Salma membuka matanya perlahan. Ia merogoh ponselnya yang ada di atas nakas, dan membuang napasnya perlahan. Waktu sudah akan menuju pukul 3 pagi. Salma bangkit duduk, dan merentangkan tangannya lebar ke samping. Sebelah tangannya terangkat menutup mulutnya yang menguap. Salma kembali mengucek matanya yang masih terasa berat. Ia terdiam beberapa saat sembari mengumpulkan sisa nyawanya. Ia menoleh ke arah nakas dan mengambil segelas air yang tersedia di sana. "Bismillah," ucapnya dengan menghabiskan minumnya sampai habis tak tersisa.
Salma segera bangkit berdiri dan menyalakan lampu kamarnya. Ia menguncir rambutnya yang sebahu sambil berjalan menuju kamar mandi. Ia membasuh wajahnya dan menyikat giginya. Tak lupa buang air kecil dan juga mengambil wudhu untuk melaksanakan solat malam.
Selesai dari kamar mandi, Salma membentangkan sajadahnya, dan mengenakan mukenanya. Wajahnya jadi lebih segar dan berseri terkena siraman air wudhu. Tak lupa Salma sudah membuka tirai jendelanya yang dilapisi besi teralis. Udara pagi yang menyejukkan langsung menyeruak masuk memenuhi sudut kamarnya. Salma berdiri di atas sajadah, ia memejamkan matanya sejenak, memusatkan seluruh perhatiannya untuk menyambut seruan dari Tuhannya di sepertiga malam.
Rasa rindu Salma pada Dzat yang telah menciptakan dirinya dengan begitu utuh dan sempurna. Dari ujung rambut hingga ujung jari kakinya, tak kurang suatu apapun. Sebagai hamba-Nya, yang Salma bisa lakukan adalah dengan beribadah sungguh-sungguh dan bersyukur atas segala nikmat dan berkah yang telah Allah berikan untuknya.
"Allahu Akbar.." Salma memulai takbirnya dengan suara lirih. Ia mulai membaca al-Fatihah dan di ikuti dengan surat selanjutnya. Gerakan demi gerakan Salma lakukan dengan baik, salam, lalu bangkit berdiri lagi untuk memulai takbirnya kembali. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya Salma mengakhiri shalatnya dengan salamnya yang terakhir. Bibirnya terus mengucap kalimat-kalimat istighfar serta pujian untuk Sang Khalik. Kedua tangannya terangkat mengadah ke atas, mengucap banyak do'a kepada Allah Swt.
Dengan tangan mengadah ke atas, mata terpejam, dan suara yang begitu lirih hingga menyayat hati. Untaian demi untaian do'a, Salma rajut untuk semua orang di sekelilingnya. Membayangkan satu persatu wajah orang yang ia do'akan. Berharap semua orang yang ada di sekelilingnya dan yang menyanginya akan terus Allah lindungi dan Allah ganti dengan berlipat pahala.
Ada satu sosok yang belum Salma sebut dalam do'anya.
"Umi...." Untaian do'a yang sedang Salma rajut untuk seseorang yang baru saja ia sebut namanya langsung terhenti. Kalimatnya mengambang setelah ia menyebut serta membayangkan wajah uminya.
"Umi...." Kembali Salma termangu dalam do'anya. Ia belum mampu melanjutkan untaian do'an untuk uminya. Air mata mulai bergerumbul di pelupuk matanya. Siap tumpah mengaliri di pipinya. Rasa rindu di d**a pada uminya semakin membuncah di sepertiga malam ini.
"Umi..." Salma menangis. Bagaimana ia mau melanjutkan do'anya jika air matanya terus mengalir dan membuatnya menjadi tidak konsen? Sulit rasanya untuk melanjutkan do'a untuk umi tersayangnya. Sedih menyelimuti dadanya. Salma terisak, mengingat wajah uminya di dalam do'a.
"Umi.. jaga Umi Ya Allah.." Kepalanya semakin tertunduk dalam do'anya. "Jaga Umi, agar Umi selalu bahagia di sana. Tak banyak yang bisa Salma lakukan untuk Umi, maka berbaik hatilah pada hamba agar Engkau mau menjaga Umi di sana. Lindungi dan sayangi Umi selalu Ya Allah."
"Sampaikan salam sayang dan rindu Salma untuk Umi. Salma sayang Umi.. Sayang sekali sama Umi. Ya Allah, sampaikan pada Umi, bahwa Salma, Farhan, Kak Ali, sama Abi, semuanya sehat di sini. Jadikanlah keluarga hamba, keluarga yang akan selalu bersama hingga Syurga nanti Ya Allah. Aamiin.. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin." Salma mengakhiri do'anya dengan terisak. Rindu akan sosok wanita yang selalu ada untuknya membuat Salma menangis. Mengingat perjuangan sang umi membuat hati Salma kembali sedih. Rasanya pilu dan sesak. Belaian dari wanita yang kini sudah ada di Syurga sana, pasti bisa menenangkan hati Salma yang saat ini sedang bersedih.
"Salma kangen Umi..."
Syauqi berjalan menyusuri koridor dengan bersiul santai. Tangan kirinya masuk ke saku celana serta tangan kanannya yang memainkan ponsel. Sesekali ia melihat ke depan untuk memastikan ia tidak akan menabrak sesuatu. Hari ini mood Syauqi sedang sangat baik, walaupun tadi pagi ia tidak dapat menyapa Salma karena gadis itu yang terlihat terburu-buru. Syauqi tiba di ruang kelasnya. Seluruh kursi hampir sudah terisi semuanya, karena jam perkuliahan akan berlangsung 5 menit lagi. Syauqi menaruh tasnya di meja, lalu mendaratkan bokongnya di kursi. Beruntungnya ia, mendapat kursi kosong di barisan paling belakang.
Ia duduk dengan tenang. Membuka i********: dan mencoba mencari akun i********: seseorang di sana. "Salma," Syauqi mengetikkan nama Salma di atas layar handphonenya. Hari ini Syauqi berniat stalking i********: Salma. Siapa tahu kan, perempuan seperti Salma memiliki akun i********:.
"Aduh, banyak juga ternyata yang punya nama Salma.." keluh Syauqi saat melihat banyak akun yang muncul ketika ia mengetik nama Salma. "Atau gue ketik nama lanjutannya deh," ucap Syauqi dengan menambahkan nama tengah Salma yaitu Adsila.
"Syauqi, hai!"
Syauqi melirikkan matanya ke samping. Ingat, hanya matanya saja, karena kepalanya masih menghadap ke depan. Syauqi menurunkan sedikit kepalanya pada perempuan itu. Di sampingnya duduk Dian. Salah satu mahasiswa yang populer karena kecantikannya dan tubuhnya yang body goals. Syauqi kembali menatap ke layar handphonenya.
Dengan tiba-tiba, Syauqi merasa tubuh Dian seperti memepet tubuhnya. Dian menatap wajah Syauqi yang dengan menatapnya 1 menit saja sudah membuatnya jatuh cinta. "Makan siang bareng yuk, nanti."
Syauqi menoleh lalu memberikan senyum manis pada Dian. Dengan perlahan Syauqi menggeser tubuhnya ke kiri agar tidak terlalu menempel dengan Dian. "Sorry, tapi gue udah ada janji sama temen." Jawab Syauqi dengan kembali menghadap ke depan dan melanjutkan kegiatannya.
"Cewek atau cowok?"
Mata Syauqi berbinar, ia berhasil mendapat akun i********: milik Salma. Tapi hampir semua foto yang di post di sana, tidak ada wajah Salma. Seperti tema monochrom yang ada di akun gadis itu. Sisanya hanya ada foto pemandangan dan quotes yang ada. Sepertinya Salma juga menyukai senja, karena banyak dari momen senja yang terabadikan oleh Salma.
Cantik! Syauqi tersenyum melihatnya. Hanya dengan gambar seperti itu saja mampu membuat Salma terlihat jauh lebih cantik. Tak menunggu lama untuknya menekan tombol Follow di akun milik Salma.
"Syauqi, gue nanya sama lo."
"Oh.. Nanya apa tadi?" tanya Syauqi menoleh sesaat lalu mengeluarkan senyum manisnya, dan kembali fokus dengan akun i********: Salma. Kini ia mencoba mengirimkan DM ke i********: Salma.
Dian memutar bola matanya, mencoba sabar. "Temen lo, cewek atau cowok?"
"Cowok."
"Kalau gitu gue ikut kalian ya?" tanya Dian dengan mata berbinar. Kedua tangannya juga melingkar di lengan Syauqi. terbalut kemeja abu dengan paduan warna navy di bagian kerah dan ujung pergelangan tangannya.
Syauqi mendelik lalu menoleh pada Dian. Ia menyingkirkan tangan Dian yang memeluk lengannya. "Hei, no touch!"
"Makanya, makan siang bareng nanti ya?"
"Selamat pagi!"
Suara bariton itu membuat Syauqi dan Dian secara bersamaan menoleh ke depan. Dokter Filsafat Ekonomi sudah ada di depan kelas. Siap memberikan perkuliahan untuk mereka.
"Qi.. " panggil Dian dengan suara berbisik.
"Sshhtt!" peringat Syauqi tanpa menoleh ke Dian. Ia bahkan mengeluarkan buku catatannya. Berusaha menghindari percakapannya dengan Dian, dengan seketika menjadi mahasiswa yang rajin. Karena Syauqi, bukanlah tipikal mahasiswa yang suka mencatat materi perkuliahan.
Dian menghela napas kesal. Dari semenjak masa OSPEK, PDKTnya dengan Syauqi tidak pernah mengalami kemajuan. Tapi Dian juga bingung, jika Syauqi tidak tertarik padanya, lalu kenapa Syauqi sering memberikannya senyum manis? Kenapa juga Syauqi sering membolehkannya duduk di samping Syauqi?
Setelah makan malam, Salma duduk di ruang tv bersama dengan Farhan. Keduanya duduk di sofa, dengan menatap layar tv yang sedang memutar film animasi. Sesekali mereka terkejeh karena kelucuan dari film animasi tersebut. Sebenarnya malam ini Salma harus mengerjakan banyak tugas kuliahnya, tapi berhubung Farhan sedang mau nonton jadi Salma akhirnya mengalah dan akan menemani adiknya hingga film berakhir. Merasa handphone yang ada di sampingnya bergetar, membuatnya menoleh. Ia segera mengambil handphonenya.
1 pesan masuk.
From : 08531015xxxx
Malam Salma..
Kening Salma berkerut heran mendapat pesan masuk tersebut. Kedua ibu jarinya yang sudah berada di atas layar, tampak ragu untuk memberikan balasan. Tapi akhirnya ia mengetikkan balasannya, siapa tahu penting. Kalau belum dicoba
To : 08531015xxxx
Iya, siapa?
Lama Salma menunggu balasan, hingga akhirnya handphonenya kembali bergetar dan layarnya berkedip.
From : 08531015xxx
Coba tebak..
Kening Salma kembali berkerut. Kalau ini sih namanya orang iseng, nyebelin. Batin Salma. Tanpa berniat membalas dan memikirkan lebih jauh lagi, Salma menaruh ponselnya, mengabaikan pesan dari orang yang tak dikenalnya. Ia kembali fokus menonton film animasinya dengan Farhan. Ia mengusap kepala Farhan yang tiduran di atas pahanya. Salma memutar bola matanya sebal begitu handphonenya kembali bergetar. Dengan malas Salma mengambil handphonenya dan membuka pesan masuknya kembali.
From : 08531015xxx
Salma?
"Nggak penting," ucap Salma. Ketika ia berniat meletakkan handphonenya, getaran dari pesan masuk kembali menghentikan niat Salma.
From : 08531015xxx
Ini aku, Syauqi.
Bola mata Salma langsung melebar, ingin keluar dari tempatnya. Ia begitu terkejut saat membaca balasan pesan tersebut. Salma tidak mungkin salah lihat atau salah membaca kan?
Syauqi?! Kok bisa?
Belum sempat Salma berpikir dari mana Syauqi mendapatkan nomornya, handphonenya bergetar panjang. Nomor yang katanya adalah nomor Syauqi itu sekarang malah meneleponnya. "Ih, kok nelepon sih?!" pekik Salma kaget. Salma melirik ke arah jam dinding yang sudah akan menunjukkan pukul 8 malam.
"Kenapa Kak?"
Salma terkejut dan langsung menatap Farhan. "Gak.. gak papa, kok." Salma mengeluarkan senyumnya untuk Farhan, tapi sungguh terlihat kalau itu adalah senyum canggung dan kaku. Salma langsung bergegas mereject panggilan dari Syauqi. Jantungnya bahkan berdegup begitu cepat. Pasalnya, Salma sangat jarak komunikasi dengan lawan jenis, untuk chat saja jarang, apalagi kalau sampai teleponan. Membayangkannya saja, Salma tidak pernah.
Drrt Drrt Drrt!
Ponsel Salma kembali bergetar panjang. Tanda Syauqi kembali menghubunginya. Salma kembali memilih tak mengangkat panggilan dari Syauqi. Selain ia tidak mau, juga rasanya tidak perlu. Syauqi terus menghubungi sampai 5x dan selama itu juga Salma enggan menjawabnya. Tak ditanggapi panggilannya oleh Salma, akhirnya Syauqi mengirimi pesan kembali untuk Salma.
From : 08531015xxx
Angkat.
Salma berdecak sebal. Kenapa jadi Syauqi yang marah karena teleponnya gak di angkat? Baru Salma ingin membalas pesan yang menyebalkan itu, namun Syauqi malah kembali menghubunginya. Akhirnya setelah sibuk dengan pikirannya, Salma menekan tombol hijau, mengangkat panggilan itu. Tanpa sadar, Salma memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya.
Hening.
Hanya suara napas yang bisa di dengar oleh Salma. Salma diam, karena memang ia bingung ingin bicara apa. Lagipula yang menelepon kan Syauqi, jadi ia pikir lebih baik jika Syauqi yang bicara duluan. Salma berdecak pelan karena tak kunjung ada suara. Baru ia ingin mematikan panggilan Syauqi, suara bariton dari seberang sana langsung bicara. Mungkin karena mendengar suara decakan sebalnya.
"Halo,"
Jadi bener Syauqi? Salma berpikir sejenak, harus ia jawab apa sapaan barusan? "Ya?"
"Ini aku, Syauqi."
"Ya, aku tahu. Kamu ngapain nelepon jam segini?"
"Habisnya, kamu gak bales chat aku."
"Dapat dari mana kamu nomor aku?"
"Dari Airin."
Hah? Airin? Iihh Airin.. Kok bisa sih...? Nggak mungkin ah. Salma terus bergelut dengan pikiran dan batinnya.
"Sal .. Salma .. Halo.." Syauqi terus memanggil Salma yang masih menatap nomor di ponselnya itu.
"Y.. ya?"
"Kok bengong sih? Kamu nggak pingsan, kan?" tanya Syauqi disusul kekehan geli darinya.
Salma menghela napas panjang. "Aku matiin ya teleponnya?"
"Yah, kenapa?"
"Mau tidur," jawab Salma asal.
Terdengar gumaman yang Salma dengar berasal dari Syauqi. "Oke deh, save nomor aku ya. Syauqi, kalau mau ditambahin kata ganteng juga boleh. Jadinya, Syauqi ganteng."
Salma mendengus geli. Tingkat kepercayaan diri laki-laki itu membuatnya merinding. "Assalamu'alaikum."
"Oke bye. Good night Salma."
"Kamu harus balas salam aku, Qi."
"Hmmm oke. Wa'alaikumsalam."
Salma menjauhkan handphonenya dan memutuskan telepon tanpa berbasa-basi lagi. "Siapa Kak?" Salma langsung terperangah melihat adiknya.
Salma tersenyum lalu menarik pipi adiknya gemas. "Kak Syauqi, kakaknya Aziz."
"Oh ya?" tanya Farhan yang mendapat anggukan dari Salma. "Kok sama kaya Aziz sih?Hampir tiap hari loh, dia nanyain nomor Kakak. Tapi karena aku gak tau jadi aku gak pernah jawab."
Kening Salma berkerut, "Oh ya?" tanya Salma balik yang juga mendapat anggukan dari Farhan. Selanjunya Salma malah menggelengkan kepalanya. Salma sudah hapal sikap kaum Adam yang seperti ini.