Lamunan Laurer terbuyar tak kala mendengar dering ponselnya berbunyi. Namun Laurel tidak memiliki niat sedikitpun untuk mengangkat panggilan itu meski sudah terhitung seratus empat puluh delapan kali sejak delapan hari yang lalu. Dengan cepat Laurel menekan tombol untuk mengecilkan dering ponselnya sebelum kembali menonton televisi sambil memeluk guling dan bersembunyi di balik selimut. Beberapa saat kemudian. Sekitar lima menit setelahnya. Sebuah panggilan kembali masuk. Namun kali ini panggilan yang masuk bukan berasal dari ponselnya melainkan telepon rumah. Laurel menoleh menatap telepon yang menempel di dinding di diambang batas ruang tamu dan ruang makan dengan tatapan curiga. "Laurel! Tolong angkat panggilan itu!", teriak seorang wanita dari arah dapur. Dalam hati Laurel menimang

