I am OK!

775 Words
  "Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya " HR ath-Thabarani dalam "al-Mu'jamul kabiir" (no. 486 dan 487) dan ar-Ruyani dalam "al-Musnad" (2/227), dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam "Silsilatul ahaadiitsish shahiihah" (no. 226) Sungguh tak ada maksudku untuk menghinakanmu. Tiada hal lain yang ingin ku pastikan adalah kamu baik-baik saja Aku baru selesai shalat Dhuha setengah jam sebelum Zuhur. Well, tidak biasanya aku setelat begini. IGD tidak terlalu rame hari ini, hanya saja aku keasyikan mempersiapkan bahan untuk mengisi acara di salah satu pesantren yang tidak begitu jauh dari rumah sakit ini. Materi ini sebenarnya sangat ringan, hanya seputar Psikosomatis. Tapi aku diberi pesan untuk meyampaikannya semenarik mungkin agar santri-santri perempuan di sana tidak ketiduran saat aku menjelaskan. Aku mengintip ke IGD sebelum pergi berwudhu. Memang tidak ada panggilan, tapi ada baiknya aku memastikan agar tidak ada yang darurat sebelum melaksanakan shalat Zuhur dan menentukan aku akan berdoa panjang atau pendek saja. Hanya ada ibu-ibu yang hamil besar ingin pulang karena mau BAB. Baiklah ku putuskan untuk shalat dengan doa yang panjang sesudahnya. Setengah jam ku habiskan untuk shalat, doa dan mengulang hafalanku yang belum seberapa. Aku menemukan 3 pasien baru yang baru masuk. Aku mengintip dibalik tirai pertama. Kulihat Doni dan Suci sepertinya sedang menangani seseorang yang luka kepalanya. Memang posisi tempat aku mengintip salah. Aku mengintip di tempat masuk pasiennya--dan aku memakai seragam untuk hari ini yaitu Batik. Tiba-tiba perempuan yang mendampingi pasien itu berdiri di depan menghalangi pandanganku. "Maaf Bapak siapa ya?" Katanya tanpa senyum dan buru-buru menutup tirai. kemudian ia kembali memegang tangan pasien. Astaga aku baru saja dianggap tidak mempunyai kepentingan atas pasienku sendiri. Suci yang melihat kejadian itu mengodeku dengan isyarat bibir yang sepertinya berkata 'tidak-pakai-jilbab'. Ooo jadi dia adalah tipikal gadis soleha ya. Apa yang dipikirkannya ketika menutup tirai di depan wajahku sedangkan Doni ada di sana. Baiklah tidak perlu marah, karena marah akan membuatmu tidak keren di depan gadis soleha ini. Kita lihat seberapa soleha gadis ini. Ku putuskan memeriksa dua orang pasien yang ada di sebelahnya karena Doni adalah perawat yang terampil. Sebaiknya kupercayakan dulu padanya. Aku sudah selesai dengan dua pasien, sedangkan Doni masih terdengar panik di sebelah. "Yang kena sepertinya pembuluh aktif dok." Ujarnya begitu aku masuk mengawasi pekerjaannya. Luka yang diderita pasien cukup dalam dan darah terus mengalir keluar. "Harus di jepit dulu." Jawabku agar Doni tidak terlalu panik. Aku mengalihkan pandangan kepada gadis soleha begitu dia melihat padaku. Kuberikan tatapan yang berarti aku-dokternya-di-sini. Ia langsung menundukkan pandangannya. Ku perhatikan raut wajahnya terlihat malu karena sikapnya tadi. Kemudian aku keluar untuk menandatangani resep obat. "Masih belum ketemu dok, darahnya banyak banget." Ujar Doni dari balik tirai. "ya sebentar." Aku segera menuntaskan resep obat dan masuk ke tirai Doni. Darah pasien terus mengalir. "diirigasi saja." Perintahku pada Suci agar ia segera mengambil alat irigasi. "DAPAT!" ujar Doni lega, mengurungkan Suci untuk mengambil alat irigasi. Aku mengambil peralatan dari tangan Doni. Ia segera berpindah tempat dan menyerahkan padaku. Ku jahit luka di kepala pasien dengan sesekali memperhatikan gadis soleha itu. Dia tidak berani mengalihkan pandangannya dari luka pasien sejak Doni meminta bantuanku. Sepertinya ia masih merasa malu atas kejadian tadi. Seseorang dengan seragam yang sama dengan gadis soleha masuk ke ruang rawat. "Kaaak.... Hasna mual kak." Rengek gadis soleha begitu orang itu menyentuh pudaknya. Ia merosot dan memegangi kasur. "Astaghfirullah Hasna pucat banget." Cepat-cepat orang yang dipanggilnya kakak itu memegangi lengannya.  Jadi namanya Hasna. "Kayaknya dia mabuk darah buk." Kata Doni. "Gitu ya pak, boleh numpang berbaring di sebelah ya pak." "Iya, ga apa-apa buk. Mumpung tidak ada orang. Orang itu memapah gadis soleha ke atas tempat tidur di sebelah pasien yang dia antar ke sini. Setelah memastikan gadis soleha berbaring untuk istirahat, ia kembali ke pasien yang sedang ku jahit lukanya. Aku selesai dengan pasien luka kepala ini. Ku lirik dari balik tirai yang sedikit terbuka, Hasna si gadis soleha berbaring menutup mata dengan keringat di wajahnya yang pucat. Aku tersenyum menertawakan diri sendiri karena terbersit keinginan untuk membuat sedikit perhitungan dengannya. Tentu saja ku urungkan niat itu. Well, akan kuperiksa sedikit. Ku tempelkan tanganku di keningnya. Baiklah aku tidak siap dengan reaksinya yang begitu cepat. Tiba-tiba saja matanya terbuka dan segera menepis tanganku dari keningnya. "Astaghfirullah." Ujarnya kaget. Kemudian ia segera duduk, dan bahkan turun dari tempat tidur. Meski terhuyung begitu menapaki lantai. Ekspresi wajahnya terlihat seperti siaga 1. "a a a .... Cuma ingin memeriksa k-kondisi saja." Aku tergagap seperti orang yang kepergok ingin melakukan tindakan asusila. Bagian tanganku yang kena pukul terasa berdenyut karena malu. Ia memperhatikanku dengan tajam. " I am ok!" jawabnya dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD