3

1600 Words
"Naka, Lo mikir dong kalo mau apa-apa. Nanti kalo Nabila tahu terus Lo langsung diputusin gimana." ujar Gleo yang tahu betapa Naka sangat menyukai Nabila dan ini masih terlalu dini untuk putus dengan Nabila. "Habisnya gua kesel banget sama dia. Berani-beraninya dia minjemin jaket buat Nabila. Nabila ga akan pernah terima kalo dia ga ditawarin." ujar Naka yang kini benar-benar sangat kesal. Ia sampai ingin memukul orang. Namun benar kata teman-temannya ia tidak boleh gegabah jikania tidak ingin putus cepat dengan Nabila. Kini dirinya tampak sudah berada di tongkrongan. Sementara Nabila sekarang bersama dengan Raras dan Hasna. Mereka bertiga sudah ada di perjalanan menuju ke SMA Pleton. Nabila tak sabar ingin segera disana dan melihat pentas seni. Mereka terlihat sangat bahagia juga. Mereka bertiga sudah sampai di parkiran dan kini mereka sudah keluar dari parkiran, tampak beberapa orang melihat mereka. Apalagi fokus mereka banyak yang ke Nabila. Siapa yang tidak kenal Nabila Si Ratu Ghosting, mereka disini pasti juga mengenal Nabila. Para cowok banyak yang senang karena ternyata Nabila datang ke acara ini. Mereka jadi tambah semangat. "Ini karcisnya ya." ujar salah satu panitia yang menjadi panitia keamanan parkir. Nabila mengangguk sembari tersenyum, ia melihat di karcis ada dana untuk parkir. Ia pun kini bertanya yang parkirnya sekarang atau nanti. "Oh ya ini uang parkirnya sekarang atau nanti?" tanya Nabila kepadanya. "Tenang aja ga usah." ujar cowok tersebut dan Nabila pun mengangguk. "Okay deh, thanks ya." ujar Nabila. Kini Nabila sudah masuk ke dalam bersama dengan Raras dan Hasna. Mereka sudah memiliki tiket masuk. Kini mereka langsung mencari es di bazar karena mereka memang sangat haus. "Mau es apa nih? Banyak banget pilihannya. Jadi bingung." ujar Hasna. "Gua mau Jus aja deh. Lo berdua apa?" tanya Nabila saat melihat jus. "Ya udah deh jus aja kalo gitu yang bisa diterima dan sehat." jawab Raras. Mereka bertiga pergi ke penjual jus yang merupakan siswa-siswi SMA Pleton. Mereka pun memesan jusnya, Nabila dengan Jus Mangga, Raras dan Hasna dengan Jus Jambu kesukaan mereka. Tampak sekarang mereka masuk ke tenant jus tersebut. Mereka sedang menunggu jus mereka dibuat, saat ini Nabila melihat ke sekitar dimana acara sangat meriah. Ternyata banyak juga yang datang dari sekolah lainnya karena ia bisa mengenali beberapa orang. Nabila memang friendly dan punya banyak teman saat ia dengan di Caffe atau di Club Malam pun ia juga banyak berteman. Jadi wajar saja jika banyak yang mengenalnya dan banyak juga yang menyapa dirinya meskipun ini bukan di acara SMA Tanubrata. Nabila sudah menerima jusnya dan mereka bertiga pun kini sudah berjalan menuju ke tempat pensi. Kabarnya SMA Pleton mengundang beberapa band indie yang terkenal, maka dari itu Nabila rela mereschedule nontonnya bersama dengan Naka. Mereka sudah ada di dalam GOR, memang pensinya berada di GOR dan ternyata GOR sudah sangat ramai. Mereka pun memilih untuk duduk sembari mengobrol terlebih dahulu karena memang acara pensi ini belum dimulai. "Nab, Lo ga lagi mikirin buat cari mangsa kan disini?" tanya Raras karena Zia melihat sedari tadi Nabila sudah melihat kanan kiri seperti sedang menilai. "Cari mangsa? Engga anjir, gua cari mangsa apaan woy. Ngawur aja Lo. Tapi ya boleh sih ide dari Lo Ras." ujar Nabila kepada Raras dan Raras tampak menepuk jidatnya karena Nabila malah setuju dengan perkataannya itu. Jika tahu akan begini jadinya, tadi Raras tidak akan mengatakan apa pun ke Nabila. "Ah elah tahu gitu gua tadi diem aja deh daripada Lo makin gila." ujar Raras dan Nabila hanya tersenyum saja menertawakan Raras sekarang ini. Mereka masih duduk dan beberapa kali ada yang menyapa mereka, terutama Nabila. Hingga pad akhirnya ada siswa dari sekolah lain yang sangat mengenal Nabila. Ia dan Nabila bertemu beberapa kali di Club yang sama. "Wah Lo kesini juga Nab? Ga nyangka gua bisa ketemu disini." ujar Vano. "Hahaha, iya Van. Lo sama temen-temen Lo? Mana mereka?" tanya Nabila karena ia hanya melihat Vano datang sendiri menyapanya. Biasanya Vano bersama dengan teman-temannya kemana pun ia pergi di Club juga gitu. "Temen-temen gua ya lagi ngurusin tenant bazar sama ada yang jadi panitia juga kayak gua." ujar Vano membuat Nabila kini terkejut jadinya. "Wait, Lo pindah ke sini?" tanya Nabila diangguki oleh Vano, pantas saja Nabila melihat Vano menggunakan baju yang sama dengan baju panitia lain. Ia memang lambat menyadarinya karena ia tadi tidak fokus ke baju juga. "Wah kok bisa sih, ga nyangka gua sumpah. Sejak kapan?" tanya Nabila. "Gua kena DO Nab, biasa kebanyakan poin gua. Baru kok gua disini, semingguan lah." ujar Vano dan Nabila mengangguk. Sekarang ini Vano dipanggil oleh teman panitia lainnya jadi ia ijin kepada Nabila untuk pergi dulu. Nabila pun mengangguk, kini ia menatap Vano yang sudah menghilang dari pandangannya. Ia tak menyangka ternyata Vano sebandel itu hingga di DO. Kasihan juga sebenarnya karena Vano sepertinya sudah klop dengan teman-temannya yang ada di sekolahnya yang dulu. Tapi ya mau bagaimana lagi itu juga sudah merupakan konsekuensinya karena melakukan hal itu. "Eh Nab, gua habis dapat info dari grup kelas katanya tadi Belva hampir aja bentrok sama Kak Maka." ujar Hasna yang membuat Nabila terkejut. "Hah? Bentrok? Kok bisa? Kayaknya Naka sama Belva ga ada masalah apa-apa kok. Jadi ga mungkin deh kalo mereka bentrok. Lo salah info kali Has, hoax tuh pasti." ujar Nabila kepada Hasna tapi Hasna menggelengkan kepala. Hasna yakin bahwa info ini benar adanya, makanya ia cross check lagi dan bertanya kepada beberapa orang apakah berita itu benar dan apa penyebab dari mereka bentrok. Beberapa orang sudah menjawab chatnya. Dan kini ia pun sudah tahu kenapa mereka berdua bisa terlibat dalam bentrok. "Nih, beberapa orang yang gua tanya itu jawab kalo kabar itu emang bener adanya Nab. Alasannya udah keliatan jelas, dan gua pun juga jadi percaya karena gua tahu apa alasannya." ujar Hasa membuat Nabila dan Raras penasaran. Mereka pun bertanya-tanya kepada Hasna apa alasannya. "Your jacket or hoodie itu lah. Itu yang Lo pakek kan punyanya Belva. Mungkin Kak Naka tadi tahu dan akhirnya dia datangin si Belva deh." ujar Hasna dan Raras pun menjadi paham dengan jalan ceritanya. Sementara Nabila baru sadar, seharusnya tadi ia bilang kepada Naka atau jika tidak ia memakai jaketnya nanti saja saat sudah tidak lagi di sekolah, ah bodoh dia. "Hadeh, bodoh banget ya gua astaga. Tapi juga lagian Kak Naka kenapa juga, ini kan cuman jaket. Kenapa harus dipermasalahkan." ujar Nabila itu. "Ya kan mungkin aja Kak Naka cemburu kan Nab. Siapa sih yang ga cemburu ceweknya dekat sama cowok lain? Meskipun Lo ya Lo tahu sendiri kayak gitu tapi percaya sama gua Kak Naka ga bakalan mau pacarnya dibagi kalo dia belum putus." ujar Raras kepada Nabila dan Nabila mengangguk. Memang sih itu bisa terjadi. Tapi ya tetap saja Nabila merasa tidak enak pada Belva karena Belva tadi sudah baik meminjamkan jaket kepadanya juga. "Udah ah ga usah dipikirin lagi yang penting mereka ga sampe adu jotos kan. Masih aman lah kalo gitu." ujar Nabila. Kini mereka tidak mau memikirkan itu karena sekarang yang menjadi pikiran mereka adalah mereka akan menikmati acara ini. Mereka tidak akan memikirkan hal yang lainnya. Mereka pun keluar lagi dari GOR karena ternyata acaranya masih satu setengah jam lagi. Jadi mereka bertiga pun pergi ke tempat bazar lagi karena mereka sudah mulai lapar. Sekarang mereka membeli burger dan cola. Setelah sudah membeli, mereka tampak pergi mencari tempat duduk. Nabila tidak menemukan tempat duduk yang kosong disana hingga akhirnya Nabila mengajak mereka untuk duduk di depan kelas saja karena di depan kelas terdapat kursi yang menempel di dinding kelas. Tak banyak orang disana, jadinya mereka bisa punya banyak tempat dan mereka pun kesana. "Nabila, ikut gua yuk. Raras sama Hasna juga boleh ikut." ujar Vano itu. "Eh mau kemana Van? Gua sama yang lain lagi mau makan nih." ujar Nabila tidak menghentikannya tapi tidak juta menolaknya sekarang ini. "Iya daripada Lo pada disini mending makannya di tempat duduk aja, gua ada tempat duduk yang masih luas. Di kantin yuk." ujar Vano dan Nabila akhirnya mengangguk. Daripada mereka disana saja lebih baik kan nurut Vano. Vano pun berhasil mengajak mereka, sekarang ini Vano sudah berjalan bersama dengan mereka menuju ke kantin. Tampak Vano mengatakan pada Nabila bahwa ia nanti akan bersama dengan teman-temannya tapi jika Nabila dan teman-teman Nabila tidak sukai mereka bisa memilih meja yang lainnya. "Ah tenang aja Van, lagi pula kan gua juga kenal sama mereka. Tenang aja, aman kok." jawab Nabila dan Vano pun mengangguk. Sekarang mereka sudah sampai di kantin. Ternyata benar kata Vano bahwa di kantin sini tidak ramai, meskipun banyak orang tapi masih terlihat luas dan banyak bangku kosong. Vano pun membawa mereka ke tempat teman-temannya yang lain. "Hai Nab," sapa teman-teman Vano kepada Nabila tersebut. "Hai guys, kan bener. Dah gua duga kalo Vano pindah kesini dia cepet dapat temen. Orang Lo pada udah kenal Vano duluan." ujar Nabila tersebut. Yang ada di depannya ini adalah anak-anak Pleton yang juga sering bertemu dengan Nabila. Makanya Nabila sudah mengenal mereka semua. "Lo kok ga bilang sih Nab kalo Lo datang ke sini? Tau gitu dari tadi gua sambut pakek karpet merah tau ga Lo." ujar Mark sembari bercanda juga. "Hahah anjir ya Lo, karpet merah apaan woy. Ngawur aja Lo, ya ngapain gua bilang kalo Lo pada ga tanya. Ntar gua di kira ngapain lagi." ujar Nabila. "Ya elah Nab, gitu aja juga. Eh iya Nab btw Lo masih sama Naka?" tanya Mark lagi karena memang beberapa kali mereka bertemu juga Nabila bersama Naka. Maka dari itu mereka sedikit saling menjauh karena Naka juga sedikit gila jika sudah cemburu, contohnya saja saat masalah Belva tadi. "Yes, why?" tanya Nabila kepada Mark sembari memakan makanannya. "Yah, padahal gua udah mau nembak Lo nih." ujar Mark dengan bercanda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD