Geo menghembuskan nafasnya dengan kasar karena rasa berat yang menimpa pundaknya. Ia melakukan peregangan pada otot lehernya sembari menguap. Matanya yang merah dan berat jelas menggambarkan seberap mengantuknya ia, tapi tetap menahannya karena tumpukan berkas yang harus ia periksa.
Malam sudah semakin larut, tapi tampaknya tak ada tanda-tanda bahwa Geo akan beranjak dari kursinya. Yang ada dalam kepalanya hanya niat untuk segera menyelesaikan berkas-berkas itu agar segera pulang dan melihat Christa yang anehnya mengisi seluruh pikirannya. Ia bahkan tak menyangka bahwa efek keberadaan Christa sebegitu berpengaruh pada fokus kerjanya.
“Ge” Geo yang hampir tertidur, menaikkan kepalanya dan menatap Leano yang baru saja menyerukan namanya dengan cukup kuat.
“Kenapa?” tanya Geo dengan suara lelahnya.
Leano mendekati Geo dan tersenyum picik “Gue bakalan kasih lo kejutan besok, asal gue bebas lembur selama di sini” ujarnya memberi penawaran yang sayangnya membuat Geo mendengkus, lalu menyibukkan diri dengan kegiatannya. Ia sama sekali tak tertarik dengan penawaran murahan Leano.
“Lo nggak ingin tahu kejutan gue apa?” tanya Leano dengan kesal. Padahal ia suda berusaha benar untuk memancing rasa ingin tahu Geo, sayangnya pria itu malah cuek begitu saja.
“Gue udah tahu kalau semua yang berasal dari mulut lo sama dengan nggak penting” desis Geo sama sekali tidak merasa penasaran atau tertarik.
“Awas lo nyesel kali ini. Gue sih nggak ada kerugian sama sekali kalau Christa nggak jadian sama lo” desis Leano sambil memutar tubuhnya untuk meninggalkan Geo. Ia yakin bahwa sebentar lagi pria itu pasti akan menghalangi kepergiannya.
Geo tiba-tiba menghentikan kesibukannya begitu mendengar nama Chrsista yang dibawa-bawa oleh Leano “Eh, lo mau ke mana? Jelasin dulu, kenapa pakai bawa-bawa Chrsista?” tanyanya penasaran.
Leano memutar bola matanya dengan malas “Lo kan nggak mau saling sepakat sama gue, jadi gue juga nggak ngerasa begitu penting untuk ngasih tahu lo tentang Christa” sindirnya.
Geo tersenyum kecil yang sangat terkesan dipaksakan. Tiba-tiba saja ia merasa sangat kesal dengan tingkah kekanakan Leano yang mempermaikannya. Kalau dari tadi pria itu menyebutkan nama Christa, ia pasti tak akan mengeluarkan sepatah kata pun untuk menolak tawaran Leano, tapi sayangnya Leano tetaplah Leano. Leano sangat suka berbasa-basi hingga basi sendiri.
“Gue bakalan nurutin keinginan lo buat nggak lembur kalau memang info yang akan lo beritahukan ke gue itu informasi menguntungkan buat gue”
Leano tersenyum picik “Gue sih yakin banget kalau ini bakalan menguntungkan banget buat lo. Gue tahu persis bagaimana seorang Geo” ujarnya sombong. Bekerja sehari-hari dengan Geo dan bershabat dengan pria itu tentu saja ia tahu bagaimana sifat Geo dan ambisius pria itu terhadap sesuatu.
“Oke. Kasih tahu sama gue, apa info yang lo bawa?” ujar Geo tanpa basa-basi lagi.
“Christa ada di sini”
“Gila lo. Yang bener aja” desis Geo dengan kesal. Ia sungguh tak percaya dengan kebohongan Leano barusan. Jelas ia tahu kalau Christa itu sedang sibuk kuliah dan tak mungkin memilih berlibur, apalagi gadis itu sedang sibuk mempersiapkan dirinya untuk sidang.
“Beneran” kekeh Leano.
“Sana kerjain deh kerjaan lo, dari pada di sini dan nggak berguna sama sekali. Lo cuma bikin mood gue jadi buruk” usir Geo sambil mengibaskan tangannya kearah Leano sebagai pertanda menyuruh pria itu keluar dari ruangannya.
“Yaudah, gue kerja dulu. Syukur deh lo nggak percaya” Leano keluar sembari tertawa. Geo mengepalkan tangannya dengan kuat sembari mengumpati Leano dalam hati.
Tadinya, ia sudah hampir percaya jika Christa memang ada di kota ini, sayangnya malah pupus begitu mendengar Leano dengan kekehan menjijikannya mengatakan ‘syukur lo nggak percaya’. Leano dengan keusilannya memang selalu berhasil membuat Geo terpedaya.
Tiba-tiba saja, Geo merasa ingin mengetahui kabar Christa. Ia meraih ponselnya dan menghubungi Agam. Oh, ayolah, tentu saja Geo tidak memiliki nomor ponsel Christa, jadi jelas, hanya Agam yang dapat ia andalkan untuk mendapatkan nomor gadis itu.
“Halo” sapa Agam dengan suara tenang khasnya.
“Halo, Gam” sapa Geo dengan kekehan kecil.
“Kenapa Ge?” tanya pria itu.
“Gue mau minta nomor Christa dong, Gam” ujarnya tanpa ragu. Ia membasahi bibirnya berulang kali sembari menunggu respon dari Agam.
Agam cengo mendengar pertanyaan itu dan kembali menjauhkan ponselnya dari telinga, untuk melihat bahwa yang memanggilnya beneran Geo. Begitu merasa tak ada yang salah, Agam kembali mendekatkan ponselnya ke telinga “Lo beneran suka sama adik gue, Ge?” tanyanya terang-terangan.
Agam jadi ingat dengan ucapan adiknya yang saat itu mengatakan bahwa Geo berada di sekitar kampusnya dan Christa merasakan aneh soal itu. Jujur, Agam sama sekali tak menduga dan malah abai terhadap keanehan yang di maksud adiknya, tapi kini ia jadi mengerti.
Geo mengernyit heran “Beneran suka? Maksudnya? Emang gue pernah bilang sama lo kalau gue suka sama adik lo?” tanyanya beruntut.
“Ya bukan gitu, cuma Christa sempat bilang kalau dia udah beberapa kali lihat lo di sekitar kampusnya dan menurut dia, itu aneh” jelas Agam tanpa ragu.
Geo mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu memperbaiki duduknya “Serius? Christa sering lihat gue? Padahal gue udah berusaha hati-hati banget supaya nggak ketahuan” ujarnya merasa selama ini ia aman menguntit Christa, tapi ternyata gadis itu sudah tahu dan selalu menyadari kehadirannya.
“Jadi, lo beneran suka sama adek gue?” tanya Agam kembali memastikan, tentunya dengan suara yang menunjukkan keterkejutan dan rasa tak percaya.
Geo terkekeh kecil “Gue rasa begitu” akunya.
“Ge, gue tahu bener gimana lo. Gue tahu kalau lo adalah playboy yang selalu gandeng perempuan berbeda tiap waktunya, jadi tolong jangan deketin adik gue. Lagian Christa itu masih muda dan kekanakan. Seandainya gue lagi nyari calon suami buat dia pun, lo bahkan nggak masuk daftar sama sekali” ungkap Agam jujur.
Geo terkekeh sembari mengusap tengkuknya dengan salah tingkah karena ucapan Agam sekaligus penolakan pria itu. Ia sedikit tersindir atas singgungan Agam sekalipun yang pria itu katakan tidaklah salah, tapi ia harus bisa meyakinkan Agam untuk mendekati adik pria itu, “Gue juga awalnya ngerasa kalau gue cuma sekedar tertarik aja sama Christa, tapi sepertinya adik lo berhasil bikin gue ngerasain yang namanya uring-uringan, Gam. Gue bener-bener yakin sama Christa. Lo harus tahu soal itu”
“Lo bisa aja lagi galau karena kerjaan atau apapun hal lainnya, jadi mendingan pikirin baik-baik niat lo untuk deketin adik gue” ujar Agam, “Dan gue harap cara lo mendekati adek gue bukan dengan cara menguntit dia, itu menakutkan untuk dia. Dan kalau sampai lo merusak adik gue, gue nggak segan-segan menghabisi lo sekalipun gue tahu kalau lo lebih kaya dan berkuasa.” Ancam Agam tak main-main.
“Tanpa lo bilang pun, Gam, gue juga udah berusaha untuk mikirin itu semua dan memang gue menginginkan adik lo. Bukan sebagai pacar, tapi istri” ucap Geo yakin.
Agam terkekeh tak percaya “Ge, gue nggak mau buat hidup adik gue menderita kalau nantinya gue malah salah pilihin dia suami. Lo bisa nemuin gue kalau memang lo serius soal itu”
“Oke, gue bakalan nemuin lo begitu pekerjaan gue di sini selesai. Tapi, untuk saat ini, gue butuh nomor adik lo”
“Nanti gue kirim” ujar Agam pada akhirnya. Sebenarnya berat bagi Agam untuk bisa mempercayai Geo karena ia jelas tahu bagaimana buruknya sifat pria itu kalau berhubungan dengan wanita-wanita.
“Thank you, Gam. Gue menantikan pertemuan kita sebagai kakak dan adik ipar” kekeh Geo.
***
Begitu mendapat nomor Christa dari orang yang sudah ia klaim sebagai calon kakak ipar, Geo segera mengecek nomor Christa dan mengirim chat begitu yakin bahwa nomor itu pengguna aplikasi chatingan yang sama dengannya.
Layaknya anak remaja yang menunggu pesannya di balas, Geo termenung sejenak sembari melihat ponselnya yang terletak di atas meja, menantikan balasan dari Christa setelah pesannya terkirim sempurna dan gadis itu sedang online.
Geo : Hai Ta, ini saya, Geo.
Tidak sampai dua menit, Geo akhirnya mendapat balasan dari nomor itu.
Christa : Oh, hai kak Ge. Ada apa ya ngechat?
Geo memutar fungsi otaknya untuk memikirkan harus mengatakan alasan apa pada Christa, sialnya ia sama sekali tak menemukan alasan yang tepat. Ia kembali merenung dan berpikir “Oh” sontaknya semangat karena menemukan sebuah ide.
Geo : Nggak apa-apa sih. Pengen tahu aja gimana kuliah kamu
Christa : Ya gitu deh kak, lagi sibuknya persiapan diri buat sidang
Geo : Semangat ya. Kamu kan pinter, jadi pasti bisa
Christa : Wah, amin kak.
Geo : Kamu lagi apa nih?
Christa : Lagi chattingan aja sih kak
Geo : Chatingan sama siapa aja emangnya?
Geo sangat penasaran dengan maksud Christa yang mengatakan sedang chattingan. Ia menduga bahwa Christa pasti memiliki teman lain untuk diajak chatingan, atau yang lebih parahnya lagi, ternyata gadis itu memiliki seorang kekasih sebagai teman chatnya.
Christa : Banyak kak
Geo mendengkus kesal membaca balasan chat Christa dan membalasnya dengan kata Oh saja. Ia pikir Christa akan menanyainya kembali, tapi ternyata setelah menunggu sampai lima menit berlalu, tetap tak ada chat sama sekali dari Christa. Gadis itu bahkan hanya membaca chat terakhirnya saja dan itu sangat membuat Geo kesal setengah mati.
“Pasif banget sih. Cari topik kek. Nanya balik apa salahnya sih? Memangnya dia pikir, aku gampang apa ngumpulin niat buat ngechat dia dan nyari topik yang tepat” desisnya sambil menatap ponselnya yang menunjukkan nomor Christa, seolah ponsel itu adalah sosok Christa yang akan peka dengan ucapannya jika ia marahi.
Setelah marah-marah begitu, Geo malah terkejut dengan chat yang tiba-tiba muncul dan langsung membuat senyumnya terbit begitu saja. Ia segera membuka pesan itu dan membacanya.
Christa : Kak Geo lagi sibuk apa?
“Gitu kek, Sayang” ujar Geo dengan malu-malu pada ponselnya sendiri.
Geo : Oh ini, lagi sibuk lembur buat nyiapin kerjaan secepatnya
Christa : Aduh, berarti ganggu nih aku-nya
Geo menggelengkan kepalanya dengan cepat dan segera mengetik balasan untuk Christa.
Geo : Enggak sama sekali kok. Kakak juga butuh temen chat
Geo menopang dagunya dengan ponsel sembari menahan senyum yang terus saja membuat bibirnya berkedut tak tahan. Ia persis seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta dan sangat menantikan balasan pesan dari doi. Ia tahu bahwa ini menggelikan, tapi jujur saja, perasaan berdebar menantikan balasan dari Christa membuatnya sangat bersemangat dan menggebu.
Christa : Kakak macem nggak punya temen chat aja
Geo : Emang nggak punya. Lagian chat dari yang lain itu nggak penting sama sekali
Christa : Emangnya chat dari aku penting?
“Penting banget” gumam Geo lantas mengetikkan balasan untuk chat Christa. Ia jadi merasa salah ucap karena menganggap chat lain itu tak penting.
Geo : Wkwkwk. Penting buat masa depan
“Bhahahaha” Geo tertawa sendiri membaca kalimat yang ia kirimkan. Oh, sungguh itu sangat menggelikan sekali, tapi tak ada salahnya juga kan. Palingan nanti Christa juga akan menganggapnya sebagai candaan saja.
Christa : Masa depan apaan. Kak Geo bisa aja becandanya.
Tuh kan. Dianggap becanda doang.
Geo memutar bola matanya malas dan kembali mengirim pesan.
Geo : Wkwkwk. Maaf deh kalau nantinya cowok kamu marah.
Dan sialnya, tidak ada balasan setelah pesan itu terkirim. Christa bahkan sudah tak online dan belum membaca pesan yang di kirimnya. Akhirnya, Geo memilih menghapus pesan itu dan kembali fokus pada pekerjaannya. Ia bertekad untuk segera menyelesaikan seluruh pekerjaannya agar bisa segera menemui calon kakak ipar dan melamar Christa dengan sungguh-sungguh.
Ia berusaha meyakinkan diri bahwa niatnya ini, bukan hanya ingin mendekati Christa sebagaimana ia bermain perempuan seperti biasanya, tapi ia memang menanamkan niat untuk mempersunting gadis itu dan membawa Christa pada kehidupannya untuk menjadikan hari-harinya lebih baik. Ia juga tak ingin terus terperangkap dengan kegiatan gonta-ganti pacar yang kini ia sadari, tak ada faedahnya sama sekali.