Galih-galih-galih-galih-galih lobang
Galih-galih-galih-galih-galih lobang
Lobang digalih menggalih lobang
Untuk menutup lobang
Tertutup sudah lobang yang lama
Lobang baru terbuka
Galih lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Galih lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
"Asek! Tarek, Mang!" teriak Nafla sambil menggoyangkan jempolnya mengikuti irama musik yang temannya nyanyikan di atas panggung.
"Anjir! Dasar pacar laknat lo!" Mendengar Galih mengumpat sedari tadi, Nafla Nafla hanya bisa tertawa ngakak.
Mereka berdua sedang di acara kondangan salah satu tetangga Nafla. Tepat sekali di sebelah rumah Nafla. Nafla sengaja meminta Galih untuk menemaninya. Lumayan, Galih bisa dijadikan sebagai seksi sapujagat alias seksi cuci piring. Sedangkan Nafla ditunjuk menjadi panitia meja kado.
Acara resepsi telah selesai dan tibalah saatnya para tamu undangan menyantap hidangan yang disajikan seraya diiringi orgen tunggal dengan musik remix kencang yang memekakkan telinga. Rasanya seperti sedang di Bis Kota.
Sesuai dengan teori kondangan yang berbunyi, "SMP (Sudah Makan Pulang)", para tamu pun hampir bubar. Ada beberapa yang melanjutkan ritual kondangan lainnya, yaitu mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.
Biasanya setelah makan, para tamu undangan pada antri untuk cipika cipiki sekedar mengucapkan kalimat ucapan basa-basi.
"Selamat menempuh hidup baru."
"Akhirnya temen gua laku juga,"
"Gas bro,"
"Gue kira, elo homo,"
"Kok elo mau sama temen gue? Elo masih sehat kan?"
"Gue curiga, elo dipelet sama dia, gue yakin,"
"Semoga langgeng, buat anak yang banyak,"
"Jangan lupa, LIVE!"
"Ciyee penganten baru, gue kapan? Elo kapan? Kita kapan?" Kapan-kapan.
Galih lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Galih lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Galih lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Galih lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Sedari tadi, salah satu teman Nafla tak henti-hentinya menyanyikan lagu Rhoma Irama-Gali lobang. Dengan diiringi musik remix, ia hampir tiga kali mengulang nyanyiannya dengan judul lagu yang sama. Sengaja kata Gali dalam lagu itu ditambahnya H. Tentu hal ini membuat Nafla bersemangat sekali karena Galih sangat tidak suka dengan lagu itu. Menurutnya, namanya akan ternistakan jika lagu itu didendangkan. Padahal, gali dan Galih berbeda.
"Cabut, Gal. Kepala gue udah mau melepuh ngedenger orgenan ini," ujar Nafla yang sudah merasa bosan.
"Lah? Daritadi elo semangat banget ngangkat jempol."
"Bosen."
"Mau kemana?" tanya Galih menatap pacarnya itu.
"Ke luar angkasa!"
"Haha alien!"
Raut muka Nafla seketika berubah. "Buruan! Gue udah badmood." Pandangan Nafla mengarah ke sosok laki-laki paruh baya yang tak jauh dari mereka. Lelaki itu duduk bersama teman-temannya sambil minum-minum. Nafla sangat benci melihat pemandangan seperti itu. Apakah setiap ada acara kondangan yang disertai orgenan seperti ini, orang-orang yang memalukan itu wajib untuk minum-minum? Sungguh merusak acara! Merusak pemandangan!
Galih melihat arah pandang Nafla, ia mengangguk mengerti, pacarnya itu memang tidak suka dengan apapun yang berbau alkohol. Apalagi di ujung sana, para lelaki itu nampak sedang mabuk-mabukan. "Yaudah, kita ke diskotik!" ajak Galih menarik tangan Nafla.
Nafla langsung menoyor kepala Galih, "b**o banget elah!"
Galih mengusap-usap kepalanya yang sakit, "Bercanda oi, tangan lo ringan banget!" keluhnya. Entahlah tangan Nafla memang seperti ringan sekali.
"Uluh-uluh, sakit ya? Sini dedeq Nafla obatin." Galih bergidik ngeri mendengar nada suara Nafla yang dilembut-lembutkan. Bukan Nafla banget!
"Haaaaaaah!" Nafla memberi hawa panas dari mulutnya ke kepala Galih dengan harapan sakit di kepala Galih segera hilang. Hari ini dia memakai wedges, jadi kepala Galih tidak terlalu tinggi untuk ia gapai.
"Naf?"
"Hah?"
"Elo tadi gak sikat gigi?"
"Gue pake siwak," Galih terkekeh sambil mengacak kasar rambut Nafla. Mengacak kasar ya bukan pelan, mengacak pelan sudah terlalu mainstream. Kalau mengacak kasar lebih berantakan. Kutu pun bisa mati. "Mau gigi lo bau, hawa lo naga, gue tetep sayang sama lo!"
"Rambut gue, k*****t!" Nafla merapikan rambutnya dengan tangan sebagai pengganti sisir. "Sini deket sini," ucap Nafla melambaikan tangannya mengajak Galih mendekat.
"Lo mau nyium gue?" tebak Galih.
"Idih ogah! Gue mau bisikin sesuatu."
"Apa?" Galih mendekatkan telinganya ke mulut Nafla.
"GOMBALAN AMPAS ELO GA BAKAL MEMPAN DI GUE HAHA," teriakan Nafla membuat Galih mengusap-usap telinganya. Suara Nafla bak toa masjid.
"Untung sayang," ucap Galih.
"Yuk ah! Ajak gue ke tempat yang indah." Nafla menarik tangan Galih menuju parkiran.
"Kita ke surga."
Mereka berdua menelusuri trotoar menggunakan mobil kodok Galih menuju surga, surga dunia. Surga bagi mereka adalah pantai. Tak heran lagi, pantai di pulau Bangka sangat memukau bagi siapa pun yang mengunjunginya.
Mengapa mereka suka pantai? Karena harga tiket masuknya murah, kadang gratis, cukup bayar parkir doang dua ribu rupiah, apalagi kalau kenal sama Kang Parkirnya, suka digratisin. Lumayan hemat demi masa depan.
Kalian pun pasti tidak akan menolak jika diajak ke pantai, bukan? Melihat indahnya sunset dan sunrise. Ditemani aroma air laut yang segar dan menyejukkan, ombak yang panjang dan bergulung-gulung lembut, serta daun kelapa yang melambai-lambai. Sayangnya yang mengajak kalian tidak ada.
Mereka berjalan menuju pinggir pantai, menikmati angin dan suasana pantai yang menyegarkan. Inginnya berenang, tapi, diurungkan karena mereka ke sana mendadak. Tidak mungkin kan, mereka berenang pakai baju kondangan?
"Duduk sini, Naf." Galih mengajak duduk di tempat yang telah disediakan bagi pengunjung pantai.
Dua sejoli itu duduk berdua seraya memesan es kelapa muda yang ada di sana. "Kamu ada masalah?" tanya Galih hati-hati.
"A-aku... Arghhhh kenapa pake aku-kamu segala, sih? Jijik gue!" Galih sudah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Nafla yang kesal.
"Elo itu mau gue romantisin, susah amat sih!" Galih menggenggam tangan Nafla erat, "Kalo ada apa-apa ceritain ke gue. Masalah itu jangan dipendem sendiri. Masih belum mau cerita?"
"Gue belum siap, Gal," lirih Nafla. "Maafin gue, bukannya gue ga nganggep elo. Tapi gue bener-bener belum siap," aku Nafla begitu jujur.
"Gue bakal tunggu sampe elo siap. Jangan terlalu dipikirin, Naf. Gue selalu ada buat elo, elo ga lupa itu kan?" Nafla mengangguk.
"Gue sayang sama elo, Gal," ucap Nafla pelan.
"APA? GUE GA DENGER?" teriak Galih.
"YA ALLAH SEMOGA GALIH b***k BENERAN. AAMIIN."
"Gue lebih sayang elo, Naf." Galih menatap Nafla sambil tersenyum tulus.
Nafla mengusap wajah Galih secara kasar, "Sok sweet banget!"
Galih menjauhkan mukanya dari tangan Nafla. "Tangan lo bau ingus!"
"Bau, tapi lu pegang-pegang daritadi," sahut Nafla.
"Karena sayang, gue cinta banget sama elo, Naf."
"I Know!" Nafla memasang wajah songongnya.
"Songong lo!" balas Galih seraya menarik hidung Nafla.
"HAAAASSSYYYIIIIIIIM. Sakit Galih!" Nafla mengusap-usap hidungnya yang memerah. Hidungnya memang sangat sensitif. Dia bisa bersin berkali-kali jika hidungnya ditarik.
"Eh maaf, kekuatan yaa?" Galih mengusap-usap hidung Nafla, "Kasian bini gue hidungnya sampe merah gitu."
"Jauhin tangan lo yang bau itu!" ucap Nafla menabok tangan Galih, "Gue tadi liat elo garuk p****t,"
"Sembarangan lo! Tangan gue udah gue pakein antiseptik."
"p****t botol sa ae," sahut Nafla.
"Pada elu, kentut zebra." Kemudian pesanan es kelapa muda pun datang. Setelah mengucapkan terimakasih kepada Mbak cantik yang mengantarkan minuman mereka, mereka mulai menyedot air kelapa muda di dalam tempurung kelapa berwarna hijau itu.
"Gue mau jalan sama Kak Heza besok. Dia minta temenin ke ulang tahun mantannya. Bolehin ya?" izin Nafla kepada Galih seraya mengorek-ngorek daging kelapa muda memakai sendok yang sudah disediakan.
"Besok gue tanding basket. Elo lebih milih nemenin Heza?" Galih balik bertanya.
"Iya lah! Mending gue pergi sama kak Heza daripada nontonin elo tebar pesona sama dedek-dedek emesh elo."
"Elo cemburu?" goda Galih menoel dagu Nafla.
"Gak!"
"Iya! Elo cemburu. Ciyeee, cabe-cabean elu cemburuin."
"Gak ih! Gue mau elo izinin gue. Gue udah janji sama dia." Nafla berujar sedikit ragu. Takut Galih marah. Galih memang tidak suka pada Heza yang notabene kakak kelas sekaligus mantan gebetan Nafla.
"Yaudah."
"Elo marah, Gal?"
"Ga lah!"
"Apa gue batalin aja ya, Gal?"
"NAH IYA! BATALIN!" teriak Galih semangat.
"Tuh, kan? Elo marah? Ah ga asik lo! Elo bebas jalan sama cabe busuk, giliran gue, ga lo bolehin!" Nafla merengut.
"Heza itu suka sama elo! b**o banget sih!"
"Tapi gue gak suka!" jawab Nafla.
"Tetep aja! Dia itu bukan cowok baik!"
"Emang lo cowok baik?"
"Iya!"
"Udah ah gue mau ngambek," Nafla beranjak dari tempat duduk dengan wajah masam, "Ayo pulang!" ajak Nafla pada Galih.
"Ngambek tapi ngajak pulang bareng?" Galih menarik tangan Nafla, "Duduk dulu!" Nafla pun menurut, kembali duduk di tempatnya.
"Elo harus tahu satu hal, Nap," Galih berujar dengan serius.
"Hah? Apa?" sahut Nafla penasaran.
"ELO SANGAT-SANGAT JELEK KALO LAGI MERENGUT KEK GITU!" Setelah mengatakan itu, Galih tertawa puas.
"GAAAALIIIIIIIIIIIIIH b*****t!!"
"b*****t tapi mau-maunya dipacarin," balas Galih lalu tertawa kembali.
"Dasar Jin iprit!"
"Mana ada jin ganteng."
drrtttttttt dddrrrrrrrttttttttt
"Hp lo geter tuh," ucap Galih saat melihat ponsel Nafla yang disimpannya di atas meja bergetar hebat. Terpampang nama Ibuk Bupati di sana.
Nafla pun langsung mengangkat telepon dari orang itu. "Assalamu'alaikum, Ma." Ibuk Bupati itu Mamanya Nafla.
"..."
"Di pantai, Ma. Iya sama Galih."
"..."
"APA?! Nafla pulang sekarang."