Collect SMS

1392 Words
"Ntar gue sampein." Nafla merampas secara kasar uluran coklat dari cewek itu dan buru-buru pergi ke luar kelas.  "Huuuuuush! Pergi lo sono, cabe bonding!" Maemunah mengusir cewek itu seperti mengusir kucing yang kepergok maling ikan di atas meja makan. Cewek itu langsung pergi meninggalkan Maemunah dan El---yang sibuk memainkan ponselnya karena tidak mau ikut campur. Sebelum pergi, cewek itu mengacungkan jari tengah ke Maemunah. Maemunah yang tak terima, lantas mengejar cewek itu yang sudah di depan kelas kemudian menjambak rambut cewek itu hingga rontok beberapa helai. Kalau saja anak kelas yang lain tidak memisahkan mereka, rambut cewek itu dipastikan botak. Maemunah kalau sudah marah, syaithon pun lari kocar-kacir. "Elo kenapa, Mae?" tanya Nafla yang mendapati Maemunah sedang terduduk di depan kelas. "Lah? Kenapa balik lagi, Naf?" tanya Maemunah heran seraya menyisir rambutnya. "Gue mau isi tenaga dulu sebelum ngecangkul Galih," jawab Nafla cengengesan. "Isi tenaga?" "Iya mau minum dulu," Nafla masuk kelas meninggalkan Maemunah yang berdiri di depan kelas merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan. "Lah? Kok cepet banget, Nap?" tanya El heran. "Mau isi bensin." Nafla merogoh tasnya mencari botol minum yang sengaja dibawanya dari rumah. Ia langsung meminum air di dalam botol itu hingga habis. "Gue pergi dulu, assalamu'alaikum," pamit Nafla buru-buru meninggalkan kelas. El hanya bisa menggelengkan kepalanya. Saat ini tujuan Nafla hanya satu, yaitu menemukan Galih. Nafla tidak repot-repot mencari Galih ke seluruh penjuru sekolah. Karena ia tahu, Galih pasti ada di tempat perkiraannya. Nafla menaiki tangga hingga lantai teratas. Tempat di mana anak sekolah sering bolos. Ia yakin, Galih pasti ada di Rooftop. Saat sudah berada di ujung tangga, ia melihat pintu menuju Rooftop sudah terbuka. Sepertinya memang ada orang di sana. Nafla celingak-celinguk mencari keberadaan pacarnya itu. Namun, ia tidak menemukan siapa pun. Kemudian ia melihat ada kaki yang nongol dari balik sofa lusuh yang ada di rooftop. Nafla pun mendekati sofa itu dan di sana ia mendapati Galih sudah tertidur pulas. Nafla memutuskan untuk duduk di ujung sofa, ia akan menunggu sampai Galih bangun sendiri. Galih memang kebo, tidur tidak ingat waktu dan tempat. Setelah setengah jam Nafla menunggu Galih terbangun. Galih terbangun langsung mengucek matanya. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Ia masih ragu, yang di depannya ini Nafla atau peri biru. "Nap?" "Gue kira gak bakal bangun lagi," ketus Nafla. "Elo do'ain gue mati, Yang?" Galih bergeser duduk lebih dekat dengan Nafla. "Yang, Yang, nenek moyang!" Galih terkekeh mendengarnya. "Gue tunggu lima menit, kalo gak ada yang mau dijelasin, gue tinggal." Nafla berujar dengan pandangan yang lurus ke depan. Lima menit pun berlalu dan Galih hanya diam tak berbicara sedikit pun. "Udah lima menit!" Nafla beranjak dari tempat duduknya. "Maaf," Galih menarik tangan Nafla memaksa Nafla duduk kembali. "Maaf doang?" Nafla duduk kembali di sebelah Galih. Sedang Galih diam lagi, tidak berusaha menjelaskan. "Gue izinin elo jalan sama cewek lain bukan berarti elo jadi ngelunjak." Galih hanya diam menggenggam erat tangan Nafla. "Gue gak suka kalo elo mulai lupa sama janji elo!" Nafla menarik tangannya paksa. "Gue lupa, Naf." "Lupa tapi bisa ngejemput adik kelas, hm?" "Gue gak ngejemput Leona. Gue---" "Oh namanya Leona." "Pas gue keluar rumah mau ngejemput elo, Leona dateng ke rumah gue sambil nangis-nangis. Gue gak tega, elo tahu, gue gak pernah tega ngeliat cewek nangis apalagi di depan gue. Dia nangis hampir setengah jam. Pas gue liat jam, udah hampir telat. Gue yakin, elo pasti bareng El." "Gue gak tahu siapa yang harus gue percaya, Gal." "Kayaknya elo beneran mulai ngeraguin gue, Naf." Nafla merasa ada sesuatu yang disembunyikan Galih. Sedarj tadi ia juga memikirkan bagaimana bisa Leona tahu rumah Galih. "Gue mau ke kelas lagi. Ini coklat dari Leona." Nafla pergi meninggalkan Galih setelah memberikan coklat itu. Sementara Galih diam saja tidak berusaha mengejar Nafla. Setelah menuruni tangga yang lumayan panjang, Nafla buru-buru kembali ke kelas melewati koridor sekolah yang tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa murid yang terlihat. "Kak Nafla!" Suara cewek menghentikan langkah kaki Nafla.  Nafla pun menoleh. "Coklatnya udah dikasih?" Suara itu tak lain tak bukan adalah suara Leona. Leona berjalan mendekati Nafla. "Hm." "Udah dimakan Kak Galih?" "Udah, sama bungkusnya juga," sarkas Nafla. "Kak Nafla lucu deh. Nanti pulang sekolah boleh minjem Kak Galihnya? Tadi Kak Galih janji mau nebengin pulang." "Nebeng aja, kalo urat malu lo udah putus." Nafla langsung meninggalkan Leona yang terlihat kesal merasa dipermalukan. ---CRAZIER--- "Gue seneng sekolah di sini, Nap," ucap El yang dari tadi mengoceh tapi tidak dihiraukan Nafla. Seharian ini mereka hanya belajar satu mata pelajaran. Sisanya jam kosong. Ada saja halangan bagi guru yang akan mengajar di kelas mereka. Mulai dari rapat, ngelayat, menjenguk guru yang sakit, dan lain-lain. Dan sampai jam terakhir ini, mereka free. "Gak nanya!" "Gimana masalah lo sama Malih?" "Nanya-nanya, gue bukan narasumber!" "Ketus banget sih, Jenap." "Sorry ya, El. Gue kalo lagi badmood emang gitu, suka kebawa-bawa. Gue lagi pms pula sekarang." "Gak masalah, elo tambah cantik kalo lagi ketus gitu." "EL!!" El hanya terkekeh. Saat Nafla ingin melanjutkan umpatannya pada El, ia merasakan getaran di ponselnya. Ia pun buru-buru mengeceknya. Siapa tahu undian berhadiah. Whatsapp Galih Pulang bareng El ya. Iloveyou. (Read) "Pulang yok, El!" ajak Nafla. "Belum bel, Jenap! Gue mau main dulu sama anak yang lain. Besok-besok gue gak janji selalu ada di kelas." "Yaudah, sono." El sudah bergabung dengan anak cowok yang lain. Hitung-hitung perkenalan singkat. Tidak mungkin El harus membuntuti Nafla terus. Ia juga perlu teman yang lain.  Tempat duduk El, diduduki Maemunah untuk sementara. "Gimana, Naf?" tanya Maemunah penasaran. "Apanya?" "Galih udah dicangkul?" "Gue bukan psikopat, Mae!" "Jadi, gimana, Naf?" "Gak usah dibahas. Nanti elo yang gue cangkul." "Gue udah puas ngerontokin rambut si Pepaor itu." "Elo ngebelain gue banget, ya, Mae?" Maemunah sudah menceritakan semua adegan penjambakkan tadi. "Salah satunya. Gue gak terima dong sababat gue dianuin. Gue juga udah empet sama cewek itu." Nafla langsung memeluk Maemunah. "Elo memang sahabat gue paling baik sedunia akhirat." Nafla berujar sambil mempererat pelukannya. "Nanti traktir ya." Nafla lantas mengendurkan pelukannya mendengar ucapan Maemunah. "Ada maunya!" "Gapapa kan sahabat sendiri." Tuuuuuuuuuuuuttttttttttttttttttttttttttttt Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas. Maemunah pamit pulang duluan karena kebelet boker. Nafla setia menunggu El yang masih main monopoli di dalam kelas bersama anak cowok yang lain. "El! Ayo pulang!" teriak Nafla pada El yang masih sibuk bermain monopoli di kursi belakang. "Bentar, gue mau ngegadai rumah dan hotel gue dulu." "Buru!"  "Iye." El langsung menghapus bedak di mukanya yang belepotan dan menghampiri Nafla. "Yok, pulang, Nap!" Nafla tertawa ngakak melihat muka El yang masih belepotan dengan bedak. "Main monopoli atau main salon-salonan?" ejek Nafla. "Rapihin, Nap!" Nafla meratakan bedak di muka El. Namun, Nafla membiarkan sisa bedak yang ada di hidung El. "Udah." "Elo yang bawa motor ya, Nap." "Gigi lo meledak! ... Tapi ayo aja sih kalo elo gak malu." "Elo bisa bawa motor gue? Besaran juga motor gue dari badan elo." "Bisa lah! Jangan remehin kekuatan cewek." "Gue gak mau mati muda." "Elo labil ye, Ridho Rhoma. Tadi elo yang nyuruh gue bawa motor lo." "Gak jadi. Ayo pulang!" Mereka berjalan berdua menuju parkiran. Seperti biasa, semua mata tertuju pada El. Tapi kali ini El merasa ada yang aneh. Cewek-cewek yang menatapnya tidak lagi tersenyum caper, tapi, mereka tertawa sambil menatap muka El. Seperti ada yang aneh di mukanya. Nafla pun hanya bisa menahan tawa di sebelah El. Sesampainya di parkiran, ada seorang cewek yang menghampiri mereka berdua. Cewek itu mengajak El kenalan secara terang-terangan. "Kak, boleh minta id Line?" tanya cewek itu blak-blakan. "Id Line-nya cuma satu. Kalo diminta, nanti abis," jawab El sekenanya. "Yaudah. Besok kita ketemu di parkiran ini lagi, ya, Kak. Semoga elo mau ngasih id Line lo besok." El hanya tersenyum menanggapinya. "Gue pinjemin kaca nih. Besok balikin ya." Sebelum pergi, Cewek itu memberikan cermin kecil kepada El. El menatap Nafla yang menahan tawa daritadi. "Bedak lo gak rata." Cewek itu langsung kabur setelah mengucapkan kata-kata itu. "Sorry, El. Gue lupa bersihin bedak yang ada di hidung lo." Nafla sudah tertawa ngakak sambil membersihkan bedak yang tersisa. "Gue punya kaca spion, lebih besar dari kaca lo!" Teriak El pada cewek itu yang telah berjalan menjauhi mereka. "Sorry, El." "Gapapa. Gue tetep ganteng." El tidak marah, dia tetap pede memuji dirinya sendiri. "Najis!" Setelah memakai helm, mereka menaiki motor dan tancap gas untuk pulang ke rumah. Kali ini El tidak ngebut. Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang. "Sampe, Mang!" ujar Nafla yang menganggap El seperti mamang ojek. Motor El sudah mendarat sempurna di depan rumah Nafla. "Dikata gue kang ojek apa." "Nanti gue kasih bintang tujuh, Mang." Nafla berlari masuk ke rumah, meninggalkan El yang kesal. "Assalamu'alaikum, Ma. Nafla pulang." Sambil Nafla menunggu mamanya membukakan pintu, ia memainkan ponselnya. SMS 88331 Collect SMS Telkomsel nomor +6282111111111 gagal mengirim SMS ke Anda. Jika berkenan membayar biaya SMS Rp200, balas YES dan NO jika tidak. Info: CS 188 Nafla YES (Sent) Maemunah Nap, gue ngeliat Galih sama cewek itu tadi pulang sekolah bareng. Mau gue labrak, tapi gue kan kebelet boker. Udah di ujung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD