Mysterious Man

1384 Words
Tak ada satu pun hal yang tidak janggal bagi Nathan saat itu, memiliki mata elang yang selalu dikatakan oleh orang-orang kepadanya, membuat Nathan dengan jelas ia dapat melihat sang supir yang mengenakan alat semacam earpiece yang entah dengan siapa sang supir saat itu berkomunikasi, dan lagi … hal yang membuatnya tidak nyaman adalah tatapan dari sang supir kepadanya yang ia nilai tidak biasa. Tatapan sang supir sangat berbeda kepadanya, namun dengan pemikiran yang positif, Nathan berusaha untuk mengesampingkan perasaan tersebut dan memilih untuk tidak peduli dengan hal itu. Kedua matanya kini memandangi keindahan dari kota Boju, banyak sekali bunga-bunga indah yang bermekaran di sepanjang pinggir jalanan tersebut, anak-anak sekolah yang kala itu memakai seragam mereka pun terlihat sangat menikmati aktivitas berjalan di sana ketimbang menggunakan bus untuk sampai ke sekolahnya. “Wah … kota ini indah” ucap Nathan bergumam kepada dirinya sendiri, melihat betapa indah dan asri nya kota itu … karena jalanan tampak ramai namun tidak padat, dan bunga-bunga yang menghiasi kota benar-benar memanjakan kedua mata bagi siapa pun yang melihatnya. Kedua pandangan Nathan saat ini beralih menatap keripik kentang yang disodorkan oleh Leo yang duduk tepat di sampingnya, dan terlihat Leo menawari dirinya untuk mengambil keripik kentang tersebut, tentu ia tidak menolak dan menyantap keripik kentang yang lezat itu. Kurang dari setengah jam mereka pun akhirnya sampai di lokasi konser, itu adalah stadium terbesar, stadium itu memiliki nama stadium Fortuna. Sebuah nama yang diambil dari nama salah satu Dewi keberuntungan. Berbeda dari stadium yang selalu mereka temui ketika melakukan konser, kaki-kaki dari stadium ini sangatlah artistik. Mereka memacu pada tiang-tiang Parthenon, Parthenon merupakan sebuah kuil Yunani yang sengaja dibangun untuk dewi Athena. serta bentuk bangunan yang menyerupai Koloseum yang di buat pada tahun 72 M. “Lihatlah … betapa artistiknya mereka” ucap Saint memuji dan terpukau dengan pembangunan dari stadium tersebut, “Satu hal yang menjadi pertanyaan dariku mengenai stadium dan Negeri ini, apakah negeri ini amat menggilai artistik dari Athena dan juga Roma?? karena kurasa mereka memacu kepada Parthenon dan juga Koloseum”dugaan yang diucapkan oleh Josh saat itu langsung diberikan anggukan setuju oleh Julio yang kini berucap, “Itu benar … dengan bukti bahwa negara ini menggunakan bahasa Inggris, Latin atau Yunani, namun entah dengan Roma, setahu ku negara ini juga memiliki konsep pembangunan yang sama dengan negara Italia, mereka meniru negara itu dan mendekorasi kota dengan bunga sebanyak mungkin di jalanan dan bahkan bunga-bunga itu melebihi jumlah yang ada di Italia” jelas Julio panjang lebar kepada Josh yang kini mengangguk memahaminya, namun tidak dengan Nathan yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Sejak kapan kau bisa tahu mengenai satu Negara dengan sangat detail seperti itu, Julio?” tanya Nathan kepadanya yang kini terkekeh seraya memperlihatkan referensi mengenai Negara Abm dari google, dan hal itu membuat Mark tertawa seraya menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap, “Ah! Aku pikir kau mengetahui sampai sedetail itu karena kau pintar!” ledek Mark kepada Julio yang kini tertawa dan berucap, “Gunakan teknologi sebaik mungkin dong!” sambung Julio kepada mereka yang kini sama-sama tertawa dan mengangguk di sana, Dua puluh orang yang terdiri dari staff serta ketiga artis pun berjalan masuk ke dalam stadium fortuna dan menemui beberapa pihak pengadaan yang bersangkutan di sana. Sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh Julio. Nathan, Josh dan Leo melakukan geladi kotor terlebih dahulu untuk mengetahui apa-apa saja dan bagaimana saja kelangsungan dari konser malam itu. Para staff mulai mengecek semuanya, dimulai dari stage, lampu sorot, titik awal dan mengingat-ingat posisi masing-masing dari ketiga artis tersebut, dan itu semua bahkan dibantu oleh ketiga artis mereka yang dengan senang hati mengecek musik, microfon, serta titik di mana dan ke arah mana mereka akan pergi nantinya. Mereka melakukan geladi kotor secara mulus dan bagus, tidak ada satu pun kendala besar yang mereka hadapi siang itu, dan latihan siang itu hanya berlangsung selama dua jam saja, karena mereka harus kembali bersiap untuk melakukan semacam interview dengan beberapa wartawan dan juga salah satu acara tv yang mengundang mereka untuk hadir di sana. “Ke mana kita akan pergi?” tanya Leo kepada Mark yang kini menggelengkan kepalanya seraya berucap, “Kita tidak pergi, kalian hanya perlu berganti pakaian karena host dan satu juru kamera nya akan datang langsung ke stadium ini” jelas Mark kepada Leo yang kini menganggukkan kepalanya seraya pergi berlari masuk ke dalam kamar ganti yang ada di sana, “Ouh … jadi mereka akan datang menghampiri kita?” tanya Josh, dan pertanyaan itu diberi anggukan langsung oleh Mark yang kemudian menjelaskan kepada Josh, “Karena pihak tv yang meminta seperti itu” jelasnya lagi, dan hal itu membuat Julio menganggukkan kepala lalu menunjuk Nathan yang saat itu tengah meneguk soda, “Cepat berganti baju! Host dan sang juru kamera akan segera datang!” perintah Julio kepada Nathan yang kini dengan malas menganggukkan kepala dan kemudian pergi menuju ruang ganti, berbeda dengan Lucilya yang baru saja ingin menegur Josh, namun sang artis sudah berganti pakaian terlebih dahulu, yang membuat dirinya tidak perlu repot-repot mengomel seperti dua manager yang lainnya. “Julio!” panggilan yang dilontarkan oleh salah satu staff keamanan di sana membuat Julio menoleh menatapnya dan kemudian bertanya, “Ada apa?”pertanyaan itu segera di jawab oleh staff keamanan bahwa ada satu host dan seorang juru kamera yang datang meminta untuk bertemu dengannya, dan hal itu membuat Julio menoleh menatap Mark dan Lucilya yang kemudian berucap, “Tolong kalian perintahkan mereka ke ruang samping, setelah mereka siap … okay?” dan pesan yang dilontarkan oleh Julio kepada mereka berdua pun diberi anggukkan kepala seolah mengerti oleh Mark dan juga Lucilya mengenai perintahnya. … “Okay, jadi apakah kita bisa memulai interview ini sekarang?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang gadis dengan paras seperti seorang wanita yang baru saja turun dari langit ketujuh, rambut ikal seperti gelombang ombak di lautan dengan warna coklat kayu dari  pohon jati, kedua mata yang berwarna nyaris menyerupai indahnya biru langit, serta bibir yang merah semerah darah, atau katakan saja wanita ini menyerupai snow white di era sekarang. Paras cantik itu tentu menarik perhatian mereka yang ada di sana dan termasuk dengan Nathan, Josh dan Leonardo. Ketiga orang ini tidak pernah bisa untuk tidak menoleh menatap paras cantik dari wanita yang baru saja memperkenalkan namanya di sana, “Halo semua … nama saya Renanda Land Ra dan saya sangat beruntung karena saya bisa bertemu dan mewawancarai kalian bertiga hari ini” ujar Renanda kepada mereka yang kini tersenyum manis dan senang di sana. “Wah … dia cantik ya, like fallen angel … dan angel itu dijatuhkan hanya untukku saat ini” gumaman yang dilontarkan oleh Leo kepada Josh, membuat lelaki yang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh itu pun hanya menoleh menatapnya dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan yang kemudian ia pun berucap, “Tapi … kau juga harus tau diri … karena mungkin saja, fallen angel yang ada di hadapan mu ini sudah memiliki tambatan hatinya” jelas Josh, yang membuat Leo menoleh menatapnya tidak setuju, namun ketika Josh kembali berbisik, “Lihatlah cincinnya!” perintah itu pun langsung membuat Leo menoleh menatap jemari manisnya yang kini dihiasi oleh sebuah cincin cantik yang membuatnya menghela nafas dengan lemas di sana, mengetahui bahwa Fallen Angek yang sempat ia sanjung itu telah mendapatkan seorang ksatrianya terlebih dahulu, dan pada akhirnya mereka pun memulai rekaman mereka untuk interview bersama dengan Renanda. Proses interview dan rekaman terjadi selama kurang lebih  dari satu jam, dan setelahnya mereka pun saling berbincang dengan santai dan cukup nyaman. Ketika waktu sudah menunjukkan bahwa batasnya telah habis, pada akhirnya, sang juru kamera memanggil Renanda untuk memberitahukan bahwa waktu mereka sudah habis hari itu, dan hal itu membuat Renanda segera berpamitan kepada mereka bertiga dan juga manager yang sudah mengidzinkan proses wawancara eksklusif malam itu.   “Terima kasih atas waktu yang telah diberikan kepada kami” ucap Renanda kepada Julio yang kini menganggukkan kepala dan berucap, “Kami justru sangat senang, karena pihak anda ingin mewawancarai artis kami” jelas Julio kepada Renanda yang kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “Kalau begitu saya permisi, good luck untuk acara konsernya” ucap Renanda kepada Julio, dan hal itu membuat Julio mengangguk dengan pasti dan pandangan Renanda pun kini beralih kepada mereka bertiga yang mengangguk dan berucap terima kasih di sana. …   To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD