Ivan melangkah masuk ke lounge Shangri-La dengan jas biru gelap yang rapi. Aroma kopi dan bunga segar samar memenuhi udara, tapi baginya, semuanya terasa menegang begitu matanya menangkap sosok Maya, calon mertuanya duduk sendirian di sudut ruangan. Wanita paruh baya itu menyandarkan tubuh dengan anggun di kursi empuk, jemarinya mengetuk ringan pada cangkir kopi yang sudah dingin. Tatapannya tajam, bukan marah, tapi jelas mengandung sesuatu. kecurigaan yang dibalut senyum halus. “Maaf sudah membuat tante menunggu lama,” ucap Ivan sopan, suaranya dalam dan terkendali. Maya mengangkat wajah, senyumnya samar namun berwibawa. “Ivan… duduklah.” Nada suaranya ringan, tapi ada beban yang membuat Ivan refleks merapikan jas sebelum mengambil tempat di sofa seberang. “Sepertinya ada sesuatu ya

