Setelah kepulangan Bu Lilis yang dramatis disertai dengan bumbu dapur dan air mata kebaperan, rumah Dara sempat damai selama dua hari. Hanya dua hari. Karena di hari ketiga, badai kembali datang—kali ini bukan dari mertua, tapi dari masa lalu Rafi yang tiba-tiba nongol tanpa aba-aba. Pagi itu, Dara sedang menyapu halaman, ditemani Zahra yang sedang bermain pasir (alias tanah merah bekas pot tanaman yang kebalik karena kucing tetangga ngamuk). Tiba-tiba, sebuah motor matik berhenti di depan pagar. Seorang wanita cantik, tinggi, dan modis turun dari motor. Wajahnya bersih, rambutnya lurus sepunggung, dan—Dara sempat melirik ke sandal wanita itu—sendalnya branded. Artinya satu: bukan kaleng-kaleng. “Maaf, ini rumahnya Rafi?” tanya si wanita dengan senyum manis yang terlalu profesional. Dar

