Prolog

577 Words
TENTANG ELO Teruntuk Nafla Aqiu, dari Aquino Galih. Mungkin pas elo baca surat ini, gue lagi siap-siap, berjuang sampai titik darah penghabisan buat ngedapetin bendera di ujung pohon pinang. Do'ain gue menang, ya. Nanti uangnya kita pakek buat beli klepon sama cendol. Atau elo mau kaos partai? Mejikjer, baskom, sandal jepit, baju bola KW, kipas baterai, panci, atau mau mie instan? Gue bawain buat elo. Itu hadiahnya emang gak seberapa. Tapi, perjuangan buat ngedapetinnya yang susah, berlumur lumpur buat naik ke ujung batang pohon pinang, bahu diinjak-injak, sampe boxer hampir melorot. Elo tahu gak sih kenapa gue rela ngelakuin itu semua? Karena elo itu spesial. Kalau ibarat minuman, elo itu segar dan menyejukkan. Tapi, abis minum itu gue batuk, pilek, sakit tenggorokan. Kata orang, pacar itu adalah jantungnya. Tapi, nenek-nenek klabing juga tahu kalo jantung sama manusia itu beda. Memang sih elo itu satu-satunya orang yang selalu mondar-mandir di pikiran gue. Tapi, gue bohong. Karena banyak yang gue pikirin. Orang tua, cita-cita, diri gue dulu, baru elo. Gue percaya, elo menyukai diri gue apa adanya, dan inilah gue apa adanya. Gue ganteng, pinter, kaya lagi. Gue emang ngerasa lebih hidup saat gue mencintai elo. Tapi, serius, gue gak bisa hidup tanpa makan. Kata Vincent Van Gogh, tidak ada hal yang lebih berseni selain mencintai seseorang. Tapi, ngupil lebih nikmat. Cinta gue ke elo itu kayak masalah. Gue gak tahu alasannya, susah buat dijelasin, dan gak ada solusinya. Elo itu tempat gue berbagi saat suka dan duka. Pas gue jatuh sejatuh-jatuhnya, elo yang ngedorong gue paling keras sampe gue tersungkur. Terus gue bangkit. Elo tahu? Katanya, cinta adalah ketika kebahagiaan seseorang lebih penting dari kebahagiaanmu. Tapi kata gue, kebahagian gue lah yang terpenting. Bukan karena kebahagiaan gue itu, elo. Tapi, elo pasti bahagia kan kalo gue bahagia? Eh btw elo juga cinta kan sama gue? Gue udah panjang lebar nih. Elo harus jawab iya! Karena apa? Karena barbel bisa melayang. Intinya, gue cuma mau bilang. Elo adalah cinta pada pandangan pertama, pandangan terakhir, dan pandangan selamanya. Tapi, setelah orang tua gue, ya. Kan kalo gak ada mereka, gue gak bisa ketemu elo. Ini yang paling penting, cinta gue ke elo itu sepanjang masa, gak terhingga, dan gak lekang dimakan waktu. Sekian. NB: Dibalik surat ini udah gue selipin kantong kresek, kali aja elo mau muntah. Asal elo tau, gue nulis ini sambil nahan enek. Selamat Hari Kemerdekaan, 17 Agustus tahun 45. Jangan lupa tonton gue lomba panjat pinang. Wassalam -Cogan- -It's All About AQIU AQUINO- Nafla dan Galih beristirahat sejenak di kursi putih taman kota yang dikelilingi bunga-bunga layu yang tidak mekar sama sekali. Awalnya langkah mereka bersemangat menapaki jalanan Kota Pangkalpinang, tapi, lama-lama lelah juga. "Nap?" panggil Galih masih memainkan rambut Nafla. "Pake F bukan p, Pea!" Nafla berujar dengan kesal. "Ulang ya?" Nafla mengangguk. "Naf?" "Hm, kenapa?" Nafla mengalihkan pandangannya sekilas. "Kadang gue mikir." "Gue kira otak lo masih di tumit," cela Nafla. "Udah naik, ke udel." Nafla tertawa ngakak mendengarnya. "Kenapa sih, Tuhan nyiptain elo sangat cantik," tanya Galih menyeringai. Dia memang seperti itu, Nafla ditinggikannya dulu, baru nanti ia jatuhkan. Gue khatam dah apa isi otak lo, Gal, batin Nafla. Nafla bergumam sebelum berbicara. "Realistis aja sih. Kalo gue gak cantik, cowok kayak elo mana mau lah," jawab Nafla santai. "Sok cantik lo!" "Kalo gue gak salah nih ya, tadi elo yang bilang gue cantik," sindir Nafla. "Iya elo cantik. Tapi, kenapa elo juga diciptain begitu t***l?" tanya Galih lagi. "Yaa, kalo gue gak t***l, mana mau gue sama elo," jawab Nafla sambil terkekeh puas. "s****n!" "Cewek dilawan!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD