PERTEMUAN KELUARGA

1445 Words
Nayla datang dengan membawa jas yang dikatakan Nugraha tadi, dia mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan bawahan rok span hingga lutut dan kemeja putih. sepatu heels nya berwarna senada, rambut nya di ikat dengan rapi. dia selalu perfeksionis. Nugraha menyadari kedatangan nya dari aroma parfum nya yang khas, manis dan fresh. itu memang aroma Nayla, dia mengangkat kepala dan tersenyum menyambut Nayla. "berdiri gih, saya bantu pakaikan jas nya ?" ucap Nayla sambil menyiapkan jas nya untuk dipasang kan. si lelaki tadi menurut saja. setelah dipakaikan jas, dia kembali duduk. "boleh saya lihat file yang kemarin ?" tanya Nugraha. "bukan nya sudah saya kirim ke handphone bapak yah ?" "gak ada. pakai tab kamu saja." Nayla mengeluarkan yang diminta, benda pipih yang ukuran layar nya 7 inch itu. Nugraha menerima dan membuka file nya. dengan serius dia memperhatikan isi nya. pesanan mereka datang. kedua nya menikmati sarapan nya bersama dalam hening, Nayla khusyuk dengan sarapan nya. dan Nugraha masih terfokus pada tab nya. *** "mungkin itu mereka ?" bisik Nugraha pada Nayla, bukan nya melihat ke arah orang yang akan datang. Nayla malah memperhatikan bos nya itu, seperti nya ini menjadi kebiasaan nya. siapa tau ada rambut yang berantakan' atau dasi yang agak miring namun sepertinya kali ini Nugraha sempurna. "selamat pagi pak ?" ucap Nugraha kepada lawan bicara nya yang baru saja berhenti tepat didepan nya. "pagi, pak Nugraha yah ?" "iyah pak, dan ini sekretaris saya ." kata Nugraha memperkenalkan Nayla. dengan anggun dan elegan dia pun mendongakkan kepala nya. dan.... *** "bagaimana meeting mu nak ?" tanya Tante Marisa saat bertemu Nayla dirumah nenek. "lancar Bu" jawab Nayla singkat, dengan sunggingan senyum yang agak janggal. Kedua nya melanjutkan berbincang-bincang ringan. Tujuan utama kedatangan Nayla adalah untuk menghadiri hari jadi Nenek nya. walau sudah berusia lanjut, namun wanita itu masih sangat bugar. pola hidup sehat dan fikiran gany positif, seperti nya hal itu menurun kepada nayla tanpa dia sadari. Tentu saja banyak sanak saudara lain yang datang, Namun Nayla hanya betah menyendiri dipojokan. dia bahkan tidak menyalami dan memberi hadiah kepada nenek nya seperti yang dilakukan sepupunya termasuk Regi. "kapan kamu datang ?" tanya seorang laki-laki dari arah belakang. Nayla menoleh sedikit, dan kembali keposisi nya semula. seperti tidak tertarik, tapi masih menjawab pertanyaan itu. "kemarin." "sama siapa ?" "sendiri." "lalu tadi pagi dan malam itu." "fokus lah pada diri mu sendiri Vin, tidak baik mengurusi hidup orang lain." "yah, aku tahu itu hak mu. aku bertanya sebagai sepupu mu, apa salah nya seorang kakak menghawatirkan adik nya." jelas Davin. "heeeh, lucu yah ? setelah sekian tahun. aku baru sadar ternyata ada seorang kakak yang diam-diam perduli pada ku." kata Nayla sedikit menyunggingkan senyum aneh dan menatap tajam ke arah Davin disampingnya. "kenapa ? aku selalu menghawatirkan mu. sejak dulu. tidak pernah ada berubah disini, kecuali kamu." kata Davin . "terbukti kan ? kamu sama saja, semua baik-baik saja kecuali aku. aku hanya Korban dan dituduh sebagai pelaku." "jangan dibahas lagi, kamu sudah menyalami dan menyapa nenek." kata Davin, kali ini dia mengubah posisi berdiri nya dan menatap kearah keramaian. Nayla hanya menoleh sebentar, lalu kembali keposisi nya semula. membelakangi keriuhan itu. "aku sudah menitipkan hadiah pada Tante Marisa." "mamiii.... kak Davin disini,..." teriak Devi yang baru saja mendekat. "haiii.... " sapa nya pada Nayla, nada bicaranya seperti Nayla adalah orang asing. Nayla hanya menyunggingkan senyum tipis yang hampir tidak nampak, lalu menerawang dress Devi dari atas hingga bawah. "kenapa ?" tanya Davin. "dicariin mami, mau foto bareng. hemmmh, sayang nya yang gak punya keluarga gak dipanggil sih." celoteh Devi seakan menyinggung Nayla. "gak boleh gitu dik, Nayla juga ...." "heeeh, kalian berdua... ngapain disitu ?" kata seorang wanita yang perkiraan usia nya tidak selisih jauh dari tante Marisa juga datang mendekati merek. "oh, kamu. ku fikir tadi salah lihat. ternyata memang kamu " kata nya sambil mengirim tatapan tak suka kepada Nayla. bersamaan dengan itu, "Nay , sini nak ?" panggil Tante Marisa dari kejauhan. padahal bersamaan dengan itu, Tante Juwita baru saja akan mengulurkan tangan nya. Namun terlihat Nayla mengabaikan mereka. "apa-apaan itu ? tidak sopan sekali." "bener banget mi, aku sampai gak habis fikir kenapa waktu itu dia dinobatkan sebagai cucu kesayangan nenek. jelas aku lebih sopan dan ramah dari pada dia" kata Devi tak suka. "mama juga enggan mengakui, bahwa dia pernah numpang nama dikeluarga kita." "mami, Devi... apaan sih ud...." "kenapa ? mau belain dia lagi ? halaaah kamu ini sok banget." ujar si mami lalu pergi dengan menggandeng tangan Devi. "iyah Tante, " jawab Nayla ketika sudah mendekati Tante Marisa. Disamping nya berdiri seorang laki-laki tampan, yang mungkin berusia 30an. "kenalin, nama nya Zian. dia masih kelurga kita. walaupun sudah agak jauh. dia 3 tahun ini selalu hadir karena undangan nenek. " jelas Tante. Nayla menerima uluran tangan Zian, namun merasa ada yang janggal dengan tatapan dan senyuman nya. "kalian silahkan mengobrol, Tante tinggal yah ? ambil minum buat kalian." Sepeninggal Tante Marisa, Zian mengutarakan pertanyaan basa - basi kepada Nayla. seputar tempat tinggal dan pekerjaan nya sekarang, dia juga mencari tahu soal alasan nya tidak pernah menemukan Nayla setiap kali datang kesini. padahal dia tahu diantara banyak nya cucu nenek, ada satu gadis cantik yang bernama Nayla. dan ini kali pertama dia melihat nya secara langsung. "apa aku boleh bertanya ?" "dari tadi hanya kamu yang bertanya." "aku khawatir, ini akan sedikit menyinggung mu." "yah sudah. jangan ditanyakan." "hehehe ... lucu kamu ini. tapi aku sangat penasaran, dan ingin mendengar langsung dari mu." "tanyakan saja, tersinggung atau tidak. itu urusan ku. asal kamu sudah mendengar apa yang kamu inginkan." "jika seperti itu, maka seakan-akan aku terlalu jahat pada mu." "lalu apa mau mu ?" Nayla menatap dengan tatapan tidak suka. sejak tadi dia sudah tidak nyaman, hanya sangat menghargai Tante nya. jika tadi mengenal kan nya pada Zian hanya ide konyol keluarga nya yang lain, pasti sejak awal dia tidak menanggapi apapun . "maaf sebelumnya, apa kamu sudah menikah lagi ?" pertanyaan itu, sontak membuat Nayla membulat kan mata. setelah sekian tahun, baru kali ini dia mendengar pertanyaan aneh itu. "jujur saja, aku jatuh cinta pada mu. pertama kali Tante Juwita bercerita tentang mu, dan memperlihatkan foto mu. yaaah, walau ku akui tidak banyak hal baik yang dia ceritakan kepada ku. hanya saja, aku benar-benar penasaran dan merasa tertantang untuk lebih mengenal mu. pasti akan lebih asyik jika dapat akrab..." "maaf sebelumnya, pertanyaan mu benar-benar tidak sopan untuk ukuran orang yang baru berkenalan secara resmi beberapa menit yang lalu. kemudian seakan-akan, kita adalah kawan lama yang baru bertemu lagi " "jika itu membuat mu nyaman, akan lebih baik. jadi anggap saja aku teman lama mu..." "tunggu, tidak ... maksud ku, kamu itu sangat tidak sopan." "aku hanya bertanya, lagipun status kita saat ini sama. apa salahnya, aku butuh wanita yang sekiranya bisa menjadi sambung untuk putra ku yang baru berusia 5 tahun. dan kamu tentu saja butuh seorang laki-laki." "kata siapa ?" "yah, itu hanya persepsi ku saja." "aku benci persepsi yang tidak berlandaskan fakta. dari segi apa kamu sampai berfikir aku butuh laki-laki dalam hidup ku." kecam Nayla lalu pergi, baru saja dia melangkah beberapa kali. Zian menjawab dengan nada suara yang agak tinggi. "tidak usah munafik, banyak rekan ku yang berstatus sama dengan mu. dan mereka sendiri yang mengatakan bahwa aku lebih baik dari laki-lakinya sebelum nya. aku hanya ingin serius dengan mu. jangan sok jual mahal bahwa kamu tidak butuh teman tidur, apa kamu tidak merindukan sesuatu." jelas saja suara yang tinggi, di ruangan yang tertutup menjadi sangat jelas terdengar. membuat orang lain terdiam dan kini hanya terfokus pada mereka. Mendengar semua itu isi perut Nayla bak tersambar petir, dia terasa mual bahkan hampir muntah. tidak habis fikir, ada laki-laki yang bermulut perempuan seperti itu. dia baru saja akan pergi, lalu tante Juwita menghalangi nya. "mau kemana ? bukan nya bersyukur malah mau kabur. kenapa ? Zian anak yang baik kok. walau pun tidak lebih baik dari david ku. ini juga demi kebaikan mu, fikirkan lagi masa depan mu. apa kamu tidak lelah hanya menjadi bawahan om-om yang bisa saja sewaktu-waktu kamu pun akan berakhir dibawah tubuh nya tanpa busana... kamu ini anak konglomerat, keluarga terpandang. jika kita memiliki keluarga dekat kenapa harus orang lain " "akan lebih baik jika keluarga kita sendiri yang memungut kita dan merawat kita. apalah kita yang hanya perempuan ini " sambung Tante Sulis yang entah dari pada muncul nya. "setuju Lis, lagian kamu kenapa sih ? berhenti keras kepala. kita hanya kasihan dengan mu, kita juga tidak mau melihat mu menderita. kita ini satu keluarga, beban mu beban kami juga. kami berusaha membantu mu tapi kamu seperti tidak mau menyambut niat baik kami." kata juwita "Tante tolong...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD