa keras. Wanita tidak berguna? Haruskah ia mengingatkan Calvin seberapa besar jasanya bagi Calvin dan perusahaan Calvin? "Mungkin maksudmu sudah tidak berguna lagi, Calvin." Tawa Aletta lenyap dalam sekejap. Wajahnya kini berganti dengan wajah sinis penuh kemarahan. "Sudahlah, Sayang. Berhenti membuang waktu sia-sia dengan sampah seperti dia. Putri kita pasti sedang menunggu kita pulang." Briella mengelus lengan kokoh Calvin lembut. Putri kita? Kening Aletta berkerut. Siapa yang Briella maksud. Mungkinkah mereka telah memiliki anak di belakangnya? "Kau benar, Briel. Meisie pasti sedang menunggu kita." Calvin mengelus tangan Briella. Semakin tak berperasaan di depan Aletta. "Jangan berani-berani menyentuh putriku!" Aletta memperingati Calvin dan Briella tajam. Jika Calvin dan Briella saja mampu menyakitinya hingga seperti ini, tentu saja mereka akan tega melakukan hal yang lebih kejam pada Meisie —putrinya yang baru berusia 5 tahun. Briella tertawa geli. "Apa yang sedang kau pikirkan, Aletta?" Ia menatap Aletta mencemooh. "Bagaimana mungkin, aku, ibu kandungnya akan menyakiti putriku sendiri." Jantung Aletta berdetak semakin patah. Ibu kandungnya? Isi kepala Aletta bertabrakan. Membuat rasa nyeri bersarang di sana dengan hebat. "Ah, aku harus mengatakan ini sebelum kau mati. Meisie adalah putriku dan Calvin." Petir seakan menyambar di atas kepala Aletta. Kebenaran yang baru saja diungkapkan oleh Briella dengan nada puas itu berhasil mengoyak hatinya. Jadi, selama lima tahun ini ia telah merawat putri dari Calvin dan Briella. Dua manusia yang bermain api di belakangnya. Aletta tidak tahu terbuat dari apa hati Calvin dan Briella. Teganya dua manusia ini memperlakukannya seperti orang bodoh. Calvin dan Briella mungkin bukan lagi manusia, tapi iblis yang terperangkap dalam tubuh manusia. Bagaimana mungkin mereka bisa sekejam ini. Menyusun skenario yang bahkan tidak akan pernah terpikirkan olehnya. "Dan sekarang Meisie bisa memanggilku dengan sebutan ibu. Bukankah aku cukup baik padamu karena mengizinkan kau —wanita mandul, menjadi ibu selama lima tahun ini?" Briella mengembangkan senyuman iblis lagi. Sungguh Aletta sesali bahwa ia pernah menyayangi adik seperti Briella. Dan Calvin. Aletta lebih menyesal lagi. Bagaimana bisa ia mencintai pria seperti Calvin. Pria yang telah menipunya mentah-mentah dan memanfatkannya habis-habisan. Aletta menatap kedua telapak tangannya yang telah ia gunakan untuk membesarkan Meisie. Betapa tololnya ia yang bersusah payah membesarkan Meisie dengan menganggap Meisie sebagai putrinya. "Kalian bukan manusia!" Kedua tangan Aletta mengepal hingga memutih. Matanya menyala seperti api. "Kalian adalah iblis!" Calvin menatap datar Aletta. Tak peduli sama sekali pada makian Aletta. "Kalian tidak akan pernah bahagia setelah memperlakukan aku seperti ini. Meski aku mati, aku akan menghantui kalian dan menghancurkan kalian!" Aletta menatap Calvin dan Briella bergantian. Kata-katanya adalah sumpah. Akan tetapi, Calvin dan Briella tidak peduli pada ucapan Aletta yang akan segera mati. Malas mendengar ocehan tidak penting Aletta. Calvin menarik tangan Aletta. Membawa Aletta mendekat ke tepi tebing. Aletta memberontak, tapi ia tidak akan bisa menang melawan dua orang sekaligus. Ya, Briella juga ikut menyeretnya. "Lepaskan aku!" Aletta memberontak kuat. Namun, kakinya malah terseret semakin mendekati tepi tebing. "Sudah saatnya kau menyusul ayah dan ibumu, Aletta. Selamat tinggal!" Calvin mendorong tubuh Aletta tanpa belas kasihan. Senyuman keji tercetak di wajah Briella. Waktu yang telah lama ia tunggu akhirnya tiba. Ia bisa bersama dengan Calvin dan juga bisa menguasai harta kekayaan Aletta yang ditinggalkan oleh ayah Aletta. Kini ia bisa hidup dengan nyaman tanpa merasa iri pada Aletta yang hidup penuh keberuntungan. Ia telah mendapatkan posisi Aletta yang sejak dulu ia inginkan. Calvin dan Briella kemudian masuk ke dalam mobil mereka masing-masing setelah memastikan tidak ada yang melewati tempat itu. Sementara Aletta, tubuhnya terhempas oleh ombak. Berbenturan dengan tebing bebatuan yang mengakibatkan rasa sakit tak tertahankan. Kemudian tenggelam dalam lautan tanpa bisa mencapai puncak lagi. Ia tidak memiliki kemampuan berenang yang baik. Berada di tepi pantai saja sudah membahayakan baginya, apalagi terjatuh dari tebing dan menghantam lautan ganas dengan ombak yang menerjangnya berkali-kali. Calvin dan Briella telah memastikan dengan baik bahwa dirinya tidak akan bisa menyelamatkan diri dari dalamnya lautan. Tenggorokan Aletta telah menelan banyak air. Perlahan matanya mulai tertutup. Inilah akhir dari cinta tulusnya pada Calvin. Bukan hanya sebuah pengkhianatan, tapi ia juga tewas di tangan pria yang setengah mati ia puja. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD