PART 2

1032 Words
•• " Udah-udah.. gak usah galau-galau an deh, harusnya kalian happy karna gue lusa mau married. Lo semua pada bisa dateng kan..?" - Angga mencoba mencairkan suasana. " Gak janji ya... kayaknya lusa gue ada pemotretan sama model baru, modelnya tuh seksi dan cantiiikk banget. Jadi gue gak mau kehilangan momen buat motret dia.!" " Sialan lo..! lebih mentingin model ketimbang persahabatan kita...! Inget bini lo lagi hamil gede..!" " Ha..Ha..Ha.. ya gak lah! lagian lo pake nanya kita dateng apa nggak, ya pasti dateng lah.. Ya kan Zar..?" - Rio " Iya lah Ngga.. masa kita gak dateng ke pernikahan lo, secara kita tau lo pacaran sama Desy kan udah setengah abad, udah lama juga kita nungguin kapan lo nikahin Desy. " - Nizar " Wkwkwk... sialan! setengah abad, udah jompo dong gue sekarang..." Mereka pun tertawa renyah, hingga mengundang attention dari pengunjung cafe yang lain. Disela-sela tertawanya, Nizar menangkap sosok wanita muda yang sedikit menyita perhatiannya. Wanita itu tengah berbincang dengan beberapa teman pria nya di meja yang letaknya tak jauh dari Nizar. " Cantik.." - batin Nizar. Setelah puas berbincang, ketiga pria itu pun membubarkan diri. Rio dan Angga pulang bersama dalam satu mobil, sedangkan Nizar memisahkan diri karena dirinya membawa mobil sendiri. " sampai ketemu di nikahan lo ya Ngga..." - Nizar bersalaman dan merangkul sahabatnya sejenak. " OK Zar.. doain yaa biar lancar semuanya.." - Angga. " Pasti..! kalo perlu bantuan, jangan sungkan bilang ke gue. " " Siap Bro, thanks before. " Mereka menuju kendaraan masing-masing. Sesaat sebelum memasuki mobilnya, Nizar menoleh ke arah cafe, dan melihat wanita itu lagi. Kini, pandangan keduanya bertemu. Wanita itu tak sungkan melayangkan senyum manis nya ke arah Nizar yang kini sedang melihatnya. Refleks, Nizar pun membalas senyuman itu. Ya.. Senyuman kepada seorang wanita yang sudah lama tak nampak darinya. Setelah masuk ke dalam mobil, Nizar masih memperhatikan wanita itu. " Shitt!! kenapa gue kayak ke hipnotis gini..." - decak Nizar. Ia pun segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukan kendaraannya pergi dari cafe tersebut. Sedangkan wanita itu, menyadari kepergian Nizar. " Tampan.." - gumamnya. •• Nizar sudah sampai di kediamannya. Saat memasuki ruang keluarga, Nizar mendapati kedua orang tuanya tengah asyik mengobrol. " Malam Ma..Pa.." - sapa Nizar, Tak lupa Ia mencium punggung tangan kedua orang tuanya. " Malam sayang, baru pulang? tumben..?" " Iya Ma.. tadi Angga dan Rio ngajak aku ketemuan.." " Apa kabar mereka? sudah lama papa nggak lihat mereka main kesini.." Nizar duduk di sofa tak jauh dari kedua orang tuanya. " Mereka baik Pa.. Angga akan menikah besok lusa." " Oh ya..? Wah, akhirnya anak itu menikah juga.. Mama ikut senang mendengar kabar baik dari Angga.." Nizar tersenyum getir, mendengar sahabatnya segera melepas lajang saja mama nya se bahagia itu. Pasti mama nya pun ingin melihat dirinya juga segera menikah. " Nizar, Papa hanya mau mengingatkan. Tidak baik terus larut dalam kesedihan dan kekecewaan, hidup mu harus berlanjut. Jangan korbankan hidup dan masa depanmu hanya demi wanita tidak tahu diuntung. " " Pa...-" - Nizar yang terlihat ingin protes dengan kalimat terakhir yang diucapkan papanya, namun mama nya memberi isyarat untuk tidak dilanjutkan. Nizar membuang nafas kasar. " aku istirahat dulu Ma.." Nizar beranjak dan menaiki anak tangga menuju kamarnya. " Pa, sudahlah.. jangan terlalu ketus bicaranya.." " Bagaimana tidak ketus, mama lihat, berapa usianya sekarang, dia belum memiliki pasangan hidup. Dan ini semua karena w************n itu." " Apa tidak sebaiknya Papa bicarakan baik-baik kepada Nizar soal wanita itu..?" " Tidak perlu. Nizar tidak perlu tahu apa-apa, dia akan sangat kecewa mendengar kenyataannya nanti." Mama Nizar hanya bisa membuang nafas pelan mendengar keputusan Suaminya itu. ~~••~~ Di dalam kamar, Nizar langsung melepaskan kemejanya. Ia berbaring diatas tempat tidur. Menatap nanar pada langit kamar.. " Sheila.." - gumamnya. Lalu Ia memejamkan mata, tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu. " Siapa...? " " Ini aku Kak... " " Masuk Dek...!" Nizar bangun dan duduk di tepi ranjang, kemudian melihat Belia masuk ke dalam kamarnya. Belia adalah adik perempuan Nizar. Usia mereka terpaut agak jauh, Nizar berusia 35tahun, dan Belia Berusia 17tahun. " Ibel ganggu kakak gak?" Nizar tersenyum dan menggeleng, " Sini Dek, kenapa?.." " Kak, Ibel mau curhat.." " Curhat apa sayang?.." " Tadi Ibel kerumah diandra, kakak tau diandra kan? sahabat ibel?" Nizar mengangguk. " Tadi kakaknya Diandra baru pulang dari jerman, diandra happy banget. karena udah lama kakaknya itu kuliah di jerman dan jarang pulang ke indonesia. Oh ya, nama kakaknya diandra itu kak Levia, dia cantik deh kak, putih, tinggi, rambutnya lurus hitam, trus keliatan banget kalau kak Levia itu pintar dan juga dia baik sama aku. Tadi aku juga sempat dikasih oleh-oleh sama kak Levia...-" Ibel merogoh saku baju tidurnya dan mengeluarkan cinderamata berupa gantungan kunci yang bertuliskan kata Berlin yang dapat menyala ditempat gelap, atau lebih tepatnya disebut "glow in the dark". " Nih oleh-olehnya, oh ya, tadi juga aku dibawain pia s**u khas jerman. enak deh, kakak harus coba..." " Iya nanti kakak coba ya.. Gantungan kunci itu juga bagus sekali.." Nizar tersenyum dan memeluk adik perempuannya yang sangat menggemaskan saat bercerita. Meskipun usia Belia sudah 17tahun, tapi Ia masih sangat bersikap manja, terutama terhadap Nizar. " Kak...?" Nizar merenggangkan pelukannya, dan memegang bahu adiknya. " Kenapa Dek..?" " Kapan kakak nikah? kalau kak Nizar menikah, aku akan punya kakak perempuan." Nizar mencubit kecil hidung Ibel. " Memang kak Nizar aja gak cukup ya buat adek?" Ibel menggelengkan kepalanya. " Aku mau lihat kak Nizar bahagia, punya istri dan anak.." " Memang menurut kamu Kakak sekarang tidak bahagia..?" " Tidak!..." Nizar mengernyitkan dahinya. " Kenapa tidak..?" " Aku tahu kak Nizar tidak bahagia saat ini, karena kak Shella.. Kenapa kakak tidak cari pacar baru..?" " Kamu tidak tahu apa-apa sayang..." " Ibel tau kak, sangat tau dan paham.." Nizar membuang nafas kasar mendengar perkataan adiknya. " Ibel sayang, keberatan kah kalau kamu sekarang kembali ke kamar kamu dan istirahat, kakak bau, belum mandi. He..He..He.." " Ah.. kakak selalu mengalihkan pembicaraan.." Ibel bangkit dan menghentakkan kaki lalu pergi keluar dari kamar Nizar. Nizar hanya terdiam melihat ekspresi adiknya. " tahukah kamu, apa yang kamu lakukan meninggalkan banyak luka dihati orang terdekatku.." - batin Nizar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD