••
Bastian yang tengah berada di dalam mobil menuju cafe miliknya terus memikirkan bagaimana caranya Ia dapat memberitahukan yang sebenarnya kepada Nizar mengenai rahasia yang Reza tutupi selama ini.
" Aku harus memberitahu Rio dan Angga tentang ini, barangkali mereka punya ide kapan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang rahasia Reza kepada Nizar..."
Bastian masuk ke dalam cafe, memperhatikan sekilas ke sekeliling cafe.
Seorang karyawan menghampirinya.
" Selamat siang Pak Bastian.."
" Siang, cukup ramai ya..?"
" Iya pak, siang ini cafe cukup ramai. Bapak mau langsung ke ruangan?"
" Ya.. boleh tolong buatkan saya hot chocolate yaa.."
" Baik Pak, nanti langsung saya antar ke ruangan Bapak.."
" Terima kasih."
Bastian berjalan menuju ruangan miliknya di sudut belakang cafe.
Bastian merogoh ponsel di saku celananya dan langsung mencoba untuk menghubungi Angga.
Terdengar nada sambung telephone beberapa kali sampai akhirnya..
"...."
" Ngga, Lo lagi sibuk gak? Ada yang mau gue bicarain sama lo dan Rio, ini penting soal Reza.. Gue tunggu di cafe gue sekarang ya.."
"..."
" Nanti lo bakal tahu disini Ngga, oke gue tunggu ya.."
"..."
Bastian kemudian menghubungi Rio.
Beberapa kali coba menghubungi Rio namun tak ada jawaban hingga akhirnya Rio meneleponnya balik.
" Lama banget sih angkat teleponnya Yo...!"
"..."
" Anjritt! siang-siang juga..!"
"..."
" Dateng ke cafe gue sekarang, ada hal penting yang mau gue bicarain soal Reza, Angga juga lagi otw kesini..!"
"..."
" Oke gue tunggu..!"
TUTT TUTTT...
Bastian menaruh ponsel di meja kerjanya.
TOK TOK TOK..
" Masukk.."
" Permisi Pak, saya mau antar hot chocolate .."
" Ya.. silahkan masuk, taruh saja disini.." - Bastian menunjuk ke arah meja.
" Saya Permisi Pak..."
Bastian mengangguk dan melihat karyawannya menutup pintu ruang kerjanya.
Setengah jam menanti kehadiran dua sahabatnya sambil mengecek laporan pemasukan cafe miliknya, hingga akhirnya terdengar suara pintu terbuka..
CEKLLEEKK!
Bastian sedikit terkejut lalu membuang nafas kasar.
" Udah gak ada sopan-sopannya ya lo jadi orang! Main masuk aja gak ketok pintu dulu..!" - Bastian menatap jengkel ke arah Rio yang membuka pintu tanpa mengetuk.
" Tuh, lo liat temen lo Ngga! Banyak gaya, masa gue mau masuk ruangan dia aja harus ketok pintu dulu, emang gue karyawan lo..!" - jawab Rio yang tak mau kalah jengkelnya dengan Bastian.
" Duh.. udah-udah, udah pada tua masih aja suka ribut perkara hal sepele..!" - Angga melerai perdebatan keduanya.
Bastian hanya geleng-geleng kepala.
Rio pun dengan santainya langsung duduk diatas sofa yang ada di ruangan bastian sembari menaikkan kaki di atas meja.
Angga pun menyusul duduk di dekat Rio.
" Ada hal penting yang harus kalian tahu soal Reza, anak itu... hah! gue sampai bingung harus memulainya dari mana..!" - Bastian berbicara sambil berjalan ke arah mereka.
Lalu ikut duduk bersama kedua sahabatnya itu.
" Kenapa lagi si Reza?" - tanya Rio santai.
Bastian menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan sebelum kembali melanjutkan pembicaraannya.
" Reza... dia ditangkap polisi.."
Rio dan Angga sontak terkejut dan membulatkan mata mereka.
" Maksud lo gimana Bas? Reza? ditangkap polisi? kok bisa?.." - kali ini Angga yang bertanya dengan raut wajah sangat penasaran.
" Lo tau kan gue punya temen yang bekerja di Apartemen tempat Reza tinggal, nah temen gue itu tadi hubungin gue, dia bilang ada polisi datang dan meminta ijin kepada pihak apartemen untuk melakukan penggerebekan kepada salah satu penghuni apartemen tersebut, dan setelah temen gue tahu kalau orang yang dimaksud adalah Reza, dia langsung hubungi gue."
" Gue panik dan langsung hubungi Nizar, akhirnya gue dan Nizar datang kesana untuk ngecek langsung.."
" Pas disana, benar.. Reza lah yang di tangkap sama polisi. Dan kita berdua ikut iring-iringan polisi sampai menuju polres, kita sempat bicara sebentar sama Reza disana, Dia bilang dia khilaf, awalnya hanya jadi kurir karna bayarannya besar, tapi lambat laun dia tertarik untuk coba-coba jadi pemakai dan kini ketergantungan.."
" Emang gila si Reza..! siapa yang bikin dia jadi rusak gini sih..!" - Rio menggeram menahan amarah.
" Gue gak nyangka Reza selama ini menjauh dari kita dan malah terjerumus ke hal seperti ini. Dan kita sama sekali gak tahu apa-apa soal ini.." - Angga
" Bukan cuma itu, kalian harus tahu rahasia yang lainnya yang menurut gue lebih parah dari kasus ini.." - ucap Bastian.
" Apaa..???" - Rio dan Angga berbarengan.
" Jadi Reza itu...."
• FALSHBACK ON •
Setelah bertemu Nizar dan mengatakan kecurigaannya terhadap Reza.
" Rasanya gue gak bisa nunggu besok-besok untuk nyelidikan tentang Reza.."
Bastian nampak berpikir sejenak di dalam mobil, sampai pada akhirnya..
" Ah, gue kerumah Nyokapnya Reza aja ya, sudah lama juga gue gak kesana. Ya gue bilang aja sekedar mampir karena kebetulan lewat sana.."
Bastian mengemudikan mobilnya menuju kediaman Ibunda Reza, tak lupa Ia mampir membeli buah-buahan untuk dijadikan buah tangan.
Bastian sudah sampai di parkiran rumah Reza.
" kelihatan sepii sekali, apa masih tinggal disini ya Ibunya Reza. sudah lama banget gue gak berkunjung kesini.."
Bastian melangkah mendekati pintu rumah itu dan mengetuknya. setelah beberapa kali ketukan akhirnya sang empunya membukakan pintu tersebut.
" Siang Ibu.." - ucap Bastian ramah kepada wanita paruh baya yang kini dihadapannya. Yang tak lain adalah Ibunda Reza.
" Nak Bastian..?"
" Iya Bu, ini saya.."
" Si...Silahkan masuk Nak.."
Bastian masuk ke dalam rumah saat Ibu Reza mempersilahkannya masuk.
" Duduk Nak Reza.. "
Bastian mengangguk seraya duduk diikuti Ibunda Reza yang kini juga tengah duduk tak jauh darinya.
" Ibu apa kabar...?"
" Ya.. beginilah nak Bastian, Ibu sudah semakin tua dan sakit-sakitan. Tumben sekali nak Bas main kesini?.."
" Ah, iya Bu.. kebetulan tadi saya lewat daerah sini, lalu teringat Ibu, makanya saya menyempatkan mampir kesini.."
Ibunda Reza tersenyum getir mendengar penuturan Bastian.
" Ibu bersyukur kamu masih ingat dengan Ibu, Ibu pikir sudah tidak ada yang ingat dengan Ibu..."
Bastian merasa sangat tak enak hati saat Ibunda Reza berkata demikian.
" Ibu, sebelumnya maafkan Bastian dan teman-teman yang lain karena kami sudah hampir tidak pernah main kesini lagi. Sebetulnya kami beberapa kali ingin menengok Ibu, namun Reza melarang kami dengan alasan Ibu harus istirahat, tidak enak jika ada ramai-ramai dirumah, dan Reza juga bilang hal itu Ibu yang meminta. Maka dari itu kami tidak pernah datang kemari lagi, karna kami tidak enak jika nanti mengganggu waktu istirahat Ibu."
Ibunda Reza kembali tersenyum, namun senyuman itu adalah senyuman kesedihan.
" Benarkah Reza bilang begitu? Nak Bastian, Ibu tidak pernah bicara seperti itu kepada Reza, justru Ibu merasa senang jika kalian datang kesini. Rumah ini menjadi ramai dan ceria, tidak sepi seperti sekarang."
Bastian mengerutkan dahinya.
" mengapa Reza berbohong?"
" Oh Ya, Ibu sampai lupa saking terkejutnya melihat kedatangan Nak Bastian, sebentar ya.. Ibu buatkan minum dulu."
" Ibu.. tidak usah, nanti merepotkan Ibu, Ah.. iya saya pun hampir lupa. Ini untuk Ibu.." - ucap Bastian sambil menyerahkan parcel buah kepada Ibunda Reza.
" Loh.. Nak Bastian ini repot-repot sekali."
" Tidak repot kok Bu.."
" Terima kasih ya, Ibu tinggal sebentar ya ke dalam.."
" Oh Iya Ibu.. silahkan."
Tak berapa lama Ibunda Reza pun kembali dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat satu cangkir berisikan teh.
" Silahkan diminum Nak Bastian.."
" Terima kasih Bu..."
Bastian sedikit menyeruput teh hangat itu. Lalu kembali melanjutkan perbincangannya dengan Ibunda Reza.
" Bu, apa Reza sering datang kemari untuk menginap disini? karena yang kami tahu Reza sekarang tinggal di Apartemen."
" Tidak, hanya sekali dalam sebulan Ia pulang kerumah ini. Anak itu sudah banyak berubah sekarang.."
" Maksud Ibu..?"
" Apakah nak Bastian dan teman-teman yang lain tidak melihat perubahan sikap Reza beberapa tahun ini..?"
" Ah.. Maaf Bu, sebetulnya Reza pun sekarang jarang berkumpul dengan kami, jika diajak untuk bertemu, Reza selalu memberikan alasan baik itu lembur di kantornya ataupun menjaga Ibu dirumah.."
" Benarkah? Kenapa dia berbohong terhadap kalian?"
" Ma..Maksud Ibu?"
" Nak Bastian, Reza itu sangat jarang datang kemari, bahkan Ibu pun tidak tahu kesehariannya mengerjakan apa saja. Datang hanya sebulan sekali untuk memberikan uang bulanan pada Ibu. Ibu pikir, Dia masih sangat dekat dan sering bertemu dengan kalian.."
" Ah.. Tidak Bu, kami sangat jarang berkumpul dengan Reza. Namun tadi memang Reza datang ke Acara pernikahan Angga. Tapi tak lama Ia pun pergi karena katanya ada hal penting dan ini menyangkut Ibu..?"
Ibunda Reza menggeleng.
" Tidak ada apa-apa dengan Ibu hari ini, bahkan Ibu pun kalau berobat diantar oleh anak tetangga depan rumah. Reza tak pernah mengantar Ibu.."
Bastian makin terkejut mendengar pernyataan dari Ibunda Reza.
" Reza banyak berubah, sejak Ia mengenal wanita itu.."
" Wanita? maksud Ibu?"
" Ya.. Wanita itu, wanita yang datang kesini satu hari setelah acara pertunangan nak Nizar, sepulangnya Reza dari acara pertunangan Nizar, Reza seperti sangat marah dan Ia sama sekali tak berkata satu apapun pada Ibu, Ia mengurung diri di kamar. Semalaman Ia mengurung diri, sampai-sampai dari malam sampai besok siangnya Ia tak mau makan. Sampai sorenya, ada seorang wanita datang kemari, dia cantik, bahkan sangat cantik. Wanita itu bilang ingin bertemu Reza, lalu Ibu memanggilkan Reza ke kamar, saat Reza tahu yang datang adalah wanita itu, Reza beranjak keluar dari kamar dan segera menemui wanita itu. Ibu hanya mengintip dari dalam, mereka berpelukan dan menangis, entah apa yang membuat mereka menangis tersedu seperti itu. Sampai akhirnya wanita itu mengucapkan sebuah kalimat, yang Ibu pun tak tahu apa maksudnya.."
" Dia bicara apa Bu..?"
" Wanita itu bilang kalau dia akan meninggalkan kekasihnya dan memilih Reza, karena sesungguhnya hanya Reza yang Ia cintai, bukan kekasihnya itu."
" Apa..? Ehm.. Maaf, apa Ibu tahu nama wanita itu siapa? "
" Ah.. kalau tidak salah namanya Shella. Saat itu Reza memperkenalkan ya pada Ibu."
DEG!!!
"She..Shellaaa??!!!"
" Iya Nak Bastian, apa nak Bastian mengenalnya..?"
Bastian tidak dapat berkata apapun saat itu, Ia benar-benar sangat shock mendengar cerita dari Ibunda Reza.
Bastian terdiam untuk beberapa saat, lalu Ia mengambil ponsel di saku bajunya lalu mencari sebuah foto.
" Apa yang Ibu maksud wanita dalam foto ini?.."
Ibunda Reza melihat pada layar handphone Bastian.
" Iya.. Betul, dia shella, kekasih Reza."
Bastian tak menjawab, hanya menggenggam handphone nya dengan sangat keras. Amarah sudah memuncak di kepalanya, Ingin sekali rasanya Ia menghajar Reza saat ini juga.
•FLASHBACK OFF•
" SIALAN si Reza...!!!" - Rio menggeram kesal.
••