Setelah dituang, Nugraha langsung menenggak minuman itu sampai tandas. Nayla memutarkan bola mata nya seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Dia yang seharusnya membahas masalah pekerjaan malah terjebak di situasi asing.
glegh.!!!
Nugraha kembali menelan minuman nya di gelas ketiga. lalu pesanan mereka pun datang. Melihat tingakah Nugraha yang jelas tidak ada minat sama sekali untuk membahas pekerjaan, Nayla berniat mengambil kembali tab nya yang terletak begitu saja di samping tangan Nugraha. baru saja dia akan memegang tab nya, lalu tiba-tiba tangan Nugraha menggenggam tangan nya.
"tolong dengarkan aku malam ini saja." ucap nya sambil menatap Nayla, mendapat perlakuan begitu jelas dia tidak suka.
"lepasin gak." bentak nya sambil berontak.
brak.!!!
gelas yang disamping nya, jatuh dan berserakan dilantai. orang-orang pun menatap kearah keributan.
"aku bakal lepasin kalau kamu janji mau dengerin aku."
"kamu gila yah ?" bisik Nayla sambil memajukan wajah nya sedikit kedepan.
"emmmh, baju mu." ucap Nugraha sambil menyelipkan tisyu kedalam baju Nayla menutupi belahan manis itu.
"apa kamu sudah mabuk," ucap nya sambil melekatkan telapak tangan nya di kening Nugraha.
"permisi ?" ucap nya kepada pelayan yang tidak jauh dari nya. setengah berlari pelayan itu menghampiri nya.
"mau bayar mas ?" ucap nya sambil memberikan kartu kredit yang sukses dia ambil dari dalam tas nya.
"lepasin dulu graha ?" ucap Nayla sedikit kessal.
"enggak " bentak nya juga dengan suara sedikit manja.
"sekalian dengan kerusakan nya yah ?" jelas Nayla yang sedikit panik. tanpa dia sadari, seorang laki-laki dipojok lain sedang memperhatikan nya sedari tadi.
Setelah urusan restoran selesai, dia pun membantu Nugraha untuk kembali kekamar nya dengan susah payah.
Glegh !!!
glegh. !!!
Nugraha masih menenggak minuman dari botol yang tadi dia bawa bersama nya saat keluar dari restoran.
"heeeh, sialan. kamu masih bisa minum dengan benar. tapi tidak bisa berjalan dengan benar. bodoh " umpat Nayla sambil bersusah payah memapah tubuh jangkung nan atletis itu.
Setelah sampai didalam kamar, dia langsung mendorong tubuh Nugraha keatas tempat tidur. botol itu ikut bersama nya dalam keadaan kosong. Nugraha terdengar sedikit mengigau, tapi tak tahu berkata apa. Nayla mengambil handphone didalam tas nya. dan meletakkan sepatu nya yang dilepas tadi disamping tempat tidur. lalu meregangkan otot bahu nya dengan memutar tangan nya beberapa kali.
"heeeh, sialan nih anak. bukan nya membantu malah makin ngerepotin. awas aja kalau besok ada kesalahan. kamu bakal aku tuntut sampe akhirat." oceh nya, sambil memainkan jari diatas layar ponsel nya. Nugraha dapat dengan jelas mendengar itu, lalu menyunggingkan senyum tipis. Hanya saja dia benar-benar tak mampu membuka mata nya.
"halo Bu"
"iyah sayang ada apa ?"
"maafin Nayla Bu, kayak nya malam ini belum bisa pulang."
"meeting kamu belum selesai yah ? bilang aja ,jam berapa mau dijemput. Regi siap 24 jam "
"gak usah Bu, saya nginap di hotel aja. besok pagi pertemuan nya disini juga. jadi gak perlu repot bolak balik lagi."
"tapi baju kamu ?"
"iyah Bu, ini mau minta tolong kalau boleh minta Regi anterin ke hotel Bu."
"iyah Iyah, nanti ibu suruh. tapi besok meeting sampai jam berapa ? kamu gak lupakan dengan tujuan kamu yang sebenarnya datang kesini ?"
"iyah Tante, saya usahakan segera pulang. "
"mana besok nya lagi kamu harus balik. ibu belum puas mengobrol dengan mu."
"hehehe... maafkan Nayla Bu, Nayla usahakan deh Bu."
"iyah sayang, gak apa-apa. kamu hati-hati disana yah ? nanti ibu suruh regi antarkan."
"iyah Bu "
telpon pun ditutup, di meletakkan handphone nya begitu saja diatas meja rias. dan .
"ya ampun...."
dia bahkan terkejut melihat sosok diri nya sendiri di cermin. karena tadi membantu Nugraha, tatanan rambutnya jadi rusak dan berantakan. make up nya juga luntur dibeberapa titik, termasuk lipstik terang yang dia gunakan. setelah melepas sanggul nya dan mengikat asal rambutnya. dia menghampiri Nugraha, yang terdengar mendengkur halus . terlebih dahulu dia melepas sepatu dan kaos kaki Nugraha, lalu merangkak pelan menghampiri botol yang tergeletak disamping wajah nya. Nayla dapat melihat beban di wajah teduh lelaki pembuat onar disampingnya. Setelah meletakkan botol minuman itu diatas nakas disamping tempat tidur, dia pun membantu nya melepas jas hitam yang masih melekat rapi di badan nya.
"setidaknya lepas kan dulu jas mu, apa kau tidak gerah. ahhh sangat menyusahkan." setelah berhasil dilepaskan nya, Nugraha memperbaiki posisi tidur nya. yang tadi tengkurap kini sudah tidur Terantang. dia juga meraba kerah kemeja nya sendiri, melonggarkan dasi nya dan melepas 3 kanci bagian atas. Nayla langsung membelakangi nya, bermaksud untuk pergi. Namun Nugraha menarik tangan nya, dia hilang keseimbangan dan jatuh diatas d**a bidang Nugraha. Nugraha memiringkan posisi tidur nya, dan membawa tubuh Nayla kedalam dekapan nya lebih dalam. Nayla berusaha berontak , tapi sepertinya lelaki itu sengaja semakin mengeratkan pelukan nya. dia bahkan merapatkan badan nya ke Nayla, wanita cantik itu terpaksa harus memundurkan p****t nya saat merasakan benjolan keras menubruk bagian luar alat vital nya. situasi yang sangat meresahkan, Nayla tak henti-hentinya berusaha melepas pelukan nya sampai akhirnya dia lelah dan tertidur juga.
Pagi hari nya...
"kamu sudah bangun ? apa tidur mu nyenyak ?" tanya Nugraha saat melihat Nayla menggeliat pelan dibalik selimut. Dia baru saja mengenakan kemeja putih yang diambil dari dalam koper nya. Nayla yang masih setengah sadar, menutupi mulut nya saat menguap sambil mengangguk. lalu....
"aaaaaaa...." dia berteriak keras dengan histeris, dan Nugraha hanya menyeringai didepan meja rias nya sambil merapikan rambutnya.
"gak usah dibuat heboh. kamu yang kayak gak pernah tidur bareng aja "
"heh, jangan kurang ajar kamu yah. jangan mentang-mentang..."
"mentang-mentang apa ?... udah gak usah banyak omong. sana Mandi. udah hampir jam 9. nih, koper mu tadi pagi dibawah sama pegawai. katanya semalam kamu ditelpon sama yang nganterin tapi gak diangkat."
"trus handphone ku ?"
"tuuuuh, tadi jam 6 alarm nya bunyi. brisik banget. jadi aku matiin. "
"heeeh, kamu..."
"iyah aku kurang ajar, maaf merepotkan mu. tapi sepertinya kamu juga sangat betah berada diperlukan ku ". ucap nya sambil menatap Nayla dan mengedipkan sebelah matanya.
"mandi gih, dandan yang cantik. aku tunggu diresto. kita sarapan dulu baru ketemu klien. " ucap nya lalu membelakangi Nayla yang masih betah menutup diri nya dengan selimut sampai leher. padahal masih mengenakan baju lengkap seperti tadi malam. baru saja dia akan membuka kamar, lalu membalikkan badan nya menatap Nayla dan berkata.
"titip jas ku, nanti ada yang bawain. aku turun duluan. " ujar nya lalu melambai. Dia pun keluar dari kamar, bersamaan dengan seorang laki-laki yang kamar nya berada diseberang. lelaki itu sedikit mengintip masuk yang pintu nya belum ditutup rapat oleh Nugraha.
"sukses bro ?" ucap lelaki itu sambil menepuk bahu Nugraha, dia pun berlenggak pergi. Nugraha sedikit memiringkan kepalanya, tak mengerti dengan ucapan pria asing itu. tapi dia tak mengambil pusing.
ceklek,...
pintu ditutup rapat, baru lah Nayla turun dari ranjang. walau sekilas, Nayla melihat sosok lelaki yang berpapasan dengan Nugraha tadi. Namun dia menepis dengan kuat akan keyakinan hati nya, bahwa lelaki itu adalah orang yang dikenalnya.
"mungkin saja hanya mirip. lagipun aku belum mendengar kabar bahwa dia sudah kembali dari luar negeri."
20 Panggilan tak terjawab
15 pesan
"pasti Regi..." ucap nya sambil menghela nafas dengan berat. dia pun tak sengaja melirik sepatu yang masih berada di sisi bawah tempat tidur, sepasang sepatu laki-laki yang bersebelahan dengan sepatu heels nya. pemandangan Yang tidak asing fikir nya. dia pun menyeringai, tanpa membuka handphone. dia memilih mengambil koper nya, membuka nya dan memilih baju apa yang akan dia kenakan.